Monday, July 10, 2006

Pertandingan ke 64 !


Jerman dan Kostarika mengawali pertandingan dengan skor 4 – 2 untuk kemenangan Jerman, suatu awal yang bagus dan menarik, bagus karena trauma kekalahan tim unggulan pada laga awal selalu menghantui laga pembukaan Piala Dunia dan menarik karena kedua tim bertanding dengan agresif menampilkan sepak bola menyerang !

Malam ini pertandingan ke 64 akan berakhir, sekaligus mengakhiri perhelatan pesta olah raga terbesar sejagat. Sebulan penuh, 64 pertandingan telah kita saksikan menghadirkan drama yang mengaduk-aduk emosi. Ada ratapan yang menyayat hati ketika tim yang didukung kalah, ada kegembiraan yang memabukkan ketika tim yang dicintai menang. Semua bercampur aduk. Diakhir pertandingan ketika pendukung sebuah tim bersorak-sorai bergembira, dipastikan ditempat yang sama ada pendukung tim yang berlinang air mata. Kesebelasan yang saat ini menangis mungkin empat tahun lagi akan bersorak-sorai bergembira, atau mungkin sebaliknya dan ini terus berulang dan menjadi candu buat semua penggemar sepak bila diseluruh dunia.

Empat tahun lalu secara menyakitkan tim Italia dihempaskan Korea Selatan, seluruh negara berkabung dan para pemain dihujat. Tapi apa yang ditampilkan tanggal 4 Juli lalu berbalik 180 derajat ketika mereka berhasil mengalahkan tim Favorit Juara : Jerman. Demikian juga Perancis, siapa yang menduga mereka akan melaju ke Final setelah 4 tahun yang lalu tidak berhasil maju ke babak kedua, dan mengawali pertandingan di Piala Dunia ini dengan buruk ?

Tapi itulah sepak bola, selalu penuh dengan drama, dan seperti kutukan yang telah lama diyakini para penggemar sepak bola : “tim yang bermain paling indah adalah tim yang kalah atau duluan pulang”, lihatlah Belanda, Argentina, Pantai Gading, Spanyol, Jerman, Perancis ?? Kita selalu sulit menebak tim mana yang akan bertahan sampai akhir, karena pertandingan diawal-awal tidak selalu mencerminkan hasil akhir. Satu yang hampir selalu menjadi kebenaran, tim yang menjuarai Piala Dunia adalah tim yang pernah memenangkannya dimasa lampau atau tim tuan rumah (lihat Inggris dan Perancis).

Kejuaraan yang telah dimulai sejak tahun 1930 dan telah berlangsung sebanyak 17 kali (kecuali tahun 1942 dan 1946) ini berhasil membuat tim Italia menjadi juara yang ke 18 serta berhasil menjuarai Piala Dunia ke empat kalinya di Berlin malam ini. Sepanjang sejarahnya yang telah berumur 76 tahun, hanya 7 negara yang pernah menjuarai turnamen ini. Sementara yang berpartisipasi - dan yang menjadi anggota badan sepak bola dunia - sejak babak penyisihan lebih dari 200 negara, melebihi jumlah keanggotaan perserikatan bangsa-bangsa.

Bukan gaya gravitasi atau benua Australia yang menjadi temuan bangsa Inggris yang paling dinikmati didunia, melainkan sepak bola lah yang membius dunia. Dari Inggris ke Eropa, ke ujung Amerika Selatan, Asia, Afrika dan Australia dan malam ini, demam itu mampu membius milyaran orang untuk menatap 22 orang yang berebut bola dipimpin seorang yang malang yang tidak pernah menyentuh bola.

Akhirnya pertandingan pun berakhir, sang juara telah dimahkotai, pendukung berpesta semalam suntuk dan menangis semalam suntuk. Sekali lagi ada drama dalam pertandingan puncak malam ini. Italia dimasa lampau yang dikenal sebagai tim yang cenderung bertahan, sepanjang turnamen menunjukkan sepak bola menyerang yang mematikan. Perancis yang dicemooh sebagai tim tua, ternyata mampu menunjukkan kelasnya sebagai tim yang bermain sebagai sebuah tim, bukan individu-individu yang ingin tampil sendiri. Eropa bergembira karena mereka mempertahankan tradisi (kecuali tahun 1958 di Swedia) menjuarai Piala Dunia di benua Eropa.

Satu hal yang diajarkan Jerman kepada kita, menjadi tuan rumah yang baik dan bersahabat sehingga kejuaraan kali ini berjalan dengan baik. Hal yang diajarkan sang Juara kepada kita : Tetaplah fokus dan jangan hiraukan ejekan yang bersifat menjatuhkan. Pertandingan telah berakhir dan sama seperti bunyi sebuah iklan, “pertandingan ini boleh berakhir tetapi akan terus dikenang dan dibicarakan”.

Tabik !

No comments: