Friday, December 31, 2010

Sebuah Cerita Untuk Sahabatku Richard Henry ...*


Pak Habibie yg saat itu sudah menjadi mantan Presiden kaget dan bertanya kepada ground staf maskapi Luftansa, " Kenapa penerbangan yang tadinya penuh tiba-tiba tersedia bangku kosong?", kemudian ground staff menjelaskan, ketika kondisi ibu Ainun yang sakit dan perlu penanganan dokter ahli di Jerman segera, diberitahukan kepada para penumpang Luftansa sementara tidak ada lagi bangku yang tersedia, spontan beberapa penumpang dari kelas eksekutif, bisnis dan ekonomi membatalkan penerbangannya hari itu agar bangkunya dapat digunakan oleh Pak Habibie, Ibu Ainun yg lagi sakit, dokter dan keluarga dekatnya dengan jumlah 6 kursi. Yang menarik, ke enam penumpang itu semuanya warga negara asing, sementara penumpang maskapai itu banyak juga yg orang Indonesia!!

Membaca tulisan Rosihan Anwar dalam harian Kompas 4 Desember lalu yg berjudul 'Inlander Dinilai Wartawan Belanda', benar-benar membuat tergugah. Saya sepakat dengan Opa Rosihan, bahwa membaca penilaian wartawan tersebut kita tidak perlu marah dan emosional. Disamping mereka hanya bagian sejarah, sebagian pendapat itu masih relevan, meski penilaian itu dibuat pada tahun 1941 oleh Willem Walraven, wartawan yg menikah dengan wanita pribumi. Orang Indonesia menurut Walraven :

  • Mereka bukan orang demokratis, melainkan otokratis yang mau kuasa tanpa batas.
  • Mereka membunuh atau bercerai untuk hal-hal sepele
  • Mereka materialis, mementingkan serba kebendaan
  • Mereka bukan Marxis, sosialis melainkan tipikal orang Borjuis (org berpunya yg sedikitnya bersifat picik dan antisosial)

Menambahkan penilaian wartawan, seorang rohaniawan yg telah 30 tahun tinggal di Indonesia, Wischer Hulst dalam buku 'Becakrijders, Hoeren, Generals en andere Politici' yg ditulis pada thn 1980 menulis :

  • Mereka dilahirkan dengan naluri atau instinct politik dan mereka mati dengan cara itu pula..

Menarik membaca tulisan diatas, mngkn sebagian dari kita spontan menolak anggapan diatas, tetapi jikalau kita jujur berintrospeksi kita akan mengakui bahwa sifat-sifat dan mentalitas yang tidak terpuji itu masih ada sisa-sisanya pada generasi saat ini yang tidak mengenal dan mengalami penjajahan Belanda.

Opa Rosihan menduga, pengetahuan tentang sifat manusia (mensenkennis) dari orang Belanda dahulu terhadap Pribumi Indonesia, meski mereka memilik sumber daya manusia sipil dan militer yang terbatas itu berhasil menjajah kita dalam masa yang lama sekali?

Aku menganalogikan dengan kondisi saat ini, dengan mengetahui sifat2 buruk kita yang mereka pelajari dari sejarah dan , bangsa asing tanpa kekuatan militer dan fisik, dengan cerdas kembali menjajah bangsa yang materialis ini. Yang ironinya bangga memperlihatkan kebodohannya dan ketika dikatakan bodoh, marah dan menyalahkan pihak lain?

Semoga analogi ku salah.....!!!

(Catatan di Kereta Argo Parahyangan Bandung - Jakarta, 09.00 Wib)

*)teman SMA, yg semasa SMA kami jarang mengobrol, makin akrab dimilis yg sama2 ingin melihat Indonesia lebih baik, dan yg siang ini akan makan siang bersama di Ola Kisat Fatmawati.