Thursday, December 20, 2007

Tes S-2 di Surabaya


Rasa-rasanya 2 minggu ini aku banyak menghabiskan waktu di jalan. Minggu pertama Desember, dalam satu minggu aku harus dua kali ke Jakarta. Minggu ke dua aku membatalkan perjalanan ke Pontianak ketika baru saja mendarat di Jakarta dan secepatnya mencari pesawat ke Balikpapan untuk melanjutkan perjalan ke Surabaya. Ini mungkin rekor perjalanan dinas, dua minggu dan empat kali perjalanan dinas yang berbeda dengan menggunakan pesawat.

Sebelum Berangkat
Senin siang, ketika selesai mendengar presentasi team Schulmberger yang datang dari JakartaPontianak. Selasa malam, aku harus melakukan presentasi didepan pelanggan kami. Tiket perjalanan dan pulang pada hari Rabunya sampai di Jakarta telah dibeli, aku tidak membeli tiket dari Jakarta ke Balikpapan karena belum tahu jadwal pulang dari Jakarta, apakah Rabu malam atau Kamis pagi. Aku berencana ingin mencari hadiah Natal buat keluarga di Irian di Jakarta.
dan Singapura, aku dan Pakde langsung ke Bandara untuk perjalanan dinas ke

Pesawat baru saja mendarat di Jakarta, setelah selesai mengaktifkan handphone, sms beberapa sms pun masuk. Beberapa teman mengucapkan selamat karena aku lolos seleksi S-2 tahap ke dua, sesaat bingung dan tidak percaya, untuk meyakinkan diri, aku pun menelpon teman ku, ternyata benar, nota dinas baru diterima ketika aku dalam perjalanan dari Balikpapan ke Jakarta. Masalah pun timbul, karena keesokan dan lusa aku harus melakukan test kesehatan di Balikpapan, jika tidak gugur !

Dengan terpaksa aku pun menelpon rekan Pontianak yang mengundang aku untuk presentasi, dia panik, aku disuruh mencari pengganti, kemudian menghubungi bos besar dan beliau pun panik. Aku tidak punya pilihan, presentasi aku matangkan, kemudian aku kirim dan membujuk (tepatnya setengah memaksa) Rully untuk menggantikan aku melakukan presentasi.

Perjalanan ke Surabaya
Selasa siang, setelah mengganti penerbangan yang gagal (aku sudah terbang 30 menit dengan Mandala dan harus return to airport) dengan Garuda, akhirnya tiba di Balikpapan pada jam 15.00. Sampai dirumah disambut persediaan air yang sudah habis. Rabu pagi aku melakukan test kesehatan sesudah terlebih dahulu bersitegang dengan administrator laboratorium yang merasa keberatan aku datang kesiangan (jam 9 pagi). Dalam hati aku berpikir, kenapa laboratorium ini harus komplain, sementara kami membayar ke dia untuk jasa yang kami gunakan ? Hati sempat panas, tapi aku pikir sepanjang dia mau melakukan test, aku tidak menanggapinya. Karena saat ini, aku benar-benar membutuhkan test lab ini, karena pendidikan S-2 adalah sesuatu yang aku idam-idamkan sejak lama. Siang hari aku membeli tiket untuk Kamis siang, karena Jumat pagi aku harus melakukan test tulis dan wawancara.

Kamis siang, setelah ke kantor pagi harinya aku pun ke Bandara. Seperti biasa jadwal pesawat siang sering terlambat, apalagi penerbangan Low Cost Carrier! Penerbangan yang seharusnya pukul 13.30 akhirnya diterbangkan pukul 14.40. Kaget juga ketika masuk ke dalam pesawat, ketika diumumkan jenisnya 737-300 ditambah maskapinya Adam Air, salah satu airline yang akhir-akhir ini mendapat reputasi jelek di Indonesia.

Kota Surabaya
Seperti biasa, setelah mendarat dikota lain, hal yang pertama kulakukan adalah mengecek voucher hotel di KAHA. Aku ingin cari penginapan didekat Tunjungan Plasa (TP), karena ingin mencari hotspot guna mengunduh file tutorial Telekomunikasi. Sama dengan di Jakarta, sejak awal Desember, hotel-hotel pun penuh. Pegawai pemerintah daerah banyak melakukan perjalanan dinas guna menghabiskan anggaran diakhir tahun. Tadinya aku ingin menginap di hotel Tunjungan atau Inna Simpang, karena penuh penjual voucher menawarkan aku menginap di hotel Bisanta. Karena takut hotelnya jelek, aku Cuma membeli voucher untuk 1 malam, ternyata hotelnya bagus untuk harga 285 ribu.

Pagi itu, seperti yang aku duga test tertulis ternyata susah. Meski sudah mencoba membaca, karena materi sangat banyak, kurang lebih untuk menjawab 30% soal dari total soal 60 aku menggunakan intuisi. Aku pikir tidak berbeda dengan test tahap 1 dan 2, selalu rasanya sulit untuk menyelesaikannya. Semoga yang lain pun seperti itu, sehingga kesempatan untuk lulus masih tetap terbuka.

Sesudah ujian, aku pun ke TP, menghabiskan waktu untuk mencari pakaian buat saudara sepupu dan tas buat keponakan. Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat, sore pun datang sesudah kembali ke hotel dan mandi, aku menghabiskan malam itu dengan menonton. Capek sekali rasanya, sempat tertidur di bioskop pada awal-awal pemutaran film. Untunglah sempat terjaga, sayang rasanya tidur padahal film yang sedang diputar menurut aku sangat bagus.

Ketika duduk minum atau makan di mall, aku senang memperhatikan orang-orang. Satu hal yang aku lihat menonjol di kalangan menengah terutama yang sedang punya anak kecil, ketika mereka melakukan tamasya ke mall atau plasa, kebanyakan dari mereka membawa pengasuh anaknya atau pembantunya. Yang membuat aku termenung adalah, pengasuh atau pembantu tersebut menggunakan seragam, sehingga menurut pemikiran aku mereka menjadi komunitas yang beda kastanya. Seragam itu menegaskan kelasnya sebagai pembantu. Dari bahasa tubuh pemilik pengasuh atau pembantu dan pembantunya, menegaskan kasta mereka yang berbeda. Sering pembantu dan pengasuh tidak semeja dengan tuan dan nyonyanya. Bahkan ada pembantu dan pengasuh yang menghabiskan jatah makan anak majikannya. Aku pernah menanyakan hal ini kepada salah seorang teman yang kebetulan mempunyai pengasuh dan pembantu yang berseragam, jawabannya adalah agar keliatan apakah pengasuh atau pembantu tersebut bersih atau kotor. Dari bajunya dia tahu, bahwa pembantu itu sudah kotor dan dia tidak ingin yang merawat anaknya kotor. Ada juga yang menyatakan itu sudah aturan dari yayasan penyalur pengasuh anak dan pembantu, bahwa mereka diberi seragam kerja. Dan pada saat bekerja mereka harusnya berseragam.

Menurut aku, apa pun alasannya itu hanya sebuah pembenaran atas penunjukan status saya majikan dan dia adalah pembantu. Seragam itu menegaskan bahwa ”kamu tunduk” kepada saya, kasarnya kamu babu saya. Perlakuan orang-orang yang melayani tuan dan nyonya dengan yang melayani para pembantu itu pun terliat beda, sering dianggap sebagai warga kelas dua. Mungkin bagi sebagian kalangan, pembantu dianggap status kesuksesan, semakin banyak pembantunya, semakin kaya orang tersebut !

Meninggalkan Surabaya
Tepat pukul 15.30 Wib aku berjalan meninggalkan TP memasuki gang kecil menuju hotel Bisanta. Mendekati hotel dari jauh tampak taksi blue bird yang kelihatannya masih baru, kemudian aku menghentikannya dan minta diantar ke hotel untuk kemudian mengantar ku ke Bandara Juanda. Sebelumnya aku selalu mengambil taksi yang biasanya mangkal di depan hotel, tapi karena merasa argonya terlalu cepat bertambah, kali ini dari awal aku sudah berniat mencoba menggunakan blue bird menuju bandara. Jaraknya cukup jauh mungkin sekitar 15 an km.

Ervan nama sopir itu, dengan nomor lambung BQ311. Dikalangan sopir dia lebih dikenal dengan nama Songkel. Orang yang pintar ngobrol dan supel, sehingga dapat menjadi teman mengobrol yang mengasyikkan. Buat lelaki atau perempuan yang ingin mengetahui wisata malam di Surabaya, sebaiknya menggunakan jasa dia. Meski pekerjaannya hanya sebagai sopir, namun sama seperti dalam film berbagi suami, istrinya dua. Ceritanya sangat menggoda, sampai aku berpikir jangan-jangan ceritanya hanya dibuat-buat. Dari dia aku tahu lokasi harmoni dekat dengan hotel Mojopahit. Yang menurut Songkel adalah the best place for having fun in town. Rahasia Songkel untuk tetap kuat dan fit adalah jamu sehat lelaki dan 5 butir kuning telor ayam kampung. Aku menanggapi cerita nya denga riang, senang rasanya mengetahui dunia yang lain dari orang lain yang berpengalaman.

Setiap perjalanan selalu membawa cerita, karena itu aku suka pesiar, lebih berwarna lebih baik !

No comments: