Thursday, October 06, 2011

Menyelematkan Indonesia

Dalam sebuah diskusi di milis ex teman-teman sekolah, seorang sahabat menceritakan keadaan Indonesia dengan sangat extrem, "Alkisah suatu negeri maling. Mulai dari yang ngebahas anggaran maling, yg mengeluarkan uang maling, yang melelang maling, yang memenangkan lelang maling, yang ikut lelang tp kalah juga maling, yang memeriksa barang maling, yang memakai barang maling, terus kalau ada yang teriak "ada malingg...", maka si maling diperiksa oleh maling, dibela sama maling, dan diteriaki dan didemo oleh maling, kemudian jika terbukti bersalah maka si maling akan dijatuhi hukuman ama maling, dan kemudian dipenjara ama maling dan selama di penjara dijagai ama maling.
Pertanyaannya : Yang nulis termasuk maling juga nggak ya? Yang baca termasuk maling juga nggak ya? Mudah mudahan kita tidak termasuk di dalamnya...
"

Rasa-rasanya sudah jenuh membicarakan keburukan yang terjadi saat ini. Kebebasan pers salah yang membuat media berani membuka aib para pejabat publik yang mungkin sudah terjadi berpuluh tahun yang lalu. Bedanya, pada saat orde lama tidak banyak yang bisa diambil, karena negara belum banyak diexploitasi.

Pada jaman order baru, pejabat publik 'mencuri uang rakyat" tetapi semuanya diatur melalui satu dinasti dan pers ditekan agar tidak memberitakan kebobrokan tersebut. Pada jaman sekarang, karena penguasa yang ada saat ini merupakan didikan orde baru, yang mungkin pada masa sebelumnya hanya menjadi penonton, kemudian beramai-ramai melakukan balas dendam. "Mencuri" karena kesempatan sudah terbuka lebar dan dinasti penguasa itu sudah tidak punya gigi. Masalahnya, pers sekarang ini sangat terbuka dan bebas memberitakan apa saja termasuk aib sang pelaku. Jika kita perhatikan, mungkin media-media di Indonesia salah satu yang paling bebas di Asia Tenggara.

Debat kusir dimilis, berakhir kepada sebuah pertanyaan, "apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki ini semua? Berwacana hanya membuang waktu dan emosi, sementara kebobrokan terus saja terjadi!"

Jawaban dari aku adalah sebagai berikut :
  • Jangan ikut andil memperburuk keadaan. Ketika katakanlah kita melakukan pelanggaran dengan dalih yang lain melakukannya, bukankah berarti kita ikut memperburuk keadaan? Yang dilakukan orang banyak belum tentu benar, sementara kebaikan tetaplah kebaikan meski itu melawan budaya orang banyak. Kata bang Livingstone (seorang teman kantor), "Kalau tidak bisa berbuat baik, ya jangan tambah dosa!"
  • Tularkan dan ajarkan hal yang benar. Katakanlah kita menularkan dan mengajarkan hal yang benar, kalau kita mempunyai pengaruh dilingkungan kerja, katakanlah kita mempunya satu anak buah, maka akan ada satu orang yang menjadi benar, atau urung berbuat tidak benar karena segan kepada anda yang berperilaku benar. Kalau pun cuma anda sendiri yang benar dan 230 juta (penduduk Indonesia) tidak benar, bersyukurlah karena di Indonesia masih ada satu orang benar. Ini lebih baik dari pada 230 jt + 1 (semua penduduk Indonesia) tidak benar.
  • Tanamkan nilai-nilai kebenaran di dalam keluarga. Katakanlah anda berkeluarga dan mempunya anak. Pendidikan anak dimulai dari rumah, kalau kedua orang tuanya mengembangkan nilai-nilai keluarga yang benar, maka mudah-mudahan ini akan tertanam kepada anak anda. Anak yang dibekali nilai keluarga yang benar, ketika dia menjadi besar dan berpengaruh biasanya akan memegang teguh nilai keluarga itu. Siapa tahu dia akan menjadi pemimpin di negara ini dan akan mampu melakukan perubahan besar. Karena aku berprinsip, dibutuhkan satu orang pemimpin yang tepat untuk merubah nasib suatu bangsa, seperti Lee Kuan Yeuw atau Mahatir Muhammad. Contoh yang buruk adalah Polpot dan Hitler yang membuat bangsanya menjadi terpuruk.
Aku selalu teringat adegan dalam film Cinderella Man, ketika si ayah mengetahui anaknya mencuri barang dari sebuah toko, dia sangat marah. Si anak mencuri karena tahu keluarganya tidak mempunyai makanan, mencuri adalah jalan untuk mendapat makanan. Si ayah marah karena merasa sanggup untuk mencari makan, dan yang terpenting dalam keluarga mereka, seburuk apa pun keadaan, mereka tidak pernah di didik oleh kakek dan bahkan buyut mereka untuk mencuri !

Nilai-nilai keluarga diantaranya jujur dan bekerja keras yang membuat beberapa bangsa unggul dari bangsa lain. Untuk berhasil, orang harus bisa bekerja keras dan untuk maju diperlukan kejujuran. Itu harus diawali dari diri kita sendiri dan dari keluarga.....


No comments: