Saturday, July 01, 2006

Kevin Carter potret kita



Musuh terbesar kita saat ini adalah ketidakpedulian. Sering kita menutup mata atas penderitaan orang disekitar kita, entah yang kelaparan, yang mengalami kemiskinan, yang mengalami musibah, yang dikeroyok, yang kesakitan, yang kemalingan, yang kecelakaan,dll. Sering hanya ungkapan kasihan yang keluar sembari cepat-cepat menghindar karena kita tidak tahan melihat penderitaan orang tersebut, atau tidak mau direpotkan kesusahan orang lain.

Seberapa dari kita yang mau berhenti ketika melihat kecelakaan di jalan raya, membawa korban ke rumah sakit ? Atau berhenti dan memberi baju kepada orang gila yang berjalan telanjang di jalan raya. Seberapa dari kita pernah mengirim makanan kepada warga kurang gizi di Sikka NTT, memberi selimut kita yang berlebih kepada warga Bantul yang masih tidur didalam tenda yang rentan angin malam yang berhembus.

Itu masih disekitar kita, bagaimana pula kalau bencana itu terjadi ribuan kilometer jauhnya dari kita ? Ditengah santap malam kita yang berlebihan, kita hanya berguman “kasihan” ketika menyaksikan kelaparan hebat di Sudan, lalu kembali melanjutkan makan malam kita seolah-olah peristiwa itu hal yang biasa.

Kesal dan depresi atas ketidakpedulian yang dirasakan dirinya , Kevin Carter mengambil keputusan yang menggemparkan. Kevin ayah satu putri, lahir tahun 1960 di Afrika Selatan. Ia menjadi fotografer bebas buat kantor berita Reuter dan Sygma Photo NY dengan daerah pengambilan gambar kebanyakan di daerah Afrika. Pada tahun 1993 dia memenangkan penghargaan Pulitzer atas karya fotonya yang membuat banyak orang Shock. Foto itu menampilkan seorang anak yang kelaparan dan kekurangan gizi, yang sedang sekarat sedang di intai burung pemakan bangkai, yang menunggu anak itu mati untuk disantap.

Ia dikritik karena hanya mengambil foto anak itu tanpa berusaha menolongnya. Padahal sebenarnya tidak sesederhana itu, karena para jurnalis dilarang untuk menyentuh mereka yang kelaparan untuk menghindari penyakit, disamping itu aku yakin yang dia tampilkan hanya sebagian kecil dari penderitaan rakyat disana. Dia telah menjalankan tugasnya, untuk menyampaikan bencana disana kepada seluruh dunia agar bersama-sama membantu rakyat disana yang terkena bencana kelaparan maha dahsyat.

Karena terguncang oleh karyanya dan kritikan orang-orang, tiga bulan sesudah pengambilan gambar tersebut, Kevin Carter memutuskan bunuh diri.Dengan secari catatan yang berbunyi :

"I am depressed ... without phone ... money for rent ... money for child support ... money for debts ... money!!! ... I am haunted by the vivid memories of killings & corpses & anger & pain ... of starving or wounded children, of trigger-happy madmen, often police, of killer executioners...I have gone to join Ken* if I am that lucky."

[Aku tertekan tanpa telepon, uang untuk bayar sewa, uang untuk membiayai anak, uang untuk bayar utang-utang… uang !! Aku dihantui bayang-bayang pembunuhan dan mayat-mayat dan amarah dan penderitaan dari anak-anak terluka yang kelaparan, orang kurang waras, polisi dan pembunuh. Aku sudah bersama-sama bergabung dengan Ken* sekiranya aku beruntung]

* Ken Oosterbroek adalah teman baiknya yang terbunuh di Afrika ketika menjalankan tugas jurnalisme.


Nasib anak ini tidak diketahui sampai saat ini apakah dia meninggal atau tidak ?


No comments: