Saturday, December 29, 2007

Surat Natal

Sayang,
Besok hari Natal, malam ini kami di Nabire merayakan kebaktian malam kudus, nama acaranya kebaktian malam kudus, tetapi yang menarik tidak ada lilin yang dinyalakan pada acara kebaktian malam ini dan tidak ada lagu malam kudus yang dinyanyikan. Menarik karena setahu aku, di daerah Kalimantan dan di Pulau Jawa pada tanggal 24 Desember malam, acara kebaktian diselingi acara penyalaan lilin dan lagu malam kudus.

Aku dapat merasakan kesendirian sayang, jauh disana membayangkan your simple man tidak berada didekat mu. Perasaan sedih yang sama ketika mendengar lagu ” White Christmas”, ketika bulan Natal tiba. Lagu yang dipopulerkan Irvine Bell tersebut membuat waktu rasanya berputar kembali, dalam kesendirian Natal, ada perasaan sukacita sekaligus sedih. Sedih ketika membayangkan Natal-natal sebelumnya bersama dengan keluarga, sahabat atau pun kekasih, tetapi kala mendengar lagu tersebut keadaan yang bertolak belakang sedang terjadi, perasaan sendiri ditengah kemeriahan pesta Natal. Lagu yang akrab buat tentara yang sedang bertugas jauh dari Keluarga, Dokter yang sedang berdinas ketika malam Natal, kekasih yang terpisah jarak dan waktu ketika merayakan Natal serta banyak orang yang jauh dari rumah ketika Natal tiba.

Sayang, Natal disini konon kata kerabat sudah tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Meski tidak ramai, menurut aku masih lebih ramai dari Natal di Balikpapan. Disini banyak spanduk yang mengucapkan Selamat Natal, yang konyolnya di kantor aku sampai tanggal keberangkatan ku belum ada spandulkucapan Selamat Natal buat pegawai atau pun pelanggan kami. Disini orang ramai membuat pondok-pondok yang di hiasi lampu warna-warni, jalan-jalan dihiasi lampu kelap-kelip. Semarak suasananya sayang, terasa kalau disini jumlah umat Kristiani banyak. Yang aku suka suasana disini sayang, ramai orang memasang lagu Natal dengan volume yang besar dan memekkan telinga. Mereka bersaing mengeraskan loudspeaker nya, tanpa kenal waktu!! Bayangkan dari matahari terbit sampai terbit kembali suara musik tidak henti-hentinya diputar, jam 12 malam mendengar musik Natal dengan speaker TOA dan volume yang di stell poll. Stress memang awalnya karena tidak bisa istirahat, tetapi lama-lama orang akan terbiasa, karena ini tradisi setahun sekali. Kita akan beradaptasi dengan hal ini, tidak beda dengan memiliki rumah di dekat lapangan terbang atau disamping rel kereta api.

Sayang, ini Natal pertama aku sesudah tahun 1988 di Nabire. Sembilan belas tahun tidak merayakan Natal di Nabire. Rasanya kota ini semakin ramai dan semakin semrawut. Waktu rasanya cepat sekali berlalu, seolah-olah sembilan belas tahun yang lalu masih seperti kemarin. Rasanya masih kemarin menggunakan celana pendek dan ikut bermain drama dalam acara Natal Sekolah Minggu. Rasa-rasanya masa anak-anak kami baru kemarin, hari ini beberapa dari rekan tersebut sudah menggendong anak kecil.

Sayang ku, cerita tentang Natal dan bayi kecil Yesus sudah terjadi 2000 an tahun yang lalu, tetapi sampai saat ini masih dirayakan. Meski saat ini terasa kurang meriah, tapi utamanya tentu bukan acara seremoni nya kan sayang ? Yang penting Natal mengingatkan kepada kita tentang Kasih dari Surga yang diawali kisah bayi Natal dari Betlehem dua ribu tahun yang lalu. Biarlah kita tidak terjebak dalam seremoni atau pun kesedihan karena merasa sendirian dalam Natal tahun ini, karena aku yakin kita masih lebih beruntung dari saudara kita yang lain, yang tidak merayakan Natal karena sedang berduka, karena harus mengungsi, atau dalam peperangan. Natal mengingatkan kita, kita patut bersyukur atas kebaikan yang diberikan Sorga kepada kita, Natal mengingatkan kita, berbagi kasih wajib kita lakukan.

Selamat Natal Sayang, jangan sedih yah ? Ingat doa kan aku dalam Doa Natal mu !

Going Home

Perasaan pulang kali ini bercampur aduk, karena untuk pertama kalinya sejak aku meninggalkan Irian Jaya ditahun 1988, kami sekeluarga akhirnya berkumpul kembali di Nabire pada hari Natal tahun 2007 ini. Senang itu pasti, sedih karena nantulang di Nabire dalam keadaan sakit yang menurut dokter sudah tidak mampu lagi di obati dan hanya tinggal menghitung hari saja. Disamping itu, membayangkan pertanyaan seputar status aku dari orang tua dan keluarga saja sudah membuat aku tidak merasa nyaman, tapi ini mungkin perasaan ego yang dapat dikorbankan untuk sesaat, karena permintaan keluarga kalau bisa kami semua tahun ini berkumpul.

Pada bulan Desember ini, aku terlalu banyak melakukan perjalanan dengan pesawat. Tiga minggu berturut-turut aku selalu ke luar kota, dan dalam satu minggu, selalu dua kali melakukan penerbangan dari Balikpapan. Melelahkan memang, tapi pekerjaan menuntut ku untuk selalu bepergian dalam bulan Desember ini.

Tanggal 20 Desember 07 aku harus berangkat ke Makasar, kemudian melanjutkan perjalanan ke Irian, tetapi pada tanggal 18 sore mendadak aku ditugaskan ke Jakarta, padahal rencana awal rapat dilakukan di Balikpapan tanggal 18 pagi, ternyata acaranya diubah mendadak menjadi tanggal 19 pagi di Jakarta. Aku menyanggupi dengan syarat tanggal 19 malam aku sudah kembali lagi di Balikpapan karena belum melakukan persiapan untuk cuti pada tanggal 20nya, setidak-tidaknya aku perlu mempersiapkan baju dan sedikit oleh-oleh untuk aku bawa pulang.

Tahun 2007

Rasa-rasanya setahun ini waktu berjalan sangat cepat, kesibukan membuat waktu tidak terasa mengalir. Tiba-tiba saja rasanya akhir tahun telah tiba. Ada banyak kejadian yang terjadi di tahun 2007 ini. Semuanya diawali dengan pindahnya aku ke unit kerja yang baru pada bulan Januari tahun ini, kemudian pernikahan Feby pada bulan Februari, dilanjutkan snorkeling di Derawan pada bulan Maret, pertandingan paduan suara pada bulan Mei, perjalanan dinas ke Pekanbaru, pindah ke rumah baru pada bulan Agustus, soundsystem baru pada bulan September, renovasi rumah pada bulan November dan pertandingan paduan suara dan mengikuti seleksi test S-2 dari kantor pada bulan Desember. Dan semua terselenggara dengan baik. Kalau dirunut kebelakang, rasa-rasanya kegiatan tersebut tidak mungkin dapat dilakukan karena waktu yang tidak mencukupi dan membutuhkan uang yang cukup banyak. Puas rasanya jika melihat kebelakang, setidak-tidaknya menurut aku, tahun 2007 cukup berwarna karena banyak hal positive yang aku lakukan ditahun ini.

Tahun 2008

Paling awal, adalah membawa cerita sesudah liburan dengan keluarga besar, menunggu pengumuman hasil seleksi S-2 pada bulan Januari, meski untuk hal ini aku tiba-tiba merasa sangat pesimis. Kemudian bertemu dengan seseorang yang sangat istimewa pada bulan Februari. Membantu nantulang melakukan pengobatan ke rumah sakit yang lebih baik serta kalau sempat menabung untuk melakukan travelling ke kota Sabang-Merauke dan membeli notebook pribadi. Hutang pekerjaan pada rekan kerja dan memperbaiki sistem di tempat kerja adalah hutang yang harus diselesaikan sepanjang tahun 2008 ini, dan yang tak kalah penting adalah keputusan menikah paling lambat ditahun 2011 apabila memungkinkan dilakukan pada tahun 2008 ini. Tahun 2008 mungkin lebih berwarna dari tahun 2007, harapan ku Cuma dua agar senantiasa diberi kesehatan dan senantiasa bersyukur atas apa pun yang telah aku terima entah itu duka apalagi suka cita.

Thursday, December 20, 2007

Tes S-2 di Surabaya


Rasa-rasanya 2 minggu ini aku banyak menghabiskan waktu di jalan. Minggu pertama Desember, dalam satu minggu aku harus dua kali ke Jakarta. Minggu ke dua aku membatalkan perjalanan ke Pontianak ketika baru saja mendarat di Jakarta dan secepatnya mencari pesawat ke Balikpapan untuk melanjutkan perjalan ke Surabaya. Ini mungkin rekor perjalanan dinas, dua minggu dan empat kali perjalanan dinas yang berbeda dengan menggunakan pesawat.

Sebelum Berangkat
Senin siang, ketika selesai mendengar presentasi team Schulmberger yang datang dari JakartaPontianak. Selasa malam, aku harus melakukan presentasi didepan pelanggan kami. Tiket perjalanan dan pulang pada hari Rabunya sampai di Jakarta telah dibeli, aku tidak membeli tiket dari Jakarta ke Balikpapan karena belum tahu jadwal pulang dari Jakarta, apakah Rabu malam atau Kamis pagi. Aku berencana ingin mencari hadiah Natal buat keluarga di Irian di Jakarta.
dan Singapura, aku dan Pakde langsung ke Bandara untuk perjalanan dinas ke

Pesawat baru saja mendarat di Jakarta, setelah selesai mengaktifkan handphone, sms beberapa sms pun masuk. Beberapa teman mengucapkan selamat karena aku lolos seleksi S-2 tahap ke dua, sesaat bingung dan tidak percaya, untuk meyakinkan diri, aku pun menelpon teman ku, ternyata benar, nota dinas baru diterima ketika aku dalam perjalanan dari Balikpapan ke Jakarta. Masalah pun timbul, karena keesokan dan lusa aku harus melakukan test kesehatan di Balikpapan, jika tidak gugur !

Dengan terpaksa aku pun menelpon rekan Pontianak yang mengundang aku untuk presentasi, dia panik, aku disuruh mencari pengganti, kemudian menghubungi bos besar dan beliau pun panik. Aku tidak punya pilihan, presentasi aku matangkan, kemudian aku kirim dan membujuk (tepatnya setengah memaksa) Rully untuk menggantikan aku melakukan presentasi.

Perjalanan ke Surabaya
Selasa siang, setelah mengganti penerbangan yang gagal (aku sudah terbang 30 menit dengan Mandala dan harus return to airport) dengan Garuda, akhirnya tiba di Balikpapan pada jam 15.00. Sampai dirumah disambut persediaan air yang sudah habis. Rabu pagi aku melakukan test kesehatan sesudah terlebih dahulu bersitegang dengan administrator laboratorium yang merasa keberatan aku datang kesiangan (jam 9 pagi). Dalam hati aku berpikir, kenapa laboratorium ini harus komplain, sementara kami membayar ke dia untuk jasa yang kami gunakan ? Hati sempat panas, tapi aku pikir sepanjang dia mau melakukan test, aku tidak menanggapinya. Karena saat ini, aku benar-benar membutuhkan test lab ini, karena pendidikan S-2 adalah sesuatu yang aku idam-idamkan sejak lama. Siang hari aku membeli tiket untuk Kamis siang, karena Jumat pagi aku harus melakukan test tulis dan wawancara.

Kamis siang, setelah ke kantor pagi harinya aku pun ke Bandara. Seperti biasa jadwal pesawat siang sering terlambat, apalagi penerbangan Low Cost Carrier! Penerbangan yang seharusnya pukul 13.30 akhirnya diterbangkan pukul 14.40. Kaget juga ketika masuk ke dalam pesawat, ketika diumumkan jenisnya 737-300 ditambah maskapinya Adam Air, salah satu airline yang akhir-akhir ini mendapat reputasi jelek di Indonesia.

Kota Surabaya
Seperti biasa, setelah mendarat dikota lain, hal yang pertama kulakukan adalah mengecek voucher hotel di KAHA. Aku ingin cari penginapan didekat Tunjungan Plasa (TP), karena ingin mencari hotspot guna mengunduh file tutorial Telekomunikasi. Sama dengan di Jakarta, sejak awal Desember, hotel-hotel pun penuh. Pegawai pemerintah daerah banyak melakukan perjalanan dinas guna menghabiskan anggaran diakhir tahun. Tadinya aku ingin menginap di hotel Tunjungan atau Inna Simpang, karena penuh penjual voucher menawarkan aku menginap di hotel Bisanta. Karena takut hotelnya jelek, aku Cuma membeli voucher untuk 1 malam, ternyata hotelnya bagus untuk harga 285 ribu.

Pagi itu, seperti yang aku duga test tertulis ternyata susah. Meski sudah mencoba membaca, karena materi sangat banyak, kurang lebih untuk menjawab 30% soal dari total soal 60 aku menggunakan intuisi. Aku pikir tidak berbeda dengan test tahap 1 dan 2, selalu rasanya sulit untuk menyelesaikannya. Semoga yang lain pun seperti itu, sehingga kesempatan untuk lulus masih tetap terbuka.

Sesudah ujian, aku pun ke TP, menghabiskan waktu untuk mencari pakaian buat saudara sepupu dan tas buat keponakan. Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat, sore pun datang sesudah kembali ke hotel dan mandi, aku menghabiskan malam itu dengan menonton. Capek sekali rasanya, sempat tertidur di bioskop pada awal-awal pemutaran film. Untunglah sempat terjaga, sayang rasanya tidur padahal film yang sedang diputar menurut aku sangat bagus.

Ketika duduk minum atau makan di mall, aku senang memperhatikan orang-orang. Satu hal yang aku lihat menonjol di kalangan menengah terutama yang sedang punya anak kecil, ketika mereka melakukan tamasya ke mall atau plasa, kebanyakan dari mereka membawa pengasuh anaknya atau pembantunya. Yang membuat aku termenung adalah, pengasuh atau pembantu tersebut menggunakan seragam, sehingga menurut pemikiran aku mereka menjadi komunitas yang beda kastanya. Seragam itu menegaskan kelasnya sebagai pembantu. Dari bahasa tubuh pemilik pengasuh atau pembantu dan pembantunya, menegaskan kasta mereka yang berbeda. Sering pembantu dan pengasuh tidak semeja dengan tuan dan nyonyanya. Bahkan ada pembantu dan pengasuh yang menghabiskan jatah makan anak majikannya. Aku pernah menanyakan hal ini kepada salah seorang teman yang kebetulan mempunyai pengasuh dan pembantu yang berseragam, jawabannya adalah agar keliatan apakah pengasuh atau pembantu tersebut bersih atau kotor. Dari bajunya dia tahu, bahwa pembantu itu sudah kotor dan dia tidak ingin yang merawat anaknya kotor. Ada juga yang menyatakan itu sudah aturan dari yayasan penyalur pengasuh anak dan pembantu, bahwa mereka diberi seragam kerja. Dan pada saat bekerja mereka harusnya berseragam.

Menurut aku, apa pun alasannya itu hanya sebuah pembenaran atas penunjukan status saya majikan dan dia adalah pembantu. Seragam itu menegaskan bahwa ”kamu tunduk” kepada saya, kasarnya kamu babu saya. Perlakuan orang-orang yang melayani tuan dan nyonya dengan yang melayani para pembantu itu pun terliat beda, sering dianggap sebagai warga kelas dua. Mungkin bagi sebagian kalangan, pembantu dianggap status kesuksesan, semakin banyak pembantunya, semakin kaya orang tersebut !

Meninggalkan Surabaya
Tepat pukul 15.30 Wib aku berjalan meninggalkan TP memasuki gang kecil menuju hotel Bisanta. Mendekati hotel dari jauh tampak taksi blue bird yang kelihatannya masih baru, kemudian aku menghentikannya dan minta diantar ke hotel untuk kemudian mengantar ku ke Bandara Juanda. Sebelumnya aku selalu mengambil taksi yang biasanya mangkal di depan hotel, tapi karena merasa argonya terlalu cepat bertambah, kali ini dari awal aku sudah berniat mencoba menggunakan blue bird menuju bandara. Jaraknya cukup jauh mungkin sekitar 15 an km.

Ervan nama sopir itu, dengan nomor lambung BQ311. Dikalangan sopir dia lebih dikenal dengan nama Songkel. Orang yang pintar ngobrol dan supel, sehingga dapat menjadi teman mengobrol yang mengasyikkan. Buat lelaki atau perempuan yang ingin mengetahui wisata malam di Surabaya, sebaiknya menggunakan jasa dia. Meski pekerjaannya hanya sebagai sopir, namun sama seperti dalam film berbagi suami, istrinya dua. Ceritanya sangat menggoda, sampai aku berpikir jangan-jangan ceritanya hanya dibuat-buat. Dari dia aku tahu lokasi harmoni dekat dengan hotel Mojopahit. Yang menurut Songkel adalah the best place for having fun in town. Rahasia Songkel untuk tetap kuat dan fit adalah jamu sehat lelaki dan 5 butir kuning telor ayam kampung. Aku menanggapi cerita nya denga riang, senang rasanya mengetahui dunia yang lain dari orang lain yang berpengalaman.

Setiap perjalanan selalu membawa cerita, karena itu aku suka pesiar, lebih berwarna lebih baik !

Tuesday, November 06, 2007

The Constant Gardener


Sesuatu yang diawali dan diakhiri dengan cinta akan senantiasa Abadi
(kardjo)


Akhir yang indah...
Tragis namun berkesan...
Tidak banyak akhir dari sebuah cerita dimana keindahan dan kesedihan dapat bertemu, “Constant Gardener” salah satunya.

Tidak salah Produser film ini memilih Fernando Meirelles menterjemahkan novel menjadi film dalam judul yang sama. Karena Meirelles pernah membuat film lain yang juga sangat bagus : City of God.

Di tepi danau Turkana di pelosok Kenya, Danau yang indah dikala sore, ketika burung terbang diketinggian, ketika keindahan menyatu dengan kesedihan, ketika tugas terakhir dari mendiang istri sudah dituntaskan, Justin Quayle duduk ditepi danau menyongsong maut, menunggu pembunuh yang akan menghabisi nyawanya, ditemani kenangan istri yang telah lebih dahulu dibunuh.

Buat aku, tidak hanya di Afrika, tetapi dimana saja sering terjadi sindikasi korporasi yang besar, dengan motivasi menciptakan keuntungan sebesar-besarnya, rela mengorbankan nyawa manusia. Seakan-akan nyawa itu tiada nilanya. Entah itu korporasi tambang, perusahaan eksplorasi minyak, perusahaan makanan,perusahaan obat-obatan, dll.

Tessa Quayle layak menjadi teladan. Dengan ketulusan hati dan kesetiaan kepada suami, mempertaruhkan nyawanya untuk sesuatu yang dia yakini benar, yaitu menolong rakyak Kenya agar tidak menjadi kelinci percobaan.

Bumi butuh orang-orang yang mencintai dengan tulus, menolong tanpa pamrih dan mengabdi dengan ikhlas. Sekiranya banyak orang seperti Tessa, Justin, Arnold dan relawan kemanusiaan yang lain. Umur bumi pasti lebih lama, dan wajah berita di TV, majalah dan Koran-koran akan lebih beradap.

Meski memiliki senjata, Justin memilih untuk membuang pelurunya. Ia menutup mata kala para pembunuh yang menggunakan pickup turun dari mobil mendekatinya. Burung-burung pun berterbangan kala itu langit indah berwarna keemasan, sama seperti Justin aku pun merasakan kedamaian…….

Friday, October 19, 2007

War Photographer


Pada pameran fotonya, salah seorang penonton pameran itu menanyakan pertanyaan, "Bagaiamana kamu mengontrol emosi kamu pada situasi seperti ini ?(mengambil foto ketika terjadi,tragedi,bencana,musibah,peperangan)?", Jim menjawab," Karena saya harus seperti itu! Buat saya kalau saya lari dari peristiwa itu hanya sebuah kesia-siaan. Apa yang saya lakukan adalah menyalurkan emosi saya kepada pekerjaan saya. Perasaan marah saya, perasaan frustasi, kesedihan, rasa tidak percaya, saya salurkan melalui foto-foto saya.

Des Wright bercerita, Saat itu hari minggu dan terjadi kerusuhan. Ada kerumunan orang yang membunuh dijalan. Orang-orang memukuli lelaki itu seperi bermain-main. Sama seperti anak kecil bermain-main dengan anak anjing. Jim berada ditengah-tengah mereka berlutut sampai 3 kali dan berkata kepada kerumunan orang itu, “kamu tidak ada alasan untuk membunuh dia, hanya karena dia orang Ambon!” Sekitar 20 an menit Jim memohon kepada mereka tetapi kerumunan orang itu tidak menghiraukan Jim, dan mereka pun membunuh lelaki itu.

Jika situasi sudah brutal dan memburuk, banyak orang menghindar dan mencari tempat yang aman. Tetapi Jim selalu berada ditengah dan ikut merasakan situasi tersebut. Foto-fotonya menggambarkan hal tersebut. Teman saya ikut menyaksikan peristiwa tersebut tetapi dia mengambil gambar dari jarak yang aman, dari sebuah gedung. Ketika gambar yang disajikan dekat dan sifatnya personal, itulah Jim .(Des adalah kameraman Reuters yang menceritakan pengalaman dengan James Nachtway pada saat peristiwa jatuhnya Orde Baru di Jakarta tahun 1998)

James Nachtwey lahir pada tahun 1948 di Syracuse, New York. Sesudah menamatkan sekolah tingginya, Jim mencoba beberapa pekerjaan diantaranya menjadi sopir truk dan awak kapal. Pada saat mengerjakan pekerjaan tersebut dia jatuh cinta kepada dunia fotografi.

Sutradara Christian Frei menggambarkan karakter Jim dengan baik dalam film dokumenter pada tahun 2001 dengan judul War Photographer . Film ini sendiri mendapat nominasi Oscar untuk film dokumenter. Sampai saat ini dia telah mendapat banyak penghargaan fotografi di bidang jurnalis, diantaranya World Press Photo tahun 1994, penghargaan Robert Capa Gold Medal, Heinz Foundation Achievment Award, TED Prize, dll. Menenmpatkannya sebagai salah satu fotografer jurnalis terbaik yang pernah ada.

Salah satu hadiah dalam TED prizeadalah para pemenang TED, mendapat kesempatan untuk mewujudkan keinginannya untuk merubah dunia (lebih baik), dimana keinginan ini akan diakomodir oleh komunitas TED dan beberapa perusahaan kelas dunia yang di umumkan pada tanggal 8 Maret 2007 yang lalu di Monterey, California. Pada tanggal itu, Nachwey mengungkapkan keinginannya, ” menyampaikan cerita yang sedang dibuatnya agar dunia tahu. Saya mengharapkan setiap orang membantu penyebaran bukti yang spektakuler dari kekuatan fotografi berita pada era digital saat ini.” Komunitas TED diharapkan membantunya mengakses tempat diberbagai belahan dunia yang sedang mengalami situasi kritis, agar dia dapat mendokumentasikan peristiwa tersebut secara lengkap dan menggunakannya sebagai bukti dengan menggunakan berbagai sarana diantaranya media massa dan internet, agar pihak luar tahu dan membantu menciptakan suasana yang lebih baik.

Jim menghabiskan sebagian waktunya memotret Afrika dan ada dua hal yang yang sangat membekas dihatinya. Pertama adalah peristiwa pembantaian suku Tutsi oleh suku Hutu di Rwanda yang menimbulkan korban kurang lebih 1 juta suku Tutsi dalam kurun waktu 100 hari. Kejadian paling brutal yang pernah dia saksikan dimana orang saling membunuh dengan senjata tradisional, parang, kayu dan batu. Sangat menyakitkan meninggalnya korban-korban kebrutalan tersebut.

Yang kedua adalah kelaparan di Afrika. Kejadian luar biasa yang membuat jutaan orang meninggal, bukan semata-mata karena kejadian alam, tetapi akibat dari perang saudara yang bertahun-tahun yang mengakibatkan kegagalan panen dan pengungsian. Kejadian yang membuat salah satu fotografer terkenal bunuh diri, karena depresi menyaksikan bencana maha dahsyat ini.

War photographer sekali lagi mengingatkan kita, bahwa dibelahan bumi yang lain ada peristiwa yang secara langsung atau tidak langsung dapat kita cegah atau setidak-tidaknya tidak kita ulangi lagi dikemudian hari. Memang yang digambarkan adalah kepedihan, derita dan bencana. Dari satu ratapan ke ratapan yang lain, dari satu tangis ke tangis yang lain. Mau tidak mau itulah kondisi yang terjadi saat ini diseluruh belahan dunia. Sekali lagi, kita semua berlomba-lomba menciptakan neraka buat sesama kita. Kita sadar, bahwa apa yang kita saksikan melalui siaran TV atau pun gambar di majalah-majalah dan surat kabar adalah sebagian kecil dari yang kita lihat. Jim melihat gambar itu secara keseluruhan dan ikut merasakan ketegangan dan ratap tangis mereka yang menjadi korban.

Robert Capa seorang legenda foto jurnalis mengatakan, “ Jika gambar kamu kurang bagus, kamu kurang dekat mengambilnya.” James selalu dekat dengan obyek yang dia ambil selama 20 tahun karirnya didalam dunia jurnalis. War Photographer mengikuti James Nachtwey selama dua tahun untuk membuat film dokumenter tersebut, dari mulai Kosovo, West Bank Palestina sampai ke Indonesia, menampilkan perjalanan Jim, sebagai salah seorang fotografer yang paling berani dan fotografer perang yang terpenting yang pernah hidup.

Apa komentar Jim tentang foto-fotonya ? ”Setelah sekian lama saya memotret saya semakin merasa bahwa orang-orang yang saya foto, jauh lebih penting dari pada diri saya,” kata Jim.

Pengalaman aku pribadi dengan foto-foto Jim (pertama kali tertarik ketika melihat foto essay nya di majalah time ketika menampilkan foto anak jalanan di Jakarta), foto-fotonya menampilkan hal-hal yang selama ini aku pikirkan yaitu kemiskinan, peperangan, kesedihan dan seperti menyadarkan aku bahwa aku orang yang sangat beruntung dibandingkan citra yang ditampilkan Jim di majalah tersebut. Dan timbul semacam keinginan untuk berbuat sesuatu bagi orang lain, membuat lebih menghargai hidup, membuat sekitar lebih baik.

Usia manusia tidak lama, mungkin 80 tahun, ada yang 100 tahun, kebanyakan 60 sampai 70 tahun. Sangat singkat dibandingkan usia bumi yang sudah jutaan tahun atau dibandingkan tata surya yang sudah milyaran tahun. Kenapa manusia harus menciptakan tragedi di rentang waktu yang singkat ini ?

"I have been a witness, and these pictures are

my testimony. The events I have recorded should

not be forgotten and must not be repeated."

-James Nachtwey-

Friday, October 12, 2007

Journey of Man


Closing speech dari presenter NGC membuat aku terduduk dan termenung. Ia mengatakan : "who ever we are, under our skin we are afrikan !" Saat itu juga aku berpikir aku harus menulis ini. Kata yang sarat mana, proses pembuatan dokumenter "Journey of Man" seharusnya membuat kita semakin sadar, bahwa semua manusia adalah bersaudara dan berasal dari satu nenek moyang dari benua yang bernama AFRIKA.

Sekali lagi National Geographic membuka wawasan ku. Film yang mencerahkan, yang membuat aku sadar bahwa kita harus saling memperdulikan karena sesuatu hal positif yang kita buat, dapat membuat kualitas hidup di bumi semakin baik, dan kesalahan kecil yang kita lakukan bersama-sama dapat melenyapkan kekayaan alam, budaya yang telah diwariskan ribuan tahun oleh nenek moyang kita.

Kesimpulan aku, betapa kecilnya aku ini, betapa hebatnya nenek moyang kita dahulu. Sekiranya kita menghargai apa yang telah mereka lakukan, kita saat ini pasti berpikir ribuan kali utk saling membinasakan, merusak alam, menghancurkan bumi.

Perjalanan nenek moyang kita 50.000 tahun yang lalu diawali dari benua Afrika, ke Asia Selatan, Asia Tenggara, Indonesia dan berakhir di Australia. Yang jarakna 10.000 an Km dari daerah asal dengan berjalan kaki !!!


http://news.nationalgeographic.com/news/2002/12/photogalleries/journey_of_man/

Saturday, October 06, 2007

Bobby


Bukan karena Sound of Silent aku begitu menikmati film ini, atau lagu Aretha Franklin dan lagu-lagu indah lainnya yang khas tahun 60 an. Tapi kebesaran nama Robert F Kennedy dan kemahiran Emilio Estevez menuangkan pemikiran RFK di film tersebut membuat “Bobby” menjadi salah satu film terbaik di tahun 2007 ini. Konon di Amerika ada dua keluarga yang sangat terkenal, keluarga Jackson dan keluarga Kennedy. Dan keluarga yang erat kaitanna dengan tragedi dalam sejarah Amerika mungkin adalah keluarga Kennedy.

Terlalu banyak bintang film terkenal dan berkelas yang bermain dalam film ini. Masing-masing bermain sebagai tokoh pendamping dengan actor utamanya Robert F Kennedy (Bobby) asli, yang muncul dilayar film berdasarkan potongan-potongan film documenter asli. Hasil kreasi yang bagus dari penulis dan sutradara Emilio Estevez.

Cerita mengambil setting kehidupan orang-orang berhubungan dengan Hotel Ambassador pada tahun 1968.Kita akan mengikuti kehidupan 22 individu yang memiliki problem dalam kehidupan mereka, yang sedang menantikan kedatangan RFK di Hotel Ambassador, yang mana kedatangan Kennedy kelak akan mengubah hidup mereka selamanya.

RFK senator yang ketika itu berusia 42 tahun, pada tanggal 16 Maret 1968 memutuskan mencalonkan diri menjadi Presiden Amerika. Ada banyak kata-kata yang mencerahkan hasil buah pikiran RFK, memulai pencalonan dirinya menjadi Presiden dia mengatakan kata-kata yang bijak yang membangkitkan harapan buat warga Amerika terhadap keadaan yang saat itu sudah muak dengan kondisi Negara mereka. Berikut isi pidatonya,”saya mencalonkan diri menjadi Presiden bukan ingin menantang pihak lain, melainkan menawarkan sesuatu yang baru. Saya merasa terpanggil untuk menjalankan sesuatu yang seharusnya kita lakukan, semampu saya.”

Saat itu masalah rasial sedang marak-maraknya, dengan puncak peristiwa penembakan hinga tewas tokoh kulit hitam Martin Luther King. Perang Vietnam yang membuat ekonomi AS terpuruk dan pemerintahannya dikecam rakyatnya, perbedaan antara kaya dan miskin, dan tuntutan persamaan gender. Demonstrasi marak dimana-mana dan rakyat banyak yang tidak puas dengan pemerintahan.

Apa yang dirasakan oleh masyarakat saat itu, dengan baik diangkat oleh Emilio dalam cerminan cerita 22 tokoh yang kita ikuti ceritanya. Immigran yang harus bekerja dobel agar mendapat penghasilan yang cukup, orang yang tidak pernah puas dan selalu marah kepada sekitarnya, wanita yang menjadi simpanan lelaki bersuami, bawahan yang menjadi korban atasannya, orang tua yang kesepian dihari tuanya, pemuda yang menghindar tugas militer ke Vietnam, orang kaya yang hanya peduli dengan apa yang dia gunakan, suami istri yang tidak bahagia, dan orang yang terus mencari jati diri dan maupun mereka yang ingin meraih impian American Dream.

Bobby membukakan mata mereka dengan kematiannya, dengan meninggalnya tokoh RFK membuat kita semua termasuk penonton berpikir, sebenarnya untuk apa kita hidup. Yang kita butuhkan adalah kedamaian, tetapi kita sibuk menciptakan neraka, dan kita menyebutnya kedamaian ?

Mungkin benar pepatah yang mengatakan, orang baik cepat dipanggil Tuhan. Mungkin agar orang tersebut tidak berubah menjadi jahat ??

Di akhir film, sutradara mengutip kata-kata yang akan terus mengikuti kita, meski film tersebut telah selesai kita tonton :

……….

Kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan, penindasan hanya akan menimbulkan balas dendam. Dan hanya dengan melenyapkan kita semua, penyakit ini dapat lenyap dari jiwa kita.

………

Sungguh ikatan dari perasaan senasib, sungguh ikatan dari kesamaan tujuan dapat mulai mengajarkan kita sesuatu. Sesungguhnya kita akhirnya dapat belajar untuk melihat sekeliling kita, sesama kita, bahwa kita dapat mulai berusaha dengan lebih giat untuk menyembuhkan luka diantara kita serta berkata, didalam hati kita, bahwa kita adalah saudara sebangsa dan setanah air, sekali lagi.

Sunday, September 30, 2007

Opini Form@t Koran Kompas 17 Sept 2007

Merespon opini Kompas dalam lembaran Teknik Informasi yang bernama form@t, aku mencoba menulis email pada tanggal 22 Sept 2007 kepada mereka tetapi sayangnya sampai saat ini belum dibalas. Berikut email aku :

Dear form@t,

Apa sih yang benar-benar membuat kita merasa aman di Indonesia ini ? Saat ini sepertinya hampir dalam segala bidang kita tidak merasa aman. Melakukan perjalanan baik darat, laut ataupun kita merasa tidak aman, melakukan usaha kita tidak merasa aman, dibidang pertahanan kita juga tidak merasa aman, mau kerja diluar negeri pun kita tidak merasa aman, mengurus ktp pun kita merasa tidak aman, intinya kenyamanan, keamanan dan kepastian sesuatu yang mahal, tidak pasti dan tidak ada standardnya di Republik ini.

Demikian juga dengan privacy perorangan, jangankan yang sifatnya personal, yang sifatnya rahasia negara yang sudah jelas-jelas ditulis rahasia dan tidak untuk disebarluaskan pun dapat dengan mudah tersebar dijagad per email an dan media masa. Seperti transcript pembicaraan Habibie dan Jaksa Agung, surat dinas Sekretariat Kepresidenan, atau pun surat dari Kepolisianuntuk keperluan penyelidikan dan banyak contoh lainnya. Dunia digital sebenarnya sudah membuat hidup kita seperti buku yang terbuka, semuanya terdokumentasi dan terekam. Hanya ketidaktahuan dan etika profesi saja yang membuat sms,transaksi kartu kredit,pembicaraan telpon, rekam jejak browsing atau pun email tidak tersebar kemana-mana.

Sehubungan dengan opini rekan-rekan form@at pada tanggal 17 September 2007 yang lalu tanpa memberi kesempatan PT Telkom dan pihak Kepolisian melakukan pembelaan (atau tidak perduli dengan penjelasannya?) anda sudah memvonis :

  • Kejadian ini menjelaskan, kalau berbagai informasi yang kita gunakan memanfaatkan kemajuan teknologi sekarang ini, dengan mudah dilecehkan oleh para penyelenggara teknologi seperti yang dilakukan oleh PT Telkom Tbk.
  • "Apa yang dilakukan operator terbesar di negara ini mencerminkan betapa buruknya perilaku mereka (baca Telkom) yang secara sengaja melecehkan kepentingan konsumen" (paragraf ke 4)

Anda juga menyatakan hanya di Indonesia para operator bisa bersikap semena-mena terhadap konsumennya termasuk SMS sampah yang terus-menerus menghantui pengguna ponsel. Kalau boleh tahu sumber berita ini darimana ? Apakah di negara-negara berkembang (yang jumlahnya ratusan) pernah dilakukan research sehingga dapat ditarik kesimpulan seperti ini ? Sementara di Amerika saja sebelum ada Protect America Act 2007, proses sadap menyadap sudah lazim dilakukan, meski ujung-ujungnya untuk alas an keamanan.

Berkaitan kasus sadap-menyadap diatas untungnya Kapolri sudah menjelaskan dalam Kompas 18 September 2007 halaman 5 bahwa terkait penyadapana terhadap Metta Dharmasaputra, sebenarnya "tersadap" ketika yang bersangkutan sedang berkomunikasi dengan buronan yang bernama Vincentius Amin Sutanto (Karyawan PT Asian Agri) yang terlibat kasus penggelapan pajak jumlahnya milyaran. Untuk tugas kepolisian ini pihak POLRI dengan segala kelebihan dan kekurangannya lah yang lebih tahu.

PT Telkom tentunya bekerja berdasarkan permintaan Kepolisian dan prosedurnya sesuai dengan UU dan aturan yang berlaku di Perusahaan. Saya yakin mereka tidak kurang kerjaan sehingga harus menyadap-nyadap pembicaraan orang, soalnya untuk mengerjakan pekerjaan yang ada saja rasanya waktu tidak cukup.

Sekedar mengingatkan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang penyadapan, bahwa rekaman komunikasi lewat telepon hanya boleh dibuka dengan sejumlah syarat. Di antaranya untuk keperluan penyidikan tindak pidana tertentu (narkoba atau tindak pidana yang tuntutannya lebih dari lima tahun, seumur hidup, atau mati). Permintaan itu harus diajukan oleh jaksa atau polisi dengan tembusan ke Menteri Komunikasi. Berkaitan dengan hal ini pihak Telkom sering menolak permintaan penyadapan, karena tidak sesuai dengan PP No.52 dan UU Telekomunikasi.

Untuk membahas hal diatas mungkin perlu waktu dan perlu bahan-bahan yang lebih lengkap, tapi yang ingin saya kritik adalah berkaitan dengan tulisan form@at di Koran Kompas kemarin, jelas-jelas menjelek-jelekkan PT Telkom Tbk. Dan jangan lupa tulisan rekan-rekan wartawan tersebut dibaca oleh banyak orang, dan menjadi semacam iklan yang sifatna merugikan terhadap perusahan ini. Dalam persaingan usaha sekarang ini, iklan buruk terhadap competitor merupakan keuntungan tersendiri bagi competitor yang lainnya. Semoga tulisan tersebut bukan merupakan pesanan pihak lain.

Anyway semoga rekan-rekan lebih hati-hati lagi ketika menyudutkan pihak lain. Satu hal yang saya rasakan, dinegeri kita ini, sulit rasanya mencari media yang melihat gelas terisi setengah, kebanyakan melihat gelas kosong setengah. Kita kebanyakan berpandangan negative terhadap pihak lain (sama seperti paragraf awal tulisan saya), padahal kalau kita bisa jernih dalam mengamati, biasanya kasus yang satu dengan yang lain saling kait mengkait bukan berdiri sendiri-sendiri. Dan jangan lupa wartawan juga manusia, kadang melakukan kesalahan dan jangan seenaknya terus-terusan berlindung dibalik UU Nomor 40 Tahun 1999.

Salam hangat,

-pembaca setia Kompas -

Wednesday, August 08, 2007

Prajurit Pilihan


I am closing my 52 years of military service. When I joined the Army, even before the turn of the century, it was the fullfillment of all of my boyish hopes and dreams. The world has turned over many times since I took the oath at West Point, and the hopes and dreams have all since vanished, but I still remember the refrain of one of the most popular barracks ballads of that day which proclaimed most proudly that old soldiers never die; they just fade away. And like the old soldier of that ballad, I now close my military career and just fade away, an old soldier who tried to do his duty as God gave him the light to see that duty.

Good Bye.


(
General Douglas MacArthur's speech before the joint session of Congress on April 19, 1951)

Wednesday, August 01, 2007

Kebahagian itu hak kita


Salah satu film drama yang membuat aku tergetar ketika menyaksikannya adalah Kramer Vs Kramer. Film yang dibintangi oleh Dustin Hoffman dan Micheller Pfeifer di era 80-an, yang bercerita tentang pasangan yang memperebutkan anak semata wayang mereka. Tidak banyak film yang membuat aku bangkit dari posisi tidur dan duduk tegak karena tersentuh oleh akting dan cerita yang memikat. Kramer Vs Kramer adalah salah satunya.

Curly Shue, film yang lucu dan memikat. Aku terpikat acting gadis kecil yang mampu berdialog dengan cerdas dengan teman ibunya, yang dianggap seperti ayahnya sendiri. Kemudian datang Evelyn yang dibintangi Pierce Brosnan yang merupakan adaptasi dari kisah nyata yang berlatar belakan Irlandia. Lalu Sean Pean dan bintang cilik favoritku Dakota Fanning bermain luar biasa dalam I am Sam, dan yang baru saja aku tonton The Pursuit of Happyness.

Entah kenapa aku tertarik dengan film-film diatas. Satu hal yang pasti karena aku suka dengan anak-anak kecil, tetapi jika diperhatikan lebih jauh lagi, film-film yang aku sebutkan diatas adalah film yang bertemakan single parent. Mudah-mudah an aku tidak menjadi single parent kelak hehehehe.

Sepertinya sesuatu hal yang biasa, jika seorang ibu merawat anaknya dari kecil hingga besar seorang diri, dan ini akan menjadi kejadian luarbiasa ketika yang menjadi orang tua tunggal adalah si bapak. Semua film yang aku sebutkan diatas yang menjadi tokoh sentral adalah sang bapak. Buat aku untuk tahun 2007 ini, mungkin film drama terbaik yang aku tonton ditahun 2007 ini adalah The Pursuit of Happyness.

Ketika kita punya banyak waktu, banyak uang dan memiliki keluarga yang harmonis, mudah buat kira untuk menjadi yang terbaik. Tetapi ketika kita ditinggal istri kita, tidak punya pekerjaan tetap, merawat anak usia 5 tahun seorang diri, serta tidak memiliki rumah, bagaimana mungkin kita mampu menjadi yang berprestasi ? Ini tentu akan menguras segala tenaga dan pikiran. Hanya orang yang luar biasa saja yang mampu melewatinya, dan memang Chris Gardner adalah orang yang luar biasa. Pekerja keras, pintar, rekan yang baik, ayah yang sangat mencintai anaknya, dan selalu positive memandang setiap keadaan.

Film yang diproduksi oleh Overbrook Entertainment ini, berdasarkan pengalaman pribadi Christopher Gardner. Hal ini semakin membuat film tersebut semakin menarik untuk ditonton, kisah nyata yang bisa menjadi inspirasi buat penontonnya. Dibintangi oleh Will Smith yang memerankan Chris Gardner serta anak kandungnya Jaden Smith yang memerankan anak Gardner, membuat film ini menjadi unik, yang hebatnya akting ayah dan anak sungguh baik sehingga membuat film ini semakin terasa nyata.

Dalam kehidupan nyata, Chirs Gardner kelahiran Milwaukee 9 Februari 1954 - yang adalah CEO dari perusahaan Gardner Rich & Co - adalah orang yang menjadi berhasil sesudah memulainya dari bawah. Dia adalah jutawan dari hasil keringat sendiri, enterpreneur, motivator dan seorang filantrofi yang memulai usahanya dari awal tahuan 1980 an, sambil membesarkan anaknya serta sempat tidak memiliki tempat tinggal tetap sehingga harus terkadang setiap harus harus tinggal berpindah-pindah, dengan membawa anaknya Christopher. Gardner terinspirasi untuk berhasil karena didikan ibunya. Ada kata-kata bagus dari ibunya, Bettye Jean , yang menjadi inspirasinya: "You can only depend on yourself. The cavalry ain't coming." Hal itu dijalankannya dalam hidupnya, Gardner berhasil karena sikap optimisme dan kerja keras yang ditanamkan ibu nya.

Penulisan Happyness sendiri adalah tulisan graffiti di sebuah tembok dekat tempat penitipan anak Gardner. Tulisan yang kerap dibaca oleh Gardner ketika mengantar anaknya Christopher, seharusnya tulisan itu menjadi Happiness. Pada malam perdana pemutaran film The Pursuit of Happyness, pada tanggal 15 Desember 2006, Gardner memilih tidak ikut serta dalam acara tersebut, melainkan dia memilih menjadi tamu yang bertindak sebagai inspirator dalam sebuah acara Natal untuk perusahan JHT Holdings, Inc di Kenosha Wisconsin.

Saturday, June 02, 2007

Home Sweet Home !

Depan


Dapur


Tengah


Belakang

Ketika harus berpindah tempat, biasanya aku memakan waktu lama untuk mempersiapkan diri meninggalkan tempat yang lama. Ada semacam prosesi mempersiapkan diri ketempat yang baru, disamping menikmati hari-hari terakhir dirumah atau di kamar yang akan ditinggalkan. Terus terang yang paling sulit adalah ketika harus meninggalkan tempat yang lama. Aku mungkin typical orang yang tidak suka berpindah-pindah tempat tinggal, meski untuk urusan travelling dan jalan-jalan aku termasuk orang yang gemar melakukannya. Laksana perpisahan dengan seorang sahabat atau kekasih, mungkin begitulah yang aku rasakan ketika harus berpisah dengan kamar-kamar ku sebelumnya.

Ditempat terakhir, aku menghabiskan kurang lebih 4 tahun, dengan berbagai kenangan didalamnya. Kenangan ketikan aku bermasalah dengan sahabatku, pacarku, orang tuaku ataupun dengan kerjaan ku. Ketika hari libur, aku bisa menghabiskan waktu seharian dikamar, hanya keluar untuk makan dan mandi saja. Kamar adalah pusat segala kegiatan ku. Menonton ratusan DVD, menelpon berjam-jam, menjelajahi dunia maya nonstop, menonton tv atau pun mendengar musik, dengan listrik tidak pernah terputus lebih dari 5 menit (kemewahan yang akan tidak aku dapat ditempat lain di Balikpapan). Fasilitas seorang direktur kata temanku Jon, atau komentar Devi, ”Abis gmn kagak ? Di kamar bisa browsing 24 jam, telp inlok & inter'l gretongan, trus koleksi pilem DVD-nya berkoper2 (buka rental aja mas hehe), blm lg buku & majalahnya yg bagus2. Buat aq sih, tempatnya abang surga aja. Kalo g inget aq cewek & wajib pulang, males deh pulang hehehe.

