Sunday, August 20, 2006

Allah Milik Siapa ? *



[Artikel ini aku salin ulang ketika liburan di Jogja]

Ada tiga agama yang bertahan dan sampai hari ini menguat yang lahir di Timur Tengah: secara kronologis , Yahudi, Kristen dan Islam. Masing-masing mengaku punya jalur komunikasi unik dan istimewa dengan Sang Khalik. Masing-masing punya sapaan akrab sendiri-sendiri pula terhadap yang ilahi. Di Indonesia ada orang yang menganggap Allah milik Islam, adapun Kristen dan Yahudi punya Yehovah. Sehingga jika orang Kristen bilang Allah, itu saru kata mereka.

Kata Allah memang berasal dari bahasa Arab, tapi itu tidak berarti hanya punya Islam yang mengenal istilah itu. Sudah sejak jaman prasejarah bangsa-bangsa dalam rumpun Semit, yang didalamnya termasuk Arab dan Israel, mengenal kata itu dalam berbagai varian. Ada Allah, Ilah, El, Eloh, Elohim, Il, dst.

Bangsa Akad (peradapan tertua nomor dua, abad ke-24 sampai ke-22 SM, sesudah Sumeria, yang lahir di Mesopotamia atau Irak sekarang) mengenal Ilu, yang mungkin berarti ‘Yang Mahakuasa’ yang berkaitan dengan makna Terang. Kata ini sejak jaman kuno tersebar luas sehingga dikenal dalam bahasa-bahasa barat. Dari bahasa Inggris dan Latin misalnya, kita ambil kata iluminasi. Peradaban kuno Timur tengah itu menganggap kekuasaan atas alam dan hidup manusia berasal dari atau berada diatas langit dan bagi mereka, tidak ada benda langit yang tidak bercahaya. Kepercayaan itu melahirkan astrologi.

Oleh bangsa-bangsa politeistik pada zaman sebelum Musa, El atau variannya disembah sebagai yang tertinggi, kepala atau bapa dari semua yang ilahi. Kata ini juga banyak dipakai sebagai bagian dari nama diri, misalnya Ismael (yang berarti ‘El mendengarkan’) dan Israel (‘umat pilihan El’). Namun pada umumnya kata itu lebih dipakai sebagai nama generik, seperti cara kita sekarang pada umumnya memakai kata tuhan, ilah, atau dewa.

El juga dipakai dalam bentuk gabungan, misalnya El Shadai (Allah Mahakuasa), El Elyon (Allah Mahatinggi), atau El Olam (Allah Mahakekal). Oleh penerjemah-penerjemah Alkitab Kristen Indonesia, kata Allah dipakai untuk menerjemahkan El, Eloh atau Elohim (bahasa Ibrani) dan Theos, padanan dalam bahasa Yunaninya. Umumnya orang Indonesia kenal kata theos sebagai bagian dari ateis. Theos sendiri masih berkaitan dengan kata deus dan Zeus (Latin) serta deva atau dewa (Sansekerta). Dalam bahasa Inggris kata god atau God dipakai.

Dalam Alkitab umat Kristiani berbahasa Arab, yang dipakai orang-orang Arab Kristen, kata Allah juga yang dipakai. Dalam hal ini kata itu tidak dianggap sebagai terjemahan karena justru itulah kata aslinya, akarnya sama, hanya beda cara pengucapan atau pengembangannya dalam bahasa Ibrani dan bahasa Arab.

Nama pribadi untuk sembahan orang Ibrani dan kemudian orang Kristen adalah Yahweh atau Yehovah. Kadang-kadang ditransliterasi sebagai YHWH karena, seperti bahasa-bahasa Semit lainnya, bahasa Ibrani tidak mengenal huruf hidup. Arti Yahweh merupakan cerminan dari keunikan Allah , sebagai satu-satunya yang patut disembah. Menurut Alkitab Ibrani. Ketika Musa disuruh oleh “Allah nenek moyangnya” membawa bangsanya keluar dari Mesir, dia memberanikan diri menanyakan nama-Nya. Jawabannya, “Aku adalah Aku”.

Menariknya orang Israel tidak pernah menyuarakan atau menyebutkan nama pribadi Yahweh. Ketika menemui kata “Yahweh/Yehovah/YHWH” mereka mengucapkannya “Adonai”, yang di Indonesia dapat kita katakana nama kehormatan yang bermakna Tuan atau Tuhan.

Oleh Lembaga Alkitab Indonesia, nama Yahweh ini diterjemahkan TUHAN (semua huruf besar). Adapun kata Tuhan (dengan huruf kecil) dipakai untuk menterjemahkan Adonai (Ibrani) dan Kyrios (Yunani). Dalam bahasa Inggris padanannya ialah LORD atau Lord.

Dalam perkembangan sejarah, mula-mula orang Kristen Eropahlah yang tidak mengenal bahasa-bahasa Timur Tengah, yang menganggap bahwa kata Allah Islam itu berbeda dari God mereka. Kini sebagian Muslim di Indonesia menarik kebanggaan dari rasa eksklusivitas ini. Namun, sejarah perkembangan bahasa-bahasa tampaknya menunjukkan bahwa dalam urusan ilahi, penganut-penganut agama-agama samawi ternyata masih bersaudara dekat!

(disalin tanpa ijin dari Kompas 18 Agustus 2006, dari rubrik Bahasa karangan Samsudin Berlian)

No comments: