Thursday, August 22, 2019

Dua Puluh Film Berkesan-ku

Beberapa waktu yang lalu, Mas Arie Saptaji mengundangku untuk memasang satu poster film yang berkesan setiap hari selama sepuluh hari  (tanpa penjelasan tambahan apa pun). Terus terang bingung awalnya, karena banyak film yang berkesan yang aku koleksi (Saat ini ada lebih dari 4,000 film, 20 Film ini diantaranya). Berkesan tentu sangat subjective utamanya dipengaruhi oleh pengalaman, bacaan2 dan isyu yang ada saat film ini ditonton. 

Banyak film bagus di luar sana, membuatnya menjadi 20 list tidak lah mudah.

List ini sudah kusiapkan beberapa bulan yang lalu. Sesaat sesudah tantangan diterima. Rule nya sedikit aku ubah. Aku memilih 10 film dokumenter dan 10 film bioskop yang disandingkan posternya. Tadi tiba-tiba terbersit membuat list film ini menjadi satu paragraph, karena aku sadari ada pola yang sama dari ke 20 film ini. 

Mungkin seperti ini paragraphnya: 

Ketidakadilan selalu akan ada di dunia ini, kita tidak akan pernah bisa menghentikannya karena pelakunya orang-orang disekitar kita yang namanya Manusia (bukan monyet yaaa). Sebagian besar pasrah, tetapi akan ada pahlawan-pahlawan yang bisa berdamai dan berusaha meluruskan yang tidak adil tersebut sesuai tanggung jawab yang dipegangnya. Entah sebagai ayah, sebagai anak, sebagai fotografer, sebagai politikus, sebagai aktivitis dan berbagai role yang dijalankannya.
Tidak banyak jumlahnya tetapi mereka menginsipirasi  saat kebanyakan orang yang hanya bisa diam dan menonton saja, Seperti saya :)


Ini seingat ku aja, kalau disuruh memilih sekarang pasti berubah list filmnya. Dari semua list ini hanya Grave of fire flies yang aku tonton dua kali. Mungkin yang 19 lagi perlu ditonton ulang.

Btw jika ada yang mau tukeran film sama aku :) silahkan email. Filter utama film2 aku IMDB score > 7.0 (banyak juga yang dibawah 7).


Kalau list filmnya banyak, tukerannya pas ketemuan aja . Seperti yang biasa aku lakukan dengan Mas Arie.. :)












Wednesday, August 19, 2015

Foto Dari Jepang

Tidak ada film kartun yang lebih mengharukan dari Grave of the Fireflies. Manusia normal pasti akan terharu menyaksikan film ini. Film berdasarkan kisah nyata sang penulis Akiyuki Nosaka yang kehilangan saudara perempuannya, karena kekurangan gizi pada masa perang dunia ke dua. Judul buku nya "Hotaru no haka" ("A Grave of Fireflies") yang ditulis pada tahun 1967.

Dan dalam perang banyak yang kita korbankan, terutama keluarga. Dan anak-anak lah yang menjadi korban sesungguhnya.

Demikian juga foto, dibawah ini. Narasi dari photograpernya, Joe O'Donnell membuat kita semakin sedih jika mengingat dampak yang ditimbulkan dari sebuah peperangan. Sebuah gambar mewakili ribuan kata-kata, berikut narasi nya:

“I saw a boy about ten years old walking by. He was carrying a baby on his back. In those days in Japan, we often saw children playing with their little brothers or sisters on their backs, but this boy was clearly different. I could see that he had come to this place for a serious reason. He was wearing no shoes. His face was hard. The little head was tipped back as if the baby were fast asleep. The boy stood there for five or ten minutes.”


“The men in white masks walked over to him and quietly began to take off the rope that was holding the baby. That is when I saw that the baby was already dead. The men held the body by the hands and feet and placed it on the fire. The boy stood there straight without moving, watching the flames. He was biting his lower lip so hard that it shone with blood. The flame burned low like the sun going down. The boy turned around and walked silently away.”








This story looks like the real-life “Grave of the Fireflies“, a Japanese movie from 1988. A tragic film covering a young boy and his little sister’s struggle to survive in Japan during World War II. It’s a really powerful movie and highly recommended to watch.
http://www.imdb.com/title/tt0095327/

Sumber: 
http://rarehistoricalphotos.com/japanese-boy-standing-attention-brought-dead-younger-brother-cremation-pyre-1945/

Sunday, July 26, 2015

Surat Buat Jon tentang Papua

Benar Jon, waktu kecil sekitar tahun 80 an keinginan merdeka tidaklah sebesar sekarang. Meski gejalanya sudah terlihat, yaitu kecemburuan terhadap pendatang, istilah teman2 waktu kecil: rambut lurus. Kuncinya keamanan dan masih banyak rambut lurus yang datang ke Papua yang memberi hatinya membangun Papua saat itu.

Pasca reformasi, informasi semakin terbuka. Internet membuka mata generasi muda Papua tentang sejarah mereka. Warisan paling hebat pasca reformasi adalah korupsi semakin menggila di Papua, meski semua kepala pemerintahan orang Papua tapi yang menikmati hasil pembangunan dan pemekaran sayangnya pejabat dan mitranya yg kebanyakan rambut lurus, yang datang belakangan tidak memiliki hati membangun Papua tapi mencari keuntungan semata, tidak menghargai budaya lokal, ditambah ketidakpedulian pusat dan masih mengedepankan cara represif yang sulit disembunyikan di era informasi ini. Benar 80 persen, bahkan lebih orang asli Papua ingin M saat ini, aku rasakan sendiri ketika berdiskusi sama teman2 dari Papua.

Kejadian Tolikara barusan membuat orang Papua semakin jengkel melihat saudaranya luar Papua. Orang Papua melihatnya tindakan represif aparat kepada Papua, tetapi luar Papua yang otaknya nangka melihat ini persoalan agama. Mereka tidak terdengar suaranya ketika bertahun2 warga Papua ditembaki tetapi tiba-tiba lantang karena peristiwa Tolikara.

Buatku apapun yang terbaik buat Papua, semoga terwujud. Semoga korban jiwa tidak ada lagi, kalau merdeka yang terbaik biarkan Papua Merdeka, meski aku mungkin orang yang paling sedih kalau itu terjadi, karena ari2ku tertanam disana. Kasihan terlalu lama mereka menderita.

Oh iya tentang bintang Daud itu, tolong sampaikam keteman2mu sesudah bendera bintang kejora, simbol itu yang paling populer di Papua. Ini tidak ada kaitannya dengan Israel, dari aku kecil pun bintang Daud sudah populer. Tidak perlu didenda kalau tidak pasang logo itu, bahkan strip biru-putih di bendera bintang kejora terinspirasi dari situ!

Semoga bisa ke sana dalam waktu dekat ya Ces? 
Salam hangat ribuan kilometer dari luar Papua!

Wednesday, April 01, 2015

Umpatan dari Timur ke Barat






Di Papua umpatan dengan kosa kata binatang piaraan - babi, anjing, kakerlak (ini bukan piaraan) - adalah biasa. Menjadi lebih biasa saat ada yang marah, makian binatang piaraan itu keluar. Masyarakat terbiasa mendengar hal itu, kadang-kadang (ini jarang) pemuka agama pun mengeluarkan kata-kata seperti itu kalau marah. Waktu aku SMP, guru terbaik kami kalau marah mengeluarkan kata-kata binatang, kalau ada dari kami yang buat salah. 

Tapi yang paling hebat rasanya waktu awal-awal  di Medan. Saat itu lagi ngobrol santai dengan Oppung dan saudara mamak, tiba-tiba terdengar anak kecil tetangga yang berumur 5 tahunan berteriak nyaring memaki kakakmya, kali ini bukan menggunakan bahasa binatang melainkan menyebut nama kelamin. Aku terkaget-kaget mendengarnya, dan sejak itu aku tahu Medan memang beda.

Indonesia itu ya warna-warni, ekspresi marah bisa lantang dan bisa pula dalam diam. Ada yang terbuka dan ada yang makan dalam. Sering-sering lah jalan-jalan dan berinteraksi dengan masyarakat dari daerah yang berbeda dengan kita, biar tidak rasis  dan mengerti budaya di tempat lain. 

Friday, March 13, 2015

Untuk Sesuatu Tidak ada Kata Terlambat atau Terlalu Tua


Ini aku salin ulang dari:
http://digitalsynopsis.com/inspiration/never-too-late-start-venture/

Kalau pernah merasa sudah terlambat dalam mengerjakan sesuatu, atau belum tahu apa yang akan dikerjakan kemudian, belajar gagal dari orang lain dan tidak mudah menyerah. Silahkan gambar dibawah ini:












Saturday, February 14, 2015

Film Valentin 2015 ku

Kalau ditanya, apa film Valentinemu tahun ini? Aku jawab," The Secret in Their Eyes". Bukan film yang sweet sebenarnya dan bukan pula tontonan semua umur karena ada potongan adegan kekerasan yang menjadi inti film tersebut. Film yang baru saja aku tonton ini buatan tahun 2009. Tentang sejarah kelam kala rejim militer Argentina masih berkuasa, tentang memory yang makin menguat saat kita berusaha keras untuk melupakannya dan tentang kisah kasih tak sampai.

------
Ini dialog favoritku,
Pablo Sandoval: Ma'am, did a saint die this morning?
Irene Menéndez Hastings: Why?
Pablo Sandoval: Because an angel in mourning just walked through the door.
Irene Menéndez Hastings: It's just a trick we angels have to look five pounds lighter.
Benjamín Esposito: [to Pablo, after Irene walks off] You smooth fucker.

------
Dan pesan yang paling kuat seingatku, 
Ricardo Morales: Choose carefully. Memories are all we end up with. At least pick the nice ones.



Sunday, February 08, 2015

Whiplash

Sudah menonton film ini? Kalau belum, sempatkanlah. Tidak banyak cerita film yang menarik ditonton sejak menit pertama, biasanya 10-15 menit kita baru tahu film tersebut menarik atau tidak. Dan ending film ini pun rasanya seperti badan yang dilempar keatas dan tidak turun kembali, berhenti pada puncaknya.

Buat penggemar Jazz beneran mungkin komposisi musik di film ini hanya mediocre tapi buat aku yang sulit menghafal nada jazz yang rumit dan 'tidak teratur itu' musik dalam film ini ok banget. Tentu dengan plot cerita utama sesungguhnya"abuse of power", bahasa yang digunakan sebagian orang untuk mewujudkan ambisi mereka. Ditambah bumbu cerita legenda  Charlie "Yardbird" Parker.

Akting J.K. Simmon sangat baik, sampai ikut tegang menunggu kemarahan berikutnya akan seperti apa. Menunggu dia meledak lebih menegangkan ketimbang menonton film perang kebanyakan, kandidat kuat peraih Oscar. Dan akting Milles Teller sebagai pemeran utama pun keren menurutku. Dia memainkan sendiri drumnya pada saat latihan,  benar-benar sampai melepuh dan berdarah. Penampilan final solo drumnya keren banget.

Pasti kalian perhatikan bagaimana tampilan film yang close up ke alat-alat musik, seperti potongan foto yang disambung-sambung. Apabila kalian penggemar foto, anggaplah sebuah bonus yang terlalu sayang untuk dilewatkan.

Usia bisa bertambah, pekerjaan bisa berubah-ubah, baju bisa berganti, tetapi passion tetap sama. Dan saat itu menjadi obsesi tidak akan ada yang bisa menghentikan.

Sangat menghibur menurutku, dan membuatku ingin mendengar Orkestra Wynston Marsalis sesudah menonton film ini. 

Monday, February 02, 2015

LuMeYe - Eulogy seorang sahabat



Sewaktu aku SMP, selama 3 tahun dia banyak menginspirasi aku. Dia teman dekatku saat itu dan darinya aku belajar banyak hal.

Dari nya aku belajar bermain gitar. Saat yang lain belajar dengan lagu "Always Somewhere" nya Scorpion, lagi favorit kami waktu latihan Oemar Bakrie dan Bis Kota nya Franky dan Jane. Semua lagu kami mainkan dengan genre country saat itu.

Setiap sore kami latihan bola di depan rumahnya, latihan dribble dan first time saat tendangan pojok adalah yang paling kuingat dari dia. Oh ya tendangan dengan tumit sambil menjatuhkan badan ke depan sudah kami latih saat itu, jauh sebelum Rene Huigita memperlihatkan tendangan kalajengking dalam persahabatan Inggris-Mexico tahun 1995. 

Kami tahan duduk berjam-jam mendengar dia bercerita mop (stand up comedy Papua) yang sangat dikuasainya itu. Sepuluh kali mendengar dia bercerita yang sama, sepuluh kali pula aku ketawa, gayanya benar2 lucu. Dan ceritanya tidak pernah habis, selalu ada cerita yang baru.

Dia pernah berdandan seperti perempuan pada suatu malam dan menggoda laki-laki yang lewat depan rumahnya. Beberapa dari lelaki itu ada yang tergoda, tujuannya hanya utk mendapat cerita lucu dan diceritakan kembali kepada kami.

Mandi di sungai dan pantai sepanjang hari sambil bakar ikan hal yang rutin kami lakukan waktu itu. Setiap hari rasa-rasanya penuh petualangan baru. Dan pulang sekolah adalah masa yang kami sama-sama tunggu biar bisa bermain. Seingatku ada satu lagi teman yang selalu mendampingingi dia kemana saja dia pergi tetangga sebelah rumahnya, Yustinus Wengge. Saat pulang dan bertemu tahun 1992 yang lalu, dia memberi tahu Yustinus sudah meninggal.

Kapan persisnya aku lupa, entah masih SD atau awal-awal SMP, saat pikiran kami masih polos dengan sibuk dengan bermain-main, dia sudah pacaran dengan remaja bule tetangga depan rumahnya. Aku pikir hanya teman biasa, mereka pacaran baru aku tahu beberapa waktu kemudian pada saat gadis itu sudah meninggalkan kota kami. Dia memang flamboyan dan menghanyutkan sejak masih kecil.

Aku selalu mengagumi keriangan yang ditularkannya. Seingatku kalau kami jalan sama-sama di Nabire, sangat banyak orang yang dia kenal ataupun mengenal dia. Tiga tahun intens berteman dengannya, tidak pernah aku lihat dia berkelahi atau ribut sama anak lain. Kalau kalian mengerti Papua, berkelahi atau ribut mulut adalah hal yang biasa.

Pertemuan terakhir kami waktu dia transit di pelabuhan laut Semayang Balikpapan. Waktu itu dia dalam perjalanan ke Bali, untuk menemani kakaknya yang sedang persiapan melanjutkan kuliah di Australia. Kakaknya itu, menjadi wanita pertama Papua yang diangkat menjadi Menteri oleh Presiden Jokowi, Oktober lalu.

Saat bersepeda keliling Taipei kemarin sore, Lina mengirim pesan memberitahu temanku itu menyusul Yustinus, kembali ke pangkuan Bapa di Surga.

Selamat jalan Lukas Mesak Yembise, salam sama Yustinus dan buat Tuhan tersenyum dengan cerita lucumu..

Tuesday, November 11, 2014

Surat Undangan Ke Nabire, 13 Desember 2014

Foto ini diambil di depan salah satu Ruko di Pasar Pathok Jogjakarta

___________________________
Sobat-sobat maafkan aku sebelumnya, karena tidak semua bisa aku kirimi undangan, baik elektronik ataupun cetak. Dan blog ini pun menjadi undangan aku. Jangan lupa isi comment ya? Ini akan menjadi pengganti buku tamu, khususnya buat teman yang tidak sempat ke Nabire :)
___________________________

Temanku Yohanes Borosi bertanya, "Cinta menunggu 12 tahun untuk bertemu Rangga, Persib menunggu 19 tahun untuk juara, Maya** menunggu berapa lama Djo?”

“Kami tidak saling menunggu Nes, cuma dipertemukan saat semua elementnya tepat …. Sulit dijelaskan, frasa sederhananya ‘Semua indah pada waktunya’ “, jawabku. Aku sendiri tidak tahu dari mana kata-kata bijak ini muncul hahaha...

Hubungan ku dan Maya sendiri sudah berjalan 12 tahun, terasa singkat karena hubungan yang sangat dinamis seperti mengendarai rollercoaster, naik turun dan berputar-putar! Ada tawa, air mata, jengkel, marah sampai dititik nadir dan bahagia sampai ke awan-awan!

Dan waktu pun menuntun kami untuk mengucap janji suci pernikahan pada tanggal 13 Desember 2014 di Nabire, seperti bunyi undangan dibawah ini:





Nabire sangat personal buat aku, meski ada permintaan beberapa teman dan keluarga, sepertinya tidak akan ada resepsi di tempat yang lain. Yang ada mungkin hanya bertemu dan makan-makan memperkenalkan Maya. Personal karena banyak cerita kanak-kanak, kenakalan semasa remaja, cita-cita kelak dewasa, ikatan emosional dengan sahabat dan keluarga di kota ini. Tempat dimana aku lahir, di Nabire aku menghabiskan 16 tahun terbaikku.

GKI Tabernakel tempat pemberkatan kami pun punya tempat yang khusus di hati. Tanggal 1 Juli 1973 aku di Baptis disini. Tidak banyak orang yang di Baptis dan diberkati pernikahannya di Gereja yang sama. Dan aku merasa beruntung dan diberkahi untuk semua ini...!

**)
Tentang Maya sendiri, ijinkan aku mengutip Puisi yang indah dari Pablo Neruda, "Sonnet XVII”  sebagai penutup:

….
I love you without knowing how, or when, or from where.
I love you straightforwardly, without complexities or pride.
So I love you because I know no other way
....


Foto diambil di Coffee House Mesastila Magelang - Ambarawa

Wednesday, November 05, 2014

Berpikir Positive, Sebuah Cerita dari Richard Branson

Sumber: http://www.virgin.com/richard-branson/its-how-you-ask-the-question



Dalam sebuah percakapan cara bertanya penting untuk menghasilkan respon positive yang kita inginkan.

Sering kita mendengar ungkapan, hal positif melahirkan sesuatu yang positif - jadi , dalam sebagian besar keadaan termasuk mengajukan pertanyaan dengan cara yang positif, akan menghasilkan respon yang lebih baik . Renungkan akan hal ini : Positive itu sesuatu yang menular .

Beberapa yang aku kutip dari blog Branson diatas:
  • Positive thinking is incredibly powerful tool. Simply put: positive, proactive behaviour spurs positive, proactive behaviour.
  • People who think positively usually see endless possibilities and empower others to feel the same, and in turn move the world forward. 
  • Positive people don’t just have a good day; they make it a good day. 
  • I aim for positivity by: wearing a smile at all times; looking for opportunities to see the good in the world; approaching problems in a proactive manner; phrasing my comments and conversations to reflect positive outcomes; and leading with YES! rather than no – that is, after all, how I got my nickname Dr Yes!
  • So start simple, find a positive slant in every question you ask.  If you display a positive outlook, you will find that people will gravitate towards you, and go out of their way to help you succeed.

Friday, February 07, 2014

Satya Nadella email to employees on first day as CEO Microsoft

Just like President of USA, it is very prestigious to be a CEO in Google, Apple or Microsoft. With all they have, they can change world !


These are my favorite quotes :

  • I came here because I believed Microsoft was the best company in the world
  • Our industry does not respect tradition — it only respects innovation
  • As technology evolves and we evolve with and ahead of it
  • Our job is to ensure that Microsoft thrives in a mobile and cloud-first world
  • if you are not learning new things, you stop doing great and useful things
  • To change the world through technology that empowers people to do amazing things. I know it can sound hyperbolic — and yet it’s true.
  • I believe over the next decade computing will become even more ubiquitous and intelligence will become ambient.
  • Today we’re focused on a broader range of devices
  • The opportunity ahead will require us to reimagine a lot of what we have done in the past for a mobile and cloud-first world, and do new things.
  • This is the core of who we are, and driving this core value in all that we do — be it the cloud or device experiences — is why we are here.
  • We need to believe in the impossible and remove the improbable (Oscar Wilde)
  • We sometimes underestimate what we each can do to make things happen and overestimate what others need to do to move us forward. We must change this.
  • I truly believe that each of us must find meaning in our work. The best work happens when you know that it’s not just work, but something that will improve other people’s lives!
  • Many companies aspire to change the world. But very few have all the elements required: talent, resources, and perseverance. Microsoft has proven that it has all three in abundance. And as the new CEO, I can’t ask for a better foundation.

The rest please read by your self  :)

http://www.microsoft.com/en-us/news/press/2014/feb14/02-04mail2.aspx

Sunday, November 24, 2013

Tiga Menguak Takdir*




*)antologi puisi ketiga penyair (Chairil Anwar, Asrul Sani dan Rivai Apin) yang mencoba menguak, memahami dan menghayati misteri kehidupan manusia dalam karyanya

------------------------------------------------

Aku beruntung sempat bertemu dengan ketiga fotografer hebat ini dan semuanya tanpa direncanakan. Secara tidak sengaja juga dengan bantuan Chandra berhasil mendapat buku Rony dan Andri yang ditandatangani oleh  mereka berdua, dan Makki sesaat sebelum dia berangkat ke bandara pada saat acara Pameran buku fotografi yang dilaksanakan kelas pagi Yogyakarta juga dengan tanda tangan dibukunya.

Tiga-tiganya menggunakan bahasa Inggris untuk judul buku - seperti umumnya karya fotografer Indonesia banyak menggunakan judul bahasa Inggris mungkin untuk memperluas pasar - aku malah jadi teringat buku kumpulan foto Kompas yang mengambil judul bagus dalam bahasa Indonesia “Mata Hati” atau buku Enrico,Yori,Jay dkk yang diberi judul Indonesia "Tibet di Otak". Masing-masing memberi judul karyanya: Encounters, Against All Odds dan Juvenile Revolve.

Encounters - Rony Zakaria
Untuk aku yang sekedar penghobi foto dengan gambar-gambar sederhana, karya Rony termasuk yang paling sulit aku pahami karena bagaikan potongan-potongan puisi yang menggambarkan karakternya atau pergumulannya, perlu waktu yang tenang untuk menikmati karyanya. Dibanding dua fotografer yang lain, dalam perjumpaan singkat, Rony termasuk yang paling pendiam dan lebih pemikir. Pada siang hari pun warna-warna yang ditampilkan dalam semua foto hitam putihnya seperti warna malam. Mengutip arti Encounters sendiri yang kurang lebih berarti “pertemuan yang tidak disengaja” membuat aku lebih memahami gambar demi gambar yang ditampilkan. Aku bahkan mendownload film Third Close Encounters untuk dapat lebih memahami pemilihan foto-foto yang ditampilkan dibukunya. Benar kata Oscar Motulah dalam pengantarnya, foto-fotonya seolah tampil menyeruak diantara imaji-imaji konvensional. Aku mungkin terbiasa dengan yang konvensional sehingga perlu waktu untuk memahaminya. Meski dari judul sedikit mengarahkan bahwa karya Rony menggambarkan perjumpaannya dengan sesuatu di saat yang tidak terduga, walau [mungkin] tidak untuk bertarung seperti gambar pembuka kera (1) dan penutup Anjing (32) untuk menjelaskan definisi yang lain dari Encounters itu sendiri. Aku suka pilihan foto untuk membuka dan menutup buku fotonya ini. Buat anda penikmat puisi, film, foto yang tidak biasa, filsafat dan pemikir ini adalah buku yang bagus.  Saya menikmatinya!

Against All Odds - Andri Tambunan
Aku tahu Andri secara tidak sengaja saat mencari-cari info di google terkait AIDS di Papua dan tiba-tiba namanya muncul dan mengarahkan ke websitenya. Kurang lebih setahun kemudian tepatnya 2012 aku bertemu dia dalam acara IPA di Jakarta (juga tidak sengaja karena aku tidak tahu dia salah satu instruktur). Salah satu gambar dahsyat yang aku ingat dari websitenya adalah ketika peti mati korban AIDS diturunkan kedalam lubang kubur, dikelilingi kaki-kaki mereka yang mengantar. Ada kesedihan yang aku rasakan disitu. Keterikatan emosi sebagai orang Papua karena AIDS yang sudah sangat mewabah di Papua memakan banyak sekali korban penduduk asli. Adik aku pernah bekerja di yayasan kesehatan dan dia bercerita, orang yang terkena AIDS di Papua sudah sangat banyak. Banyak dari mereka bahkan orang terhormat (pejabat), tetapi menyembunyikan penyakitnya karena stigma negatif dari AIDS, memilih tidak berobat dan perlahan-lahan meninggal karena penyakit tersebut. AIDS buat Papua seperti Tsunami bisu yang menelan korban sangat cepat dan massive. Sebagian teman yang ingin merdeka malah menuduh hal ini sengaja dibiarkan untuk memusnahkan bangsa Melanesia di Papua. Benar kalau tidak ditangani dengan baik dan dicegah penyebarannya, lambat laun mereka akan habis perlahan-lahan. Andri membawa isu ini kembali ke permukaan dengan gambar-gambar yang jauh lebih bercerita dan menggambarkan kesedihan orang tercinta karena AIDS dan ada harapan melalui mama Yuli yang membawanya terbang ribuan kilometer dari USA ke Papua. Terima kasih Andri sudah mengingatkan yang lain bahwa kami di Papua membutuhkan bantuan untuk mengurangi penyebaran penyakit ini dan membuat mereka yang terkena AIDS bertahan hidup lebih lama.


Juvenile Revolve - Saffir Makki
Buku ini yang paling riang diantara yang lain, karena buku ini merupakan impian perjalanan Sang Musafir Citra (Makki menyebut dirinya)  sedari kecil, seperti kata pengantar yang ditulis Oscar Motullah dalam buku ini. Sejatinya perjalanan pastilah penuh keriangan. Aku menyukai warna-warnanya. Oh ya, menurut sang fotografer, ini merupakan kumpulan imaji nya selama melakukan perjalanan selama 12 hari ke Iran. Beberapa waktu yang lalu aku menonton film Asghar Farhadi yang berjudul A Separation , sebuah film yang bagus sekali tentang kehidupan sehari-hari di Iran dan pergolakan dalam rumah tangga. Film itu membuatku ingin berjalan-jalan ke Iran, karena Iran digambarkan tidak seperti yang dilukiskan media barat. Mereka moderat, terbuka terhadap dialog, ada keriangan dalam kehidupan sehari dan penuh warna. Sesudah berwisata imaji ke Iran lewat karya Makki, keinginan untuk ke sana semakin kuat. Aku menyukai National Geographic dan berlangganan majalah edisi Indonesianya dari pertama kali terbit tahun 2005 sampai sekarang. Dan kalau aku lihat hasil foto yang ditampilkan oleh Makki dibukunya ini, aku merasa hasilnya sudah sama dengan karya-karya fotografer mereka. Komposisi foto dan dimensi warna benar-benar National Geographic. Sama seperti aku yang menyukai memotret anak kecil, aku suka pilihan foto-fotonya untuk menampilkan anak kecil yang tertawa dan bermain dalam bukunya ini. Semoga satu waktu nanti Makki bisa bergabung dengan NG :))

------------------------------------------------

Jalan masih panjang buat ketiganya karena mereka masih muda, setidaknya lebih muda dari aku. Aku tidak akan heran jika suatu waktu nanti salah satu dari mereka atau bahkan ketiga-tiganya ada dalam daftar penerima penghargaan World Press Photo, karena mereka memang hebat !!

Thursday, November 14, 2013

Love Is a Four Letter Word

Sejak pertama kali mendengar lagu ini secara tidak sengaja di radio dan langsung timbul rasa suka, karena kesederhanaan musiknya (accoustic), keindahan suara dan tentu liriknya. Kebetulan aku tidak menonton MTV dan hanya mendengar radio saat nyetir, berbulan bulan kemudian setelah mendengar lagu ini berkali-kali (juga tidak secara sengaja) akhirnya tahu bahwa penyanyi nya adalah Jason Mraz dan Judulnya I won't give up... Lagu ini juga yang membuat aku kembali mencoba bermain gitar setelah berbulan2 tidak pernah memegang gitar sama sekali :D


Menurut wikipedia : 

"I Won't Give Up" is a song by American singer-songwriter Jason Mraz. It was released as the first official single from his fourth studio album, Love Is a Four Letter Word on January 3, 2012 via iTunes.[1] It was written by Mraz and Michael Natter, and produced by Joe Chiccarelli.

Dan berikut liriknya :

"I Won't Give Up"

When I look into your eyes
It's like watching the night sky
Or a beautiful sunrise
Well, there's so much they hold
And just like them old stars
I see that you've come so far
To be right where you are
How old is your soul?

Well, I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up

And when you're needing your space
To do some navigating
I'll be here patiently waiting
To see what you find

'Cause even the stars they burn
Some even fall to the earth
We've got a lot to learn
God knows we're worth it
No, I won't give up

I don't wanna be someone who walks away so easily
I'm here to stay and make the difference that I can make
Our differences they do a lot to teach us how to use
The tools and gifts we got, yeah, we got a lot at stake
And in the end, you're still my friend at least we did intend
For us to work we didn't break, we didn't burn
We had to learn how to bend without the world caving in
I had to learn what I've got, and what I'm not, and who I am

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up, still looking up.

Well, I won't give up on us (no I'm not giving up)
God knows I'm tough enough (I am tough, I am loved)
We've got a lot to learn (we're alive, we are loved)
God knows we're worth it (and we're worth it)

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up

Thursday, May 16, 2013

Kidung Rumeksa In Wengi


Karena membaca sebuah media online aku jadi tertarik untuk mendengar lagu ini. Versi media itu, ini salah satu lagu yang membuat merinding Karya Sunan Kalijogo. Sejujurnya lagi ini indah !!


Kidung Rumeksa Ing Wengi
----------------------------
Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara 
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno
Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami mirunda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning 
Wong lemah miring
Myang pakiponing merak
Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat 
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku baginda Esis
Pangucapku ya Musa
Napasku nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup pamiryarsaningwang
Dawud suwaraku mangke
Nabi brahim nyawaku
Nabi Sleman kasekten mami
Nabi Yusuf rupeng wang
Edris ing rambutku
Baginda Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging Ngumar singgih
Balung baginda ngusman
Sumsumingsun Patimah linuwih
Siti aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Netraku ya Muhamad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahe para nabi
Dadya sarira tunggal


Terjemahan dalam bahasa indonesia:

Ada kidung rumekso ing wengi. Yang menjadikan kuat selamat terbebas 
dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setanpun 
tidak mau. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat. 
guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuripun menjauh dariku. 

Segala bahaya akan lenyap.
Semua penyakit pulang ketempat asalnya. Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih. 
Semua senjata tidak mengena. Bagaikan kapuk jatuh dibesi. Segenap racun menjadi tawar. 
Binatang buas menjadi jinak.
Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak.

Kandangnya semua badak. Meski batu dan laut mengering. Pada akhirnya semua slamat. Sebab badannya selamat dikelilingi oleh bidadari, yang dijaga oleh malaikat, dan semua rasul dalam lindungan Tuhan. 

Hatiku Adam dan otakku nabi Sis. Ucapanku adalah nabi Musa.
Nafasku nabi Isa yang teramat mulia. Nabi Yakup pendenganranku. Nabi Daud menjadi suaraku. Nabi Ibrahim sebagai nyawaku. Nabi sulaiman 
menjadi kesaktianku. Nabi Yusuf menjadi rupaku. Nabi Idris menjadi 
rupaku. Ali sebagai kulitku. Abubakar darahku dan Umar dagingku. 
Sedangkan Usman sebagai tulangku.

Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia. Siti fatimah sebagai 
kekuatan badanku. Nanti nabi Ayub ada didalam ususku. Nabi Nuh 
didalam jantungku. Nabi Yunus didalam otakku. Mataku ialah Nabi 
Muhamad. Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa. Maka 
lengkaplah semua rasul, yang menjadi satu badan.



Monday, July 30, 2012

Assessment Test

test or exam(ination) is an assessment intended to measure a test-taker's knowledgeskillaptitudephysical fitness, or classification in many other topics (e.g., beliefs). 

A test may be administered orally, on paper, on a computer, or in a confined area that requires a test taker to physically perform a set of skills. Tests vary in style, rigor and requirements. For example, in a closed book test, a test taker is often required to rely upon memory to respond to specific items whereas in an open book test, a test taker may use one or more supplementary tools such as a reference book or calculator when responding to an item.

I'll show result one of the test that I've been taken :


Sunday, June 17, 2012

Corporate University - Cara GE Membentuk Pemimpin Global (bagian-4 Tamat)




Kapitalisasi pasar General Eelectrics (GE) saat ini merupakan setengah dari kapitalisasi pasar GE pada kondisi sebelumnya, yaitu sebesar USD$200 milyar. Kekuatan utama GE yang sesungguhnya terletak pada kemampuan GE dalam mengidentifikasi dan membentuk pemimpin, sebagaimana kesaksian para CEO yang pernah bekerja untuk GE. 

Hal tersebut merupakan hasil dari peran yang dijalankan oleh Corporate University secara maksimal melalui fasilitas pembelajaran di Crontoville, New York, yang merupakan Corporate University tertua di Amerika Serikat. Ketika bisnis menjadi lebih global, bagaimana dengan perubahan pengembangan kepemimpinan di GE? Bagaimana GE menggunakan teknologi untuk mengajarkan kepemimpinan? Apa dampak masuknya Generasi Facebook dalam pengajaran kepemimpinan? Susan Peters – Chief Learning Officer dan Vice President for Executive Development GE menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan pembahasan terkait lainnya dengan Knowledge@Wharton.

Knowledge@Wharton (KW) : Dapatkah Anda memberikan gambaran mengenai Corporate Learning di GE?

Susan Peters (SP) : GE telah terlibat dalam pelatihan dan pengembangan selama lebih dari 60 tahun. Kami memiliki Corporate University tertua di Amerika Serikat di Crotonville. GE membeli properti tersebut pada pertengahan tahun 1950-an dan mulai mengajarkan ilmu manajemen yang memakan waktu 13 minggu per kelasnya. Saya tahu bahwa hal tersebut agak sulit untuk dipercaya. Tentu saja, GE telah berkembang, saat ini waktu terlama untuk menyampaikan sebuah bidang ilmu adalah 3 minggu per kelasnya. Jika Anda berpikir mengenai pendidikan, hal tersebut sangat mendasar dan akar dari budaya perusahaan di GE.

Untuk memberikan gambaran dari apa yang dilakukan, GE memiliki pendekatan yang dinamakan GE Global Learning. GE membagi hal tersebut menjadi 3 area. Yang pertama adalah Kepemimpinan. Yang kedua adalah Keterampilan, yang berdasar pada fungsi – finance skills, marketing skills dan lain-lain. Yang ketiga adalah Bisnis. 

Apa yang kita coba ajarkan adalah pengetahuan yang sifatnya khusus dan diperlukan untuk bisnis atau industri dimana GE berkecimpung. Seperti yang Anda ketahui, GE merupakan perusahaan yang bergerak diberbagai industri mulai dari penerbangan sampai dengan kesehatan bahkan jasa keuangan, sehingga kami harus mengajarkan berbagai bidang ilmu yang spesifik dalam masing-masing industri tersebut. Jika Anda melihat 3 pembagian tersebut dan menjumlahkan secara keseluruhan termasuk seluruh pelatihan dan program, GE menghabiskan sekitar $1 miliar per tahunnya.

KW : Bagaimana Anda mendefinisikan tujuan Anda dalam mengajarkan kepemimpinan?
SP : Misi GE dari pengajaran kepemimpinan adalah untuk menginspirasi, menghubungkan dan mengembangkan para pemimpin hari ini dan esok. Itu tujuan kami. Di Crontoville, kami memberikan berbagai pengalaman kepada para peserta pelatihan. Dengan memberikan hasil pekerjaan terbaik kami kepada para peserta pelatihan yang datang ke Crontoville, akan menimbulkan multiplier effect yang sangat besar. Setelah kembali ke dunia kerja, mudah-mudahan mereka melakukan hal yang sama – menginspirasi, menghubungkan, dan mengembangkan orang-orang yang bekerja untuk mereka, dan yang tidak dapat menghadiri pelatihan di New York.


KW : Siapakah segmen yang didahulukan? Pada tingkatan organisasi mana kepemimpinan dikembangkan? Apakah pelatihan tersebut ditawarkan atau apakah Anda menargetkan segmen tertentu?
SP : Program Pengembangan Kepemimpinan dijalankan di berbagai tingkatan organisasi. Saya coba segmentasikan populasi GE untuk Anda. GE memiliki sekitar 290.000 karyawan. Kurang dari setengah populasi tersebut adalah para profesional dan selebihnya adalah karyawan yang bekerja di pabrik. Upaya pengembangan yang saya maksudkan diimplementasikan hampir seluruhnya untuk para profesional. Jadi mari kita asumsikan, kita berbicara tentang 150.000 orang – setengah dari mereka berada di luar Amerika Serikat. 150.000 karyawan yang tersebar di seluruh dunia adalah segmen utama GE. 

Kami menggunakan pendekatan anak tangga untuk pembelajaran kepemimpinan di GE. Pertama, kami memiliki serangkaian Program On-Demand yang tersedia 24/7 melalui komputer. Kami memiliki enterprise-wide license dengan beberapa vendor untuk menyediakan materi pembelajaran. Kami memastikan bahwa konten ini mencakup berbagai topik mulai dari keterampilan manajemen sampai dengan keterampilan proyek – kami menggunakan bermacam-macam video, materi yang dapat diunduh, dan lain-lain. Kami telah mendorong karyawan untuk menggunakan fasilitas pembelajaran yang telah kami sediakan. Fasilitas yang telah kami sediakan bukan merupakan bagian terpenting dari pembelajaran kepemimpinan di GE. Itu merupakan hal yang mendasar dan harus tersedia.  

Tahapan berikutnya mengenai berbagai keterampilan penting. Kami mempunyai 13 keterampilan kepemimpinan yang harus dimiliki oleh setiap orang, termasuk presentation skills, project management skills, pemahaman umum bidang keuangan, dan sebagainya. Pembelajaran bidang ilmu ini dikelola oleh karyawan Crotonville tetapi harus disampaikan keseluruh bisnis GE yang berada di seluruh dunia. Aktivitas tersebut dilakukan melalui konsep Train the Trainer (TTT). Integritas tentu saja dipertahankan karena karyawan Crotonville memastikan bahwa orang yang mengajar telah terlatih dan bersertifikat.

Satu tahap diatasnya, kami memiliki apa yang disebut Pelatihan Dasar. Ini adalah pelatihan dimana individu datang ke fasilitas GE dan menghabiskan waktu di sana. Pelatihan ini memakan waktu satu minggu penuh dan ditawarkan di seluruh bisnis GE di dunia. Ada 4 program utama. Kami memiliki Pelatihan Dasar Kepemimpinan yang akan ditawarkan di awal karir seseorang, katakanlah di awal tiga tahun pertama. Kemudian, ada Pelatihan Pengembangan Kepemimpinan, Pelatihan Manajer Baru dan Pelatihan Manajer Lanjutan. Pelatihan tersebut akan memakan waktu 10 tahun pertama dalam karir karyawan. Pelatihan dapat diberikan mungkin setiap tahun atau setiap tiga tahun sekali.

Kemudian kita sampai pada Pelatihan Tingkat Eksekutif. Pelatihan ini memakan waktu selama 3 minggu penuh dan hanya ditawarkan di Crotonville – disana ada Pelatihan Pengembangan Manajer, Pelatihan Manajemen Bisnis dan Pelatihan Pengembangan Eksekutif. Pelatihan tersebut sudah berada di GE sejak tahun 1960-an sehingga mereka mempunyai aspek historis dan merek internal.

Kursus terakhir yang kami tawarkan adalah untuk tim. Jadi kami menawarkan program kepemimpinan untuk semua orang dan di semua tingkat.

KW : Ketika beralih ke tingkatan selanjutnya, apa yang Anda lihat? Anda memulai dengan 150.000 profesional. Dapatkah Anda memberikan skala?
SP : Jumlah penggunaan Program On-Demand bervariasi dari tahun ke tahun. Anda mungkin menemukan 50.000 sampai 60.000 orang per tahun yang memanfaatkan program pelatihan tersebut. Adapun sisanya, sekitar 9.000 orang per tahun mengikuti pelatihan di fasilitas yang berada di GE.  Anda terbang ke Crotonville, New York atau ke Munich, Jerman, atau Shanghai, Cina atau di mana pun kami menawarkan pelatihan.

KW : Crotonville, tentu saja, adalah tempat yang terkenal. Sesuai dengan yang Anda katakan sebelumnya, telah menjadi pusat kegiatan pendidikan di GE sejak 1950-an. Berapa banyak pusat-pusat lainnya di GE yang telah dikembangkan di seluruh dunia untuk menjadi titik fokus pembelajaran bagi perusahaan?
SP : Kami telah mengembangkan berbagai pusat penelitian lainnya di Shanghai, Cina, Munich, Jerman dan Bangalore, India. Kami juga sering mengajar di tempat-tempat tersebut. Tempat tersebut sudah menjadi rumah kedua kami. Kami banyak melakukan pengajaran kepemimpinan ala Crotonville  di Munich, Shanghai, Bangalore, dan juga di beberapa tempat lainnya  di seluruh dunia. Dalam beberapa kasus, pelatihan diberikan dengan memanfaatkan fasilitas hotel. Fasilitas Crotonville di New York adalah satu-satunya tempat pelatihan yang memiliki akomodasi tersendiri. Kami memiliki 188 kamar. Di lokasi lain, kita memanfaatkan sebuah hotel lokal.

KW : Penjelasan Anda sangat menarik mengenai budaya belajar di GE. Apakah Anda menemukan perubahan dalam konteks budaya saat Anda mengembangkan konten untuk pengajaran kepemimpinan? Dengan kata lain, apakah ada beberapa hal yang tidak sesuai atau Anda dapat menggunakan konten yang sama di berbagai belahan dunia?
SP : Hal pertama yang harus disadari saat kita akan menyusun program pelatihan atau pembaharuan materi adalah penyusunan dan pembaharuan ini harus dilakukan oleh tim global. Tim ini biasanya akan berkumpul di Crotonville atau Munich atau bahkan di Bangalore untuk melakukan penyusunan atau pembaharuan. Akan tetapi, mereka lebih sering melakukan pembaharuan. Mereka harus selalu meminta masukan dari peserta pelatihan untuk memastikan bahwa kelas yang mereka ikuti menyampaikan konten yang paling kontemporer dan sesuai dengan kurikulum. Jadi, mereka akan memulai dengan masukan tersebut.

Elemen kedua adalah saya memiliki seseorang dalam tim saya yang berkantor pusat di Munich dan satu lagi yang mencakup Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Seseorang di tim saya berkantor pusat di New Delhi dan ia meliputi wilayah Asia Pasifik. Tugas mereka adalah untuk memastikan bahwa isi pelatihan diajarkan dalam lingkungan lokal, diajarkan dengan budaya yang sesuai. Inti dari kepemimpinan, kita percaya, adalah sama di seluruh dunia, sehingga kita tidak mengubah fundamental atau konten. Tapi selalu ada aspek budaya dan para pemimpin lokal memastikan bahwa itu tertanam dalam pelatihan.

KW : Seberapa jauh Anda memanfaatkan teknologi dalam upaya pengembangan kepemimpinan? Apa pengalaman Anda? Apa pro dan kontranya?
SP : Jawabannya mungkin agak bimodal. Ada unsur dari tata cara pengajaran GE bahwa pengajaran akan selalu dilakukan secara tatap muka dan, oleh karena itu, teknologi mungkin akan kurang berperan. Saya berpikir bahwa kita tidak akan pernah beralih ke kondisi di mana kita hanya belajar melalui media teknologi atau e-learning saja. Kami benar-benar percaya bahwa "menginspirasi, menghubungkan, dan mengembangkan" terjadi dengan dampak nyata ketika orang secara fisik bersama-sama dalam satu ruangan. Jumlah informasi akan sangat banyak ketika seluruh karyawan yang terpecah secara fungsi dan geografi berkumpul dalam suatu ruangan. Sebagai contoh, di Crotonville terdapat 40% atau 50% peserta yang berasal dari luar Amerika Serikat dari berbagai bisnis dan industri GE, termasuk berbagai fungsi.

Bagian bimodal lainnya adalah bahwa kita benar-benar mencoba untuk memanfaatkan dan memasukan teknologi ke dalam proses pembelajaran. Saya sebutkan sebelumnya GE memiliki Program On-Demand dan bagaimana kita berusaha untuk membuat orang untuk mengunduh podcast atau jenis lainnya yang dapat dengan mudah diakses ataupun didengarkan di mobil, dan lain-lain. Beberapa dari hal tersebut hanya mengajarkan orang pada apa yang tersedia dan bagaimana melakukannya serta membuat belajar sebagai bagian dari kehidupan.

Kami telah menyediakan beberapa perlengkapan yang sangat membantu di Crotonville. Kami menggunakan TelePresence, yang memungkinkan kita untuk menghubungi pemimpin dari bagian lain dunia berbicara kepada peserta pelatihan secara real time. Kami juga memiliki ruang kolaborasi virtual, yang memungkinkan orang untuk bekerja dengan tim di Crotonville bersamaan dengan ruang yang mempunyai struktur sama di tempat lain di dunia. Kami mendorong karyawan untuk belajar dan menggunakan alat-alat baru ketika mereka datang ke Crotonville atau mengambil kelas, dan kita minta mereka juga melaporkan menggunakan WebEx atau Webcam pada laptop mereka sehingga mereka merasa nyaman menggunakan alat tersebut, tidak hanya dalam kelas pelatihan saja tetapi juga di lingkungan bisnis mereka ketika mereka pulang.

Kami memiliki Kindles. Kami memiliki surat kabar global yang tersedia pada portal sehingga orang dapat - dengan layar sentuh - membuka Times China Daily sambil duduk di lobi gedung pendidikan kita. Hal seperti ini ditunjukkan untuk menekankan bahwa alat-alat tersebut merupakan bagian dari kehidupan kita sekarang dan belajar itu tidak hanya tentang kepemimpinan saja tapi ini tentang penggunaan teknologi baru.

KW : Apa pendekatan Anda untuk pembelajaran berbasis tim?
SP : Pelatihan tersebut merupakan pelatihan yang kami berikan dengan penuh percaya diri. Kami memulai program ini pada musim semi tahun 2006 sebagai pilot-project. Ini adalah pertama kalinya GE benar-benar mendorong pelatihan kepemimpinan tim tingkat senior. Dengan itu, General Manager dari unit P&L dan seluruh timnya datang ke pelatihan ini. Ini adalah pelatihan selama satu minggu. Kami menyebutnya LIG, yang merupakan singkatan dari Leadership, Innovation and Growth (Kepemimpinan, Inovasi dan Pertumbuhan). Pada dasarnya, tim ini memanfaatkan waktu untuk belajar mengenai isu-isu lingkungan atau bisnis saat ini dan membangun strategi mereka untuk menjadi pedoman, yang disusun dengan lingkup waktu selama 3 tahun kedepan. Ini adalah pemicu untuk tim bisnis untuk membangun strategi mereka.

Materi apa saja yang diberikan? Ketika kami pertama kali melakukannya dalam kurun waktu tahun 2006, 2007 dan 2008, kami melakukan hal-hal seperti segmentasi pasar, inovasi dan membangun kesinambungan. Saat ini, kita sedang menyusun materi yang jauh lebih mencerminkan lingkungan kondisi saat ini. Kami fokus pada tema-tema seperti seeing around corners, scenario planning, dan peripheral vision. Kami selalu memiliki beberapa inovasi dan elemen globalisasi. Kami selalu mengajarkan kepemimpinan.