Saturday, December 29, 2007

Surat Natal

Sayang,
Besok hari Natal, malam ini kami di Nabire merayakan kebaktian malam kudus, nama acaranya kebaktian malam kudus, tetapi yang menarik tidak ada lilin yang dinyalakan pada acara kebaktian malam ini dan tidak ada lagu malam kudus yang dinyanyikan. Menarik karena setahu aku, di daerah Kalimantan dan di Pulau Jawa pada tanggal 24 Desember malam, acara kebaktian diselingi acara penyalaan lilin dan lagu malam kudus.

Aku dapat merasakan kesendirian sayang, jauh disana membayangkan your simple man tidak berada didekat mu. Perasaan sedih yang sama ketika mendengar lagu ” White Christmas”, ketika bulan Natal tiba. Lagu yang dipopulerkan Irvine Bell tersebut membuat waktu rasanya berputar kembali, dalam kesendirian Natal, ada perasaan sukacita sekaligus sedih. Sedih ketika membayangkan Natal-natal sebelumnya bersama dengan keluarga, sahabat atau pun kekasih, tetapi kala mendengar lagu tersebut keadaan yang bertolak belakang sedang terjadi, perasaan sendiri ditengah kemeriahan pesta Natal. Lagu yang akrab buat tentara yang sedang bertugas jauh dari Keluarga, Dokter yang sedang berdinas ketika malam Natal, kekasih yang terpisah jarak dan waktu ketika merayakan Natal serta banyak orang yang jauh dari rumah ketika Natal tiba.

Sayang, Natal disini konon kata kerabat sudah tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Meski tidak ramai, menurut aku masih lebih ramai dari Natal di Balikpapan. Disini banyak spanduk yang mengucapkan Selamat Natal, yang konyolnya di kantor aku sampai tanggal keberangkatan ku belum ada spandulkucapan Selamat Natal buat pegawai atau pun pelanggan kami. Disini orang ramai membuat pondok-pondok yang di hiasi lampu warna-warni, jalan-jalan dihiasi lampu kelap-kelip. Semarak suasananya sayang, terasa kalau disini jumlah umat Kristiani banyak. Yang aku suka suasana disini sayang, ramai orang memasang lagu Natal dengan volume yang besar dan memekkan telinga. Mereka bersaing mengeraskan loudspeaker nya, tanpa kenal waktu!! Bayangkan dari matahari terbit sampai terbit kembali suara musik tidak henti-hentinya diputar, jam 12 malam mendengar musik Natal dengan speaker TOA dan volume yang di stell poll. Stress memang awalnya karena tidak bisa istirahat, tetapi lama-lama orang akan terbiasa, karena ini tradisi setahun sekali. Kita akan beradaptasi dengan hal ini, tidak beda dengan memiliki rumah di dekat lapangan terbang atau disamping rel kereta api.

Sayang, ini Natal pertama aku sesudah tahun 1988 di Nabire. Sembilan belas tahun tidak merayakan Natal di Nabire. Rasanya kota ini semakin ramai dan semakin semrawut. Waktu rasanya cepat sekali berlalu, seolah-olah sembilan belas tahun yang lalu masih seperti kemarin. Rasanya masih kemarin menggunakan celana pendek dan ikut bermain drama dalam acara Natal Sekolah Minggu. Rasa-rasanya masa anak-anak kami baru kemarin, hari ini beberapa dari rekan tersebut sudah menggendong anak kecil.

Sayang ku, cerita tentang Natal dan bayi kecil Yesus sudah terjadi 2000 an tahun yang lalu, tetapi sampai saat ini masih dirayakan. Meski saat ini terasa kurang meriah, tapi utamanya tentu bukan acara seremoni nya kan sayang ? Yang penting Natal mengingatkan kepada kita tentang Kasih dari Surga yang diawali kisah bayi Natal dari Betlehem dua ribu tahun yang lalu. Biarlah kita tidak terjebak dalam seremoni atau pun kesedihan karena merasa sendirian dalam Natal tahun ini, karena aku yakin kita masih lebih beruntung dari saudara kita yang lain, yang tidak merayakan Natal karena sedang berduka, karena harus mengungsi, atau dalam peperangan. Natal mengingatkan kita, kita patut bersyukur atas kebaikan yang diberikan Sorga kepada kita, Natal mengingatkan kita, berbagi kasih wajib kita lakukan.

Selamat Natal Sayang, jangan sedih yah ? Ingat doa kan aku dalam Doa Natal mu !

No comments: