Tuesday, March 10, 2009

Koran Radar Tarakan Tgl 6 Maret 2009

Ini kali kedua berbicara di Kampus, yang pertama di Unmul Samarinda dan yang kedua di Universitas Borneo Tarakan. Karena kota Tarakan kecil, acara yang diikuti oleh lebih 150 Mahasiswa,dosen,siswa SMA dan beberapa Guru TIK ini pun di liput Koran Lokal, Radar Tarakan dan RRI Tarakan. Lumayan bisa ikutan mejeng di Koran meski namanya salah tulis....







Portal kantor

Monday, March 09, 2009

Melihat Lebih Jauh


Artikel ini saya kutip ulang dari Koran Kompas (tanggalnya saya lupa) tulisan Herry Tjahyono seorang Corporate Culture Therapist. Agak panjang tapi tidak terlalu berat untuk dibaca, cuma buat saya pribadi menarik untuk dibaca dan ditiru. Buat yang pernah membaca ini sekedar mengingatkan kembali dan buat yang belum membaca, ini bisa menjadi masukan buat rekan-rekan. Selamat Membaca

______________________________________________________________________________________


Ada dua kisah nyata inspiratif yang akan saya adaptasi. Pertama tentang seorang tukang pipa (plumber). Alkisah, Bos perusahaan otomotif terbesar di Jerman sedang pusing karena pipa keran airnya bocor, ia takut anaknya yang masih kecil terjatuh.

Setelah bertanya ke sana ke mari, ditemukan seorang tukang terbaik. Melalui pembicaraan telepon, sang tukang menjanjikan dua hari lagi untuk memperbaiki pipa keran sang bos. Esoknya, sang tukang justru menelpon sang bos dan mengucapkan terima kasih. Sang bos sedikit bingung. Sang tukang menjelaskan,ia berterima kasih sebab sang bos telah mau memakai jasanya dan bersedia menunggunya sehari lagi.

Pada hari yang ditentukan, sang tukang bekerja dan bereslah tugasnya, lalu menerima upah. Dua minggu kemudian, sang tukang kembali menelpon sang bos dan menanyakan apakah keran pipa airnya beres. Namun, ia juga kembali mengucapkan terima kasih atas kesediaan sang bos memakai jasanya. Sebagai catatan, sang tukang tidak tahu bahwa kliennya itu adalah bos perusahaan otomotif terbesar di Jerman.

Cerita belum tamat. Sang bos demikian terkesan dengan sang tukang dan akhirnya merekrutnya. Tukang itu bernama Chris-topher L Jr dan kini menjabat GM Customer Satisfaction & Public Relation Mercedes Benz.

Dalam sebuah wawancara,Christopher menjawab, ia melakukan semua itu bukan sekedar tuntutan after sales service atas jasanya sebagai plumber. Jauh lebih penting, ia selalu yakin tugas utamanya bukanlah memperbaiki pipa bocor, tetapi keselamatan dan kenyamanan orang yang memakai jasanya. Christopher melihat lebih jauh dari tugasnya.
Kisah Lain

Ada juga kisah dari teman saya, James Gwee, tentang Mr Lim yang sudah tua dan bekerja “hanya” sebagai door cheker (memeriksa engsel pintu kamar hotel) di sebuah hotel berbintang lima di Singapura. Puluhan tahun ia jalankan pekerjaan membosankan itu dengan sungguh sungguh, tekun, dan sebaik-baiknya.

Ketika ditanya apakah ia tak bosan dengan pekerjaan menjemukan itu, Mr Lim mengatakan, yang bertanya adalah orang yang tidak mengerti tugasnya. Bagi Mr Lim, tugas utamanya bukanlah memeriksa engsel pintu, tetapi memastikan keselamatan dan menjaga nyawa para tamu.

Dijelaskan, mayoritas tamu hotelnya adalah manajer senior dan top manajemen. Jika terjadi kebakaran dan ada engsel pintu yang macet, nyawa seorang manajer senior taruhannya. Jika ia meninggal, sebagai decision maker, perusahaannya akan menderita. Jika perusahaannya menderita dan misalnya bangkrut,sekian ribu karyawannya akan menderita. Belum lagi keluarganya,termasuk anak istri manajer itu. Demikian jauh pandangan Mr Lim, dan ia bukan sekedar door cheker.

Beberapa pelajaran

Christopher L Jr dan Mr Lim relatif sejenis. Keduannya bukan kelas manusia sejenis. Keduanya bukan kelas manusia sedang atau biasa (good people). Mereka jenis”manusia besar atau manusia berlebih”(great people) meski jabatan atau pekerjaan formal disuatu saat demikian “rendah dan biasa saja”. Sikap mental mereka jauh lebih tinggi dari jabatan dan pekerjaan formalnya.

Dua kisah itu memberikan beberapa pelajaran berharga.

1. Pertama, untuk menjadi manusia besar tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan teknis seseorang mengerjakan tugasnya. Kemampuan dan kompetensi teknis (hard competence) boleh sama atau biasa saja, tetapi sikap mental atau soft competence yang lebih akan menentukan seseorang menjadi manusia besar atau tidak.

2. Kedua untuk bisa mempunyai soft competence dimaksud, kita perlu berontak dan bangun dari tidur panjang selama ini, keluar dari zona nyaman. Sebagai manusia minimalis, pekerja atau pemimpin apa adanya (yang penting job description dijalankan), target kerja atau key performance indicator (KPI) tercapai, beres! Itulah tipikal manusia biasa saja. Upaya ini memerlukan pengorbanan diri sebab hanya dengan menjadi good people seperti selama ini saja, toh tak ada yang mengusik kita,tetap bisa bekerja dengan nyaman ,dan seterusnya. Maka, pemberontakan untuk bebas dari kondisi good people itu harus dari diri sendiri dulu. Ingat petuah Jim Collins, good is the enemy of great.

3. Ketiga, langkah lebih konkret selanjutnya adalah sikap mental untuk ”melihat lebih”! Christopher L Jr plumber yang ingin memastikan kliennya nyaman dan selamat. Mr Lim door cheker yang ingin menjamin tamu hotelnya terjaga nyawanya dari bahaya kebakaran. Melihat lebih jauh, beyond the job!

4. Keempat, setelah mampu melihat lebih, barulah kita mampu “memberi lebih” (giving more). Hanya dengan melihat lebih dan memberi lebih, kita mampu menjadi manusia besar yang tidak hanya bekerja sebatas KPI. Kita akan mampu bekerja dengan memberikan key values indicator (KVI), nilai nilai lebih, mulia, unggul, berguna bagi setiap pengguna atau penikmat hasil kerja kita. Itulah Christopher L Jr dan Mr Lim.

Rindu Pemimpin besar

Para pemimpin dan bahkan kita semua demikian bangga dan terpesona sendiri saat mampu memenuhi ”KPI kehidupan” kita masing-masing, yang biasanya memang bersifat kuantitatif, materill, dan mudah diukur.

Padahal untuk menjadi great people,great leader, great father, great manager, dan seterusnya , lebih diperlukan kemampuan mempersembahkan ”KVI kehidupan” kita, yang biasanya justru tidak mudah diukur. Bangsa ini sangat memerlukan Christopher L Jr dan Mr Lim sebanyak mungkin dan sesegera mungkin.

Sebagai catatan akhir, seorang office boy yang mampu mempersembahkan KVI nilainya takkalah dengan seorang CEO yang hanya memberikan KPI-nya. Jika kita ”mau” melihat lebih jauh, kita akan ”mampu” melangkah lebih jauh.
_____________________________________________________________________________________

Wednesday, March 04, 2009

And The Oscar Goes to (cmiiw) The Curious Case of Benjamin Button !


[Catatan ini dibuat sebelum pengumuman Oscar, meski Slumdog Millionere akhirnya meraih Oscar, buat aku film ini lebih complex dan lebih indah]


Mungkin karena script film ini dibuat oleh Eric Roth sehingga film yang berasal dari cerita pendek F. Scott Fitzgerald menjadi film yang enak ditonton. Eric sebelumnya telah menulis scrip film-film bagus seperti : Munich, Ali, Forest Gump, sehingga tidak heran The Curious Case of Benjamin Button (TCCoBB) pun enak untuk ditonton.


Awalnya seperti menyaksikan ulang film English Patient, pesakitan yang terbaring dengan didampingi seorang wanita dengan alur cerita flashback. Cerita diawali dengan pembuat jam yang kehilangan anaknya dalam peperangan yang dengan perasaan sedih membuat jam yang diletakkan distasiun kereta api. Pada saat itu kereta api adalah transportasi utama, yang menarik dari jam itu, arah putarnya berlawanan arah dengan jam sebenarnya, kemudian cerita berlanjut dengan kelahiran seorang bayi , yang dibuang oleh ayahnya karena memiliki penampilan fisik seperti orang berusia 80 tahun.


Dalam kehidupan nyata kita kadang (tidak sering) bertemu orang yang meski berusia muda tetapi memiliki pemikiran dan kematangan emosi seperti orang dewasa. Tetapi kita lebih sering ketemu dengan orang berusia tua tetapi memiliki pemikiran dan kematangan emosi seperti anak-anak. Cerita TCCoBB, berkisah tentang kehidupan Benjamin yang berjalan dengan waktu yang terbalik. Pada saat orang normal secara fisik dan emosi menjadi lebih tua seiring bertambahnya usia, Benjamin mengalami kejadian yang sebaliknya. Terlahir dengan penampilan fisik seperti orang berusia 80 tahun,masa remaja dengan penampilan fisik seperti orang dengan usia 60 an tahun, mengalami indahnya kehidupan rumah tangga seperti orang berusia 40 tahun dan meninggal dengan tubuh bayi dalam pangkuan wanita yang pernah mencintainya yang telah berusia 80 tahun. Pertanyaannya, apa yang akan kamu lakukan apabila kamu bertemu dan jatuh cinta dengan orang yang memiliki kelaianan seperti ini ? Seiring dengan waktu kamu bertambah tua, sementara orang yang kamu cintai bertambah muda…


Film ini adalah film epic romance Benjamin Button yang berisi kesedihan. Sedih karena meski bertemu dengan orang yang dikasihi pada saat yang tepat, tetapi dengan kesadaran akan kondisi yang tidak memungkin sehingga mereka memutuskan berpisah demi masa depan anak yang mereka sayangi. Salah satu bagian yang menyedihkan ketika Benjamin memutuskan meninggalkan Alice dan anak mereka disuatu malam, meski Ben sangat mencintai keluarganya. Ketika Ben berkemas, Alice terbangun, mereka saling bertatapan. Ada kesedihan dalam tatapan itu, Ben lalu melangkah keluar kamar dan Alice hanya bisa menatap tanpa berkata-kata sepatah katapun.


Mengasyikkan menyaksikan film ini ! Akting yang bagus dari hampir semua pemainnya (Cate, Brad, Tilda, Taraji P. Henson,dll),pengambilan gambar yang bagus, cerita yang tidak biasa dengan alur yang menarik sehingga durasi 160 menit tidak terasa lama, special efek yang luar biasa sehingga Brad Pitt bisa terlihat tua dengan tubuh kecil diawal cerita dan menjelang akhir Brad Pitt tampil dengan wajah remaja, sulit untuk mengatakan TCCoBB tidak mendapat Oscar untuk Film Terbaik tahun ini. Saingannya mungkin Slumdog (dengan setting cerita yang lebih real), tetapi secara keseluruhan aku lebih memilih TCCoBB sebagai film terbaik…


Ketika menyaksikan Film ini, sepertinya benar perkataan Alexkolokotronis dari Queens, New York, “….Sebaiknya kita mensyukuri apa yang kita punya ketimbang berandai-andai…”


Benjamin Button:

It's a funny thing about comin' home. Looks the same, smells the same, feels the same. You'll realize what's changed is you.


Benjamin Button: [Voice over; letter to his daughter]

For what it's worth: it's never too late or, in my case, too early to be whoever you want to be. There's no time limit, stop whenever you want. You can change or stay the same, there are no rules to this thing. We can make the best or the worst of it. I hope you make the best of it. And I hope you see things that startle you. I hope you feel things you never felt before. I hope you meet people with a different point of view. I hope you live a life you're proud of. If you find that you're not, I hope you have the strength to start all over again.


Benjamin Button:

Some people, were born to sit by a river. Some get struck by lightning. Some have an ear for music. Some are artists. Some swim. Some know buttons. Some know Shakespeare. Some are mothers. And some people, dance.