Thursday, June 22, 2006

Jogja 27 Mei 2006

Tidak seperti pagi-pagi biasanya, pagi itu aku bangun agak pagi kurang 10 menit jam 6 ketika berjalan ke ruang belakang. Lamat-lamat aku mendengar suara genteng asbes yang berderak, seperti kucing yang berkelahi diatas genteng. Sesaat aku tidak menghiraukan, pikirku mungkin kucing yang sedang birahi. Ketika lantai kurasa mulai bergerak aku tersadar seketika bahwa ini gempa, secepatnya aku berlari ke halaman belakang sambil berteriak membangunkan adik-adik ku, “gempa-gempa”, teriak ku sekuat mungkin. Akhirnya semua berhasil keluar (belakangan aku menyesal kenapa tidak masuk kedalam dan membangunkan mereka, untung tidak terjadi apa-apa). Aku berpikir gempa hanya biasa-biasa saja,alasan aku hanya memanggil tidak masuk kedalam rumah karena aku yakin gempa tersebut dari proses goyangnya sampai proses benar-benar berbahaya (bergoncang hebat sampai manusia tidak dapat berdiri) memakan waktu lama. Ternyata aku salah, dengan kurang satu menit skala destruksif nya bisa sangat besar.

Ketika gempa telah usai, belakangan aku tahu hanya sekitar 57 detik, kami semua kumpul kembali sambil bercerita tentang reaksi kami ketika gempat terjadi. Ketawa-ketawa malah, kami menanganggap gempa ini hanya kejadian biasa-biasa saja karena kami pernah merasakan gempa yang lebih besar dari ini di kota asal kami : Nabire. Memang sempat terasa gerakan tanah menjadi gerakan vertical - bukan horizontal – seperti naik mobil melewati jalan yang berbatu-batu. Kami semua sepakat saat itu bahwa gempa yang di Nabire jauh lebih lama dan lebih besar, dan tidak ada satu rumah pun yang roboh ketika itu, tidak ada yang cidera, hanya adik aku yang terjatuh ketika berlari ke halaman belakang. Ternyata dugaan kami yang biasa-biasa itu salah, dibagian Jogja yang lain ternyata gempa ini luar biasa.

Lindu (bhs Jawa = Gempa) kali sangat rakus menurut aku ! Lindu kali ini membawa pergi ribuan orang meninggalkan saudara terkasih mereka di bumi, pergi ke nirwana sana. Tuhan saying orang-orang tersebut sehingga dipanggil lebih dulu meninggalkan saudara-saudara dan teman-teman nya yang lain, yang kelak akan menyusul mereka. Rasanya tidak adil, tanpa persiapan apa-apa, tanpa pemberitahuan apa-apa, begitu banyak yang dipanggil sekaligus.

Ada banyak isyu sesudah Lindu di pagi hari itu, ada banyak teriakan minta ampun pada saat itu, tangisan dan teriakan kesakitan tidak berhenti sepanjang hari itu, ada banyak kebingungan yang terjadi pada saat itu. Ada banyak hal yang berkecamuk di dalam kepala aku, mencari jawaban dari kejadian itu. Aku tidak tahu harus bagaimana, apakah menangis atau ikut-ikutan panik menghindari kota karena ada isyu Tsunami yang telah masuk sampai ke keraton Jogja, satu yang jelas aku pikirkan saat itu, betapa tak berdayanya manusia ketika alam menunjukkan keperkasaannya.


rumah di jalan Solo



isyu tsunami di jalan Solo



Hancurnya Saphire Mall Jogja



rumah sakit Bethesda Jogja



sebuah rumah di Bantul




Apakah mereka semua selamat ?



Sebuah kantor di Bantul



STIE Kerja Sama Jogja



Bantul kembali indah sesudah gempa