Wednesday, December 24, 2008

Natal Di Dusun Kecil

Pondok Natal

Jalan Pemuda Saat Natal

Gereja Tabernakel

Kapan persisnya aku tidak tahu, yang jelas ketika aku meninggalkan Irian Jaya pada tahun 1988 tradisi mendirikan pondok menjelang Natal ini belum ada. Pondok yang dibangun biasanya dalam bentuk rumah panggung, beratap kan seng dan ditutupi oleh papan atau rumbia setinggi 50 an cm untuk menahan tempias air ketika hujan. Memasuki bulan Desember setiap RT atau bahkan kadang-kadang setiap beberapa rumah berlomba membuat pondok Natal ini.
Jadi ketika Natal tiba di Irian (aku lebih suka menggunakan kata ini daripada Papua), dari utara sampai selatan : Sorong, Manokwari, Jayapura, Merauke, Fakfak, Pondok Natal ini sudah menjadi tradisi. Yang menarik dari pondok ini, selain menjadi tempat nongkrongnya anak muda, selalu ada speaker dan tape-tape dengan power yang besar yang dipasang. Tetangga pasti maklum, bulan Desember orang bebas memasang speaker sekeras-kerasnya pada hari Natal. Bayangkan jam 3 subuh, tape di stell poll kuat-kuat !! Kalau sakit gigi dan belum biasa dengan tradisi ini pasti akan kesel setengah mati. Tapi ini tradisi Irian pada perayaan Natal, sebaiknya yang waras mengalah ! Kalau berani menegur mereka, yang ada rumah kita akan dilempar batu, atau dihardik oleh mereka.
Terus terang aku sangat menikmatinya, ini yang membuat suasana Natal benar-benar terasa. Irian yang mayoritas masyarakat aslinya Kristen menjadi semarak pada saat perasaan Natal. Dihampir setiap rumah terpasang pohon Natal dan tulisan Merry Christmas and Happy New Year. Gereja dihias dengan kertas warna-warni dan balon-balon. Luar biasa memang !
Tapi satu hal yang terasa saat ini, Natal menjadi semacam seremonial belaka dan semarak hanya sesaat untuk kemudian dilupakan. Orang semakin sedikit terlibat dalam kegiatan menyambut Natal, semuