Wednesday, August 19, 2015

Foto Dari Jepang

Tidak ada film kartun yang lebih mengharukan dari Grave of the Fireflies. Manusia normal pasti akan terharu menyaksikan film ini. Film berdasarkan kisah nyata sang penulis Akiyuki Nosaka yang kehilangan saudara perempuannya, karena kekurangan gizi pada masa perang dunia ke dua. Judul buku nya "Hotaru no haka" ("A Grave of Fireflies") yang ditulis pada tahun 1967.

Dan dalam perang banyak yang kita korbankan, terutama keluarga. Dan anak-anak lah yang menjadi korban sesungguhnya.

Demikian juga foto, dibawah ini. Narasi dari photograpernya, Joe O'Donnell membuat kita semakin sedih jika mengingat dampak yang ditimbulkan dari sebuah peperangan. Sebuah gambar mewakili ribuan kata-kata, berikut narasi nya:

“I saw a boy about ten years old walking by. He was carrying a baby on his back. In those days in Japan, we often saw children playing with their little brothers or sisters on their backs, but this boy was clearly different. I could see that he had come to this place for a serious reason. He was wearing no shoes. His face was hard. The little head was tipped back as if the baby were fast asleep. The boy stood there for five or ten minutes.”


“The men in white masks walked over to him and quietly began to take off the rope that was holding the baby. That is when I saw that the baby was already dead. The men held the body by the hands and feet and placed it on the fire. The boy stood there straight without moving, watching the flames. He was biting his lower lip so hard that it shone with blood. The flame burned low like the sun going down. The boy turned around and walked silently away.”








This story looks like the real-life “Grave of the Fireflies“, a Japanese movie from 1988. A tragic film covering a young boy and his little sister’s struggle to survive in Japan during World War II. It’s a really powerful movie and highly recommended to watch.
http://www.imdb.com/title/tt0095327/

Sumber: 
http://rarehistoricalphotos.com/japanese-boy-standing-attention-brought-dead-younger-brother-cremation-pyre-1945/

Sunday, July 26, 2015

Surat Buat Jon tentang Papua

Benar Jon, waktu kecil sekitar tahun 80 an keinginan merdeka tidaklah sebesar sekarang. Meski gejalanya sudah terlihat, yaitu kecemburuan terhadap pendatang, istilah teman2 waktu kecil: rambut lurus. Kuncinya keamanan dan masih banyak rambut lurus yang datang ke Papua yang memberi hatinya membangun Papua saat itu.

Pasca reformasi, informasi semakin terbuka. Internet membuka mata generasi muda Papua tentang sejarah mereka. Warisan paling hebat pasca reformasi adalah korupsi semakin menggila di Papua, meski semua kepala pemerintahan orang Papua tapi yang menikmati hasil pembangunan dan pemekaran sayangnya pejabat dan mitranya yg kebanyakan rambut lurus, yang datang belakangan tidak memiliki hati membangun Papua tapi mencari keuntungan semata, tidak menghargai budaya lokal, ditambah ketidakpedulian pusat dan masih mengedepankan cara represif yang sulit disembunyikan di era informasi ini. Benar 80 persen, bahkan lebih orang asli Papua ingin M saat ini, aku rasakan sendiri ketika berdiskusi sama teman2 dari Papua.

Kejadian Tolikara barusan membuat orang Papua semakin jengkel melihat saudaranya luar Papua. Orang Papua melihatnya tindakan represif aparat kepada Papua, tetapi luar Papua yang otaknya nangka melihat ini persoalan agama. Mereka tidak terdengar suaranya ketika bertahun2 warga Papua ditembaki tetapi tiba-tiba lantang karena peristiwa Tolikara.

Buatku apapun yang terbaik buat Papua, semoga terwujud. Semoga korban jiwa tidak ada lagi, kalau merdeka yang terbaik biarkan Papua Merdeka, meski aku mungkin orang yang paling sedih kalau itu terjadi, karena ari2ku tertanam disana. Kasihan terlalu lama mereka menderita.

Oh iya tentang bintang Daud itu, tolong sampaikam keteman2mu sesudah bendera bintang kejora, simbol itu yang paling populer di Papua. Ini tidak ada kaitannya dengan Israel, dari aku kecil pun bintang Daud sudah populer. Tidak perlu didenda kalau tidak pasang logo itu, bahkan strip biru-putih di bendera bintang kejora terinspirasi dari situ!

Semoga bisa ke sana dalam waktu dekat ya Ces? 
Salam hangat ribuan kilometer dari luar Papua!

Wednesday, April 01, 2015

Umpatan dari Timur ke Barat






Di Papua umpatan dengan kosa kata binatang piaraan - babi, anjing, kakerlak (ini bukan piaraan) - adalah biasa. Menjadi lebih biasa saat ada yang marah, makian binatang piaraan itu keluar. Masyarakat terbiasa mendengar hal itu, kadang-kadang (ini jarang) pemuka agama pun mengeluarkan kata-kata seperti itu kalau marah. Waktu aku SMP, guru terbaik kami kalau marah mengeluarkan kata-kata binatang, kalau ada dari kami yang buat salah. 

Tapi yang paling hebat rasanya waktu awal-awal  di Medan. Saat itu lagi ngobrol santai dengan Oppung dan saudara mamak, tiba-tiba terdengar anak kecil tetangga yang berumur 5 tahunan berteriak nyaring memaki kakakmya, kali ini bukan menggunakan bahasa binatang melainkan menyebut nama kelamin. Aku terkaget-kaget mendengarnya, dan sejak itu aku tahu Medan memang beda.

Indonesia itu ya warna-warni, ekspresi marah bisa lantang dan bisa pula dalam diam. Ada yang terbuka dan ada yang makan dalam. Sering-sering lah jalan-jalan dan berinteraksi dengan masyarakat dari daerah yang berbeda dengan kita, biar tidak rasis  dan mengerti budaya di tempat lain. 

Friday, March 13, 2015

Untuk Sesuatu Tidak ada Kata Terlambat atau Terlalu Tua


Ini aku salin ulang dari:
http://digitalsynopsis.com/inspiration/never-too-late-start-venture/

Kalau pernah merasa sudah terlambat dalam mengerjakan sesuatu, atau belum tahu apa yang akan dikerjakan kemudian, belajar gagal dari orang lain dan tidak mudah menyerah. Silahkan gambar dibawah ini:












Saturday, February 14, 2015

Film Valentin 2015 ku

Kalau ditanya, apa film Valentinemu tahun ini? Aku jawab," The Secret in Their Eyes". Bukan film yang sweet sebenarnya dan bukan pula tontonan semua umur karena ada potongan adegan kekerasan yang menjadi inti film tersebut. Film yang baru saja aku tonton ini buatan tahun 2009. Tentang sejarah kelam kala rejim militer Argentina masih berkuasa, tentang memory yang makin menguat saat kita berusaha keras untuk melupakannya dan tentang kisah kasih tak sampai.

------
Ini dialog favoritku,
Pablo Sandoval: Ma'am, did a saint die this morning?
Irene Menéndez Hastings: Why?
Pablo Sandoval: Because an angel in mourning just walked through the door.
Irene Menéndez Hastings: It's just a trick we angels have to look five pounds lighter.
Benjamín Esposito: [to Pablo, after Irene walks off] You smooth fucker.

------
Dan pesan yang paling kuat seingatku, 
Ricardo Morales: Choose carefully. Memories are all we end up with. At least pick the nice ones.



Sunday, February 08, 2015

Whiplash

Sudah menonton film ini? Kalau belum, sempatkanlah. Tidak banyak cerita film yang menarik ditonton sejak menit pertama, biasanya 10-15 menit kita baru tahu film tersebut menarik atau tidak. Dan ending film ini pun rasanya seperti badan yang dilempar keatas dan tidak turun kembali, berhenti pada puncaknya.

Buat penggemar Jazz beneran mungkin komposisi musik di film ini hanya mediocre tapi buat aku yang sulit menghafal nada jazz yang rumit dan 'tidak teratur itu' musik dalam film ini ok banget. Tentu dengan plot cerita utama sesungguhnya"abuse of power", bahasa yang digunakan sebagian orang untuk mewujudkan ambisi mereka. Ditambah bumbu cerita legenda  Charlie "Yardbird" Parker.

Akting J.K. Simmon sangat baik, sampai ikut tegang menunggu kemarahan berikutnya akan seperti apa. Menunggu dia meledak lebih menegangkan ketimbang menonton film perang kebanyakan, kandidat kuat peraih Oscar. Dan akting Milles Teller sebagai pemeran utama pun keren menurutku. Dia memainkan sendiri drumnya pada saat latihan,  benar-benar sampai melepuh dan berdarah. Penampilan final solo drumnya keren banget.

Pasti kalian perhatikan bagaimana tampilan film yang close up ke alat-alat musik, seperti potongan foto yang disambung-sambung. Apabila kalian penggemar foto, anggaplah sebuah bonus yang terlalu sayang untuk dilewatkan.

Usia bisa bertambah, pekerjaan bisa berubah-ubah, baju bisa berganti, tetapi passion tetap sama. Dan saat itu menjadi obsesi tidak akan ada yang bisa menghentikan.

Sangat menghibur menurutku, dan membuatku ingin mendengar Orkestra Wynston Marsalis sesudah menonton film ini. 

Monday, February 02, 2015

LuMeYe - Eulogy seorang sahabat



Sewaktu aku SMP, selama 3 tahun dia banyak menginspirasi aku. Dia teman dekatku saat itu dan darinya aku belajar banyak hal.

Dari nya aku belajar bermain gitar. Saat yang lain belajar dengan lagu "Always Somewhere" nya Scorpion, lagi favorit kami waktu latihan Oemar Bakrie dan Bis Kota nya Franky dan Jane. Semua lagu kami mainkan dengan genre country saat itu.

Setiap sore kami latihan bola di depan rumahnya, latihan dribble dan first time saat tendangan pojok adalah yang paling kuingat dari dia. Oh ya tendangan dengan tumit sambil menjatuhkan badan ke depan sudah kami latih saat itu, jauh sebelum Rene Huigita memperlihatkan tendangan kalajengking dalam persahabatan Inggris-Mexico tahun 1995. 

Kami tahan duduk berjam-jam mendengar dia bercerita mop (stand up comedy Papua) yang sangat dikuasainya itu. Sepuluh kali mendengar dia bercerita yang sama, sepuluh kali pula aku ketawa, gayanya benar2 lucu. Dan ceritanya tidak pernah habis, selalu ada cerita yang baru.

Dia pernah berdandan seperti perempuan pada suatu malam dan menggoda laki-laki yang lewat depan rumahnya. Beberapa dari lelaki itu ada yang tergoda, tujuannya hanya utk mendapat cerita lucu dan diceritakan kembali kepada kami.

Mandi di sungai dan pantai sepanjang hari sambil bakar ikan hal yang rutin kami lakukan waktu itu. Setiap hari rasa-rasanya penuh petualangan baru. Dan pulang sekolah adalah masa yang kami sama-sama tunggu biar bisa bermain. Seingatku ada satu lagi teman yang selalu mendampingingi dia kemana saja dia pergi tetangga sebelah rumahnya, Yustinus Wengge. Saat pulang dan bertemu tahun 1992 yang lalu, dia memberi tahu Yustinus sudah meninggal.

Kapan persisnya aku lupa, entah masih SD atau awal-awal SMP, saat pikiran kami masih polos dengan sibuk dengan bermain-main, dia sudah pacaran dengan remaja bule tetangga depan rumahnya. Aku pikir hanya teman biasa, mereka pacaran baru aku tahu beberapa waktu kemudian pada saat gadis itu sudah meninggalkan kota kami. Dia memang flamboyan dan menghanyutkan sejak masih kecil.

Aku selalu mengagumi keriangan yang ditularkannya. Seingatku kalau kami jalan sama-sama di Nabire, sangat banyak orang yang dia kenal ataupun mengenal dia. Tiga tahun intens berteman dengannya, tidak pernah aku lihat dia berkelahi atau ribut sama anak lain. Kalau kalian mengerti Papua, berkelahi atau ribut mulut adalah hal yang biasa.

Pertemuan terakhir kami waktu dia transit di pelabuhan laut Semayang Balikpapan. Waktu itu dia dalam perjalanan ke Bali, untuk menemani kakaknya yang sedang persiapan melanjutkan kuliah di Australia. Kakaknya itu, menjadi wanita pertama Papua yang diangkat menjadi Menteri oleh Presiden Jokowi, Oktober lalu.

Saat bersepeda keliling Taipei kemarin sore, Lina mengirim pesan memberitahu temanku itu menyusul Yustinus, kembali ke pangkuan Bapa di Surga.

Selamat jalan Lukas Mesak Yembise, salam sama Yustinus dan buat Tuhan tersenyum dengan cerita lucumu..