Thursday, May 06, 2010

Gereja Tugu

Gereja Tugu adalah salah satu gereja tertua di Indonesia terletak di Kampung Tugu, Jakarta Utara. Secara pasti tidak diketahui kapan mulai dibangun, tetapi para ahli sejarah menyimpulkan sekitar tahun 1676-1678, yang di bangun oleh ads amelchior Leidecker,setelah beliau masuk ke kampung Tugu pada t...ahun 1675,mendapati sekumpulan masyarakat Kristiani mengadakan kebaktian di rumah-rumah,karena tidak memiliki Gereja sebagai tempat Ibadah, bersamaan dengan dibukanya sebuah sekolah rakyat pertama di Indonesia.

Gereja Tugu yang sekarang berdiri merupakan bangunan yang ketiga setelah bangunan yang pertama 1678 yang dari kayu hancur pada pemberontak Cina (Cina Onlusten) tahun 1740 dan pembantaian orang-orang Tionghoa di Batavia, pada masa Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier yang berkuasa di Batavia pada tahun 1737–1741.

Pada tahun 1737 Gereja Tugu dilakukan renovasi yang pertama dibawah pimpinan pendeta Van De Tydt, dibantu oleh seorang pendeta keturunan Portugis kelahiran Lisabon yaitu Ferreira d'Almeida dan orang-orang Mardijkers.

Kemudian pada tahun 1744 atas bantuan seorang tuan tanah Justinus Vinck gereja ini dibangun kembali, dan baru selesai pada 29 Juli 1747 yang kemudian diresmikan pada tanggal 27 Juli 1748 oleh pendeta J.M. Mohr.
Sebagai catatan,pada tanggal 20 Agustus 1746,Tuan Justinus Vinc menghadap Notaris di Batavia,beliau dalam testamennya menghibahkan Gedung Gereja berikut sawah-sawah (untuk membiayai Gereja dan Pendeta) serta uang sebesar 1200 Riggit kepada komunitas Tugu,hal ini di kenal dengan Testamen Justinus Vinc.

Sampai saat ini gereja tersebut masih berdiri dan berfungsi sebagai "GPIB Tugu", walaupun diberbagai sudut sudah banyak yang harus diperbaiki karena factor usia, gereja ini tampak sederhana tetapi tampak kokoh dan rapi, dengan berisi bangku diakon antik, piring-piring logam, dan mimbar tua, sedangkan lonceng yang ada di gereja tersebut diperkirakan dipugar pada tahun 1880,yang mana sebelumnya menaranya terbuat dari kayu,adapun loncengnya sendiri lebih tua 9 tahun,karena berasal dari Gereja yang terbakar, karena lonceng paling tua yang dibuat 1747 sudah rusak dan disimpan disalah seorang rumah pendeta disana.

Pemugaran
Karena usia bangunan yang tua dan dipandang perlu melakukan beberapa perbaikan atas usul masyarakat Tugu, pemerintah DKI membantu melakukan pemugaran sejak bulan Oktober 2009 silam dan selesai dipugar setelah Natal atau akhir Desember di tahun yang sama. Namun sayangnya pemugaran dilakukan secara sembarangan sehingga struktur bangunan tidak lagi mencerminkan bangunan asli.

Pengurus gereja menyatakan kontraktor tidak memiliki konsep matang mengenai struktur asli bangunan. Hal-hal yang harus dipugar ini sebetulnya telah dituangkan dalam proposal dari IKBT sehingga kontraktor dalam hal ini tidak bisa terlalu banyak disalahkan karena hanya bertindak sebagai eksekutor.

Terlepas dari hal itu, pihak gereja menilai setidaknya terdapat tiga kejanggalan yang merusak struktur asli bangunan. Pertama, kanopi di teras depan seharusnya menempel dengan dasar atap. Namun kenyataannya kanopi berada sekitar satu meter di bawahnya.

Kedua, pinggiran atap kurang lebar 2 meter sehingga dindingnya rawan terkena air dan lembab sehingga mudah jamuran. Ketiga, pendingin ruangan atau AC kurang fleksibel alias tidak bisa dipindah-pindah seperti dahulu.

Selain itu, warna cat juga sempat dipermasalahkan. Pasalnya, kontraktor mengecat dinding luar dengan warna yang tidak sama alias belang-belang sehingga terlihat kusam. Total biaya pemugaran ini sendiri diperkirakan sekitar Rp 430 an juta.

Pada tanggal 30 April 2010 lalu, aku sempatkan diri untuk mengambil beberapa gambar gereja tua di Jakarta. Salah satu rencanaku jangka menengah adalah mendokumentasikan Gereja-gereja tua yang dibangun oleh Belanda atau Portugis di seluruh Indonesia. Kalau rekan iseng menggoogling dengan kata kunci Gereja Tua di Indonesia, maka saudara akan dipandu ke Wikipedia yang minim sekali gambar bangunannya dan penjelasannya. Padahal itu merupakan aset bangsa (terlepas bagi umat non Kristen) yang harus dilestarikan.

Niat membangun database Gereja di internet dipicu oleh kesedihan ku atas dihancurkannya Gereja tua di desa Hila yang telah berusia 450 tahun. Kebetulan pada awal tahun 1998 aku memiliki kesempatan mengunjungi Gereja itu, tetapi ketika terjadi kerusuhan di Ambon, bangunan tersebut dimusnahkan oleh sekolompok orang yang tidak bertanggung jawab. Aku hanya berpikir, sayang sekali bangunan yang sarat sejarah itu dihancurkan, padahal dia tidak punya salah apa-apa dan yang terpenting bagi umatnya, bangunan itu adalah rumah Tuhan.

Berikut sebagian gambarnya :