Tempat sebelumnya juga seperti itu, aku terpaksa pindah karena semua teman-teman satu rumah ku menikah dan keluar rumah. Kalau saja aku punya banyak uang, pasti aku memilih untuk meneruskan kontrak rumah itu, tetapi berat rasanya bayar kontrak sendiri, sehingga aku memilih untuk pindah ketempat sekarang. Ketika semua teman-temanku sudah meninggalkan rumah, aku menjadi orang yang terakhir berpisah dengan rumah, setiap sudut rumah punya kenangan yang Kadang membuat hati ketawa, sedih ataupun terharu, damn may be because I’m so sensitive, huh ??

Keputusan pindah kali ini harus kuambil, karena sudah diwanti-wanti oleh yang punya gedung, “Ditempat ini akan dibangun fasilitas olah raga, jadi gedung ini akan dirobohkan, bapak kami persilahkan mencari tempat lain!” , begitu kurang lebih kata temanku. Istana yang baru telah kubangun, kubuat senyaman mungkin dan seindah mungkin. Karena buat aku, tempat dimana aku menghabiskan sebagian besar waktu ku, haruslah tempat yang membuat aku merasa nyaman dan betah selama berjam-jam. Istana yang kubangun selama kurang lebih satu tahun. Mungkin buat orang, rumah hanyalah sekedar tempat berteduh dan mungkin kurang penting, tetapi buat aku rumah ku adalah istana ku, tempat dimana aku merajut kenangan baru dan tempat dimana aku menyusun mimpi-mimpi ku. SELAMAT DATANG RUMAH BARU !!

Home Sweet Home

You know I’m a dreamer
But my heart’s of gold
I had to run away high

So I wouldn’t come home low
Just when things went right
It doesn’t mean they were always wrong

Just take this song and you’ll never feel
Left all alone
Take me to your heart

Feel me in your bones
Just one more night
And I’m comin’ off this
Long and winding road

I’m on my way
Well I’m on my way
Home sweet home

Tonight tonight
I’m on my way
I’m on my way
Home sweet home

You know that I seem
To make romantic dreams
Up in lights, fallin’ off
The silver screen

My heart’s like an open book
For the whole world to read
Sometimes nothing-keeps me together
At the seams

I’m on my way
Well I’m on my way
Home sweet home

Tonight tonight
I’m on my way
Just set me free
Home sweet home

(Mötley Crüe, Theater of Pain, Released: 07/13/1985)

Thursday, April 26, 2007

Teman ku si Mora

I'm strong when I'm on your shoulder You raise me up to more than I can be....

Hari ini American Idol menunjukkan kemurahannya dengan mengajak pemirsa TV di Amerika berbuat sesuatu untuk mereka yang kurang beruntung di Afrika. Mereka yang hidup dalam kemiskinan, yang sekarat karena sakit, anak-anak yang menjadi yatim karena ditinggal orang tua yang meninggal karena AIDS dan anak-anak tersebut menderita AIDS, serta jutaan lainnya yang kurang beruntung dan merupakan yang termiskin dari antara yang miskin. Donasi, kebiasaan yang harus kita tularkan,karena tidak semua orang seberuntung kita.


Tanggal 16 April 2007, tindakan yang berbalik 180 derajat dilakukan di Universitas Virginia Tech, seorang pembunuh berdarah dingin, menembakkan pelurunya secara membabi buta dan menewaskan 32 mahasiswa dan dosen universitas tersebut. Tragedi terburuk dalam sejarah penggunaan senjata api legal di Amerika, 32 manusia tidak bersalah mati sia-sia.

Dari semua teman aku, sampai saat ini PARTAHI MAMORA LUMBANTORUAN adalah orang yang paling terkenal di dunia. Mora turut menjadi korban kekejaman pelaku penembakan brutal di Virginia Tech. Mora teman sekelas ketika di SMA Negeri 1 Medan yang tinggal menunggu wisuda PhD nya, meninggalkan orang tua tercinta dan teman-temannya dengan cara ditembak, ketika sedang di ruang kelas ketika belajar bersama teman-temannya.

Mora, si “bulu” kami memanggilnya, anak yang rajin, selalu duduk di bangku belakang karena badannya tinggi besar. Hebat juga Mora yah bisa ambil program Doktor di Amerika !


Kehidupan selalu berjalan seperti dua sisi mata uang, kadang pada suatu saat kita mengalami sukacita dan duka cita sekaligus. Berbuat baik lah karena hal yang paling menakjubkan yang bisa kita buat adalah, ketika hidup kita berarti buat orang lain, kalau tidak percaya tatap mata mereka ketika kamu berbuat sesuatu yang berarti buat seseorang. Ketika duka menghampiri kita, yakin lah di ujung sana masih ada kebahagiaan, karena apa yang kita rasa buruk selalu memiliki sisi positif.

Mora, Tuhan sayang kepada mu kawan, sehingga kau dipanggil d
uluan. Selamat Jalan Kawan ! Vaya Con Dios


We will continue to invent the future through our blood and tears and through all our sadness ... We will prevail ...

Nikki Giovanni, University Distinguished Professor, poet, activist


Mora dalam liputan dunia :

Monday, March 26, 2007

Catatan Senin Malam


Makan enak, akan terasa lebih nikmat dikala kita lapar dan dikala kita tidak sering menikmati santapan lezat. Kala lidah terbiasa dengan aneka rasa yang nikmat, serta perut senantiasa terisi penuh, sensasi rasa ketika lidah menyentuh makanan sering sekali menjadi hambar, dan santapan lezat menjadi sesuatu yang biasa dan kita kurang menghargainya.

Sama seperti makan, ketika setiap saat kita disuguhi film yang indah, yang indah itu pun menjadi sesuatu yang tidak istimewa. Perlu ada keseimbangan dalam hidup, sehingga kita dapat lebih menghargai suatu keadaan, dan tidak selalu merasa kita orang yang kurang beruntung.

Buat aku, sama seperti makan yang adalah kebutuhan jasmani, cerita indah, lagu indah dan pemandangan yang indah merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, mungkin itulah yang dikenal dengan nama kebutuhan rohani.

Sudah lama rasanya aku tidak menyaksikan film yang bagus dikarenakan kesibukan yang rasa-rasanya tidak pernah berakhir. Rencana sudah banyak dikepala, ketika nominasi Oscar 2007 diumumkan. Babel sudah dibeli, Queen sudah masuk dalam koleksi terbaru, demikian juga dengan The Last King of Scotland, serta puluhan film lainnya. Tetapi rasanya 24 jam tidak cukup sehingga tidak pernah ada waktu untuk menikmati film-film tersebut, sampai kepada hari Minggu kemarin aku memutuskan untuk mengambil sedikit waktu aku menikmati santapan lezat : "Film yang berkualitas."

Benar kata Oprah, Forest Withaker bermain sangat bagus dalam film the Last King Of Scotland, sehingga sangat pantas di ganjar piala Oscar pemeran pria terbaik. Sebelum Oscar diumumkan pun aku sudah punya bayangan bahwa Oscar kali ini untuk pemera pria akan diberikan kembali kepada aktor kulit hitam yang berbadan besar tersebut. Awalnya seperti cerita kepahlawanan milik Paul Farmer, dokter yang mengabdikan diri menjadi sukarelawan di negara berkembang. Ternyata Dr. Garrigan hanya karakter antara buat kita untuk mengenal karakter Idi Amin, Presiden Uganda. Forest berhasil menampilkan potret Idi Amin dengan segala kegilaannya. Karakter yang penuh ironi, di puja sekaligus di benci rakyat Uganda. Disatu sisi dia mengangkat rasa kebanggaan sebagai orang Afrika, tetapi di sisi lain, dia menjadi horror buat lawan-lawan politiknya dan bahkan teman-teman dekatnya.

Satu hal yang terus menghantui aku ketika film itu berakhir. Ketika aku hanya menyaksikan hal tersebut melewati film, dibelahan bumi yang lain, ada orang mengalami horror seperti yang ditampilkan Idi Amin. Cerita Hitler, diulang kembali oleh Idi Amin, diulang kembali oleh Polpot, dan ribuan penguasa lainnya, yang bagi mereka, horror adalah satu-satunya bahasa yang mereka kuasai.


Idi Amin: A man who shows fear... he is weak, and he is a slave.

Nicholas Garrigan: If you're afraid of death... it just shows you have a life worth keeping.


Hmmm........ betapa beruntungnya aku, dapat tidur nyenyak malam ini, meski kami pernah punya Soeharto!

Friday, February 16, 2007

Pesan Buat Engki dan Febi

Ada Iman, pengharapan dan Kasih, tetapi yang terbesar dari semuanya adalah kasih.Kang Iman, masih tetap mencintai istri yang telah membunuh ketiga anak kandung mereka,karena dia mengerti istrinya sangat mencintai anak-anaknya tetapi melakukan perbuatan tersebut karena si istri mengalami gangguan jiwa.

Kang Ayi, seorang penjual gorden yang penghasilannya pas-pasan, karena merasa iba kepada anak-anak yang tidak memiliki uang untuk membeli buku,dengan tekad yang kuat akhirnya mampu mendirikan Perpustakaan sederhana. Kang Ayi dalam kekurangannya masih memiliki rasa empati untuk menolong mereka yang membutuhkan pertolongan. Karena kasih sayangnya kepada orang lain, si akang tidak melihat kekurangannya sebagai hambatan untuk berbagi.

Pak Atang, dengan jiwa besar memaafkan lelaki yang telah menodai anak kandungnya dan kemudian membunuhnya. Pak Atang mendatangi penjara tempat lelaki tersebut dihukum, dan kemudian dengan jiwa besar memaafkan pelaku. Sesuatu yang diluar jalan pikir kebanyakan orang, memaafkan dan mendoakan orang yang telah berbuat jahat kepada kita. Sering kita dengar orang berbuat jahat kepada orang yang baik, seperti yang dilakukan para penjahat kepada orang lain yang tidak pernah merugikan dan melakukan hal jahat kepada mereka, tetapi mengampuni seseorang yang telah menodai anak terkasih kita kemudian membunuhnya ?

Kick Andy, menceritakan sesuatu yang bisa kita ambil sebagai pelajaran malam ini. Terlalu sering kita mendengar kejahatan, kebrutalan, kebencian, kebengisan. Awal dari tulisan ini pun menceritakan pembunuhan dan pembunuhan, tetapi di akhir cerita, ada cinta yang mampu menenangkan jiwa dan meneduhkan amarah.

Valentine tidak dicetus oleh Yesus Kristus, bukan pula artinya merayakan Valentine berarti kita mengagungkan atau memuliakan ajaran Kristus, seperti pemahaman yang salah sebahagian saudara kita. Valentine adalah produk komersial dari para pedagang untuk memasarkan produk-produk mereka, karena setiap hari besar yang dibesar-besarkan oleh media masa, artinya ada potensi pasar yang besar disana. Memang benar agama monotheisme pertama yang menekankan pengajaran tentang kasih sayang, setahu saya ajaran Yesus, tetapi tidak seperti pemahaman Valentine yang lebih menekankan kepada produk konsumtif dan eros (penekanan kepada kasih terhadap lawan jenis). Yang diajarkan adalah kasih yang tulus, seperti kasih seorang sahabat yang rela memberikan nyawanya kepada para sahabatnya.

Karena kasih juga adikku Yunita memilih Frengki sebagai mempelainya pada tanggal 2 Februari 2007 yang lalu. Kasih yang tidak mengandalkan rasio semata, tetapi kasih yang direstui Sang Bapa, yang mereka yakini sebagai pengikat hubungan mereka. Kasih dalam bingkai segitiga agung, secara horizontal hubungan antara suami dan istri, dan secara vertical keduanya terhubung dengan sang pencipta, yang akan menjadi tempat mereka mengadu dan meminta pertolongan ketika kehidupan rumah tangga mereka penuh dengan persoalan.

Kiranya kasih dan cinta yang telah kalian terima dari Yang Maha Kuasa yang senantiasa mempersatukan kalian dalam kehidupan kalian dimasa-masa mendatang yah dek ? Selamat menempuh hidup baru !!!

Dengan Bapak dan Mamak


Dengan Saudara-saudara


Pernikahan Feby dan Frengki


Dengan Keluarga Frengki


Makan bunuh di Dinar :)

Saturday, January 27, 2007

Selamat Datang 2007


Hope is brightest when it drawn from fears (Sir Walter Scott)

Rencana yang paling popular, berdasarkan survey yang dilakukan ACNielsen online terhadap masyarakat terhadap rencana mereka di tahun 2007, sebanyak 62% berjanji akan lebih banyak melakukan olah raga di tahun ini, separuh diantaranya merencanakan keseimbangan yang lebih baik antara rumah dan pekerjaan.

Trend hidup sehat akhir-akhir ini menjadi fenomena menarik, karena banyak ditampilkan oleh para pesohor dunia, diantaranya Oprah. Dalam acara talk shownya, sering sekali Oprah menampilkan acara yang bertemakan kesehatan dan kebugaran, dan ini menjadi semacam trend dikalangan artis-artis saat ini, sedikit banyak ini mempengaruhi orang banyak dan menjadi kecendurangan yang baru. Untuk Negara berkembang seperti Vietnam dan Indonesia, kecendurangan keinginan masyarakatnya adalah memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan mendapat keseimbangan dalam hidup di tahun 2007

Selain kesehatan dan keseimbangan, rencana yang paling popular lainnya ditahun 2007 adalah melakukan diet (32%), menghabiskan banyak waktu dengan keluarga (28%), melakukan hobby baru (26%) serta berbagai keseimbangan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup. Ada masa dimana manusia hanya focus mencari dan mencari nafkah, pada suatu titik kita sampai pada pertanyaan hidup bagaimana yang sebenarnya kita inginkan ? Dan jawaban yang paling popular saat ini mungkin adalah hidup sehat dan seimbang.

Setiap awal tahun senantiasa ditandai dengan evaluasi diri dan adanya perubahan yang lebih baik dari masa-masa sebelumnya. Titik start perubahan secara personal biasanya pada saat seseorang ber-ulang tahun, sementara secara kolektif baik sebagai sebuah korporasi atau pun sebuah Negara, pencanangan keinginan berubah itu dilakukan di awal tahun.

Berubah adalah salah satu ciri mahluk hidup, yang sekaligus merupakan drama kehidupan yang memberi banyak ketakutan sekaligus harapan. Berubah merupakan perangkat yang memampukan mahluk hidup bertahan ditengah kompetisi kehidupan.

Sebagai individu, kita bisa mencanangkan perubahan apa saja yang akan kita lakukan ditahun 2007. Ada yang berhasil, ada pula yang gagal. Ada yang merupakan pencanangan perubahan dari tahun-tahun sebelumnya yang selalu lupa atau gagal dilakukan karena keengganan meninggalkan zona nyaman (comfort zone).

Selamat tinggal tahun 2006 dengan segala keberhasilan dan kegagalannya, selamat datang tahun 2007. Selamat mengisi tahun 2007, kiranya makin banyak prestasi yang ditoreh ditahun 2007 ini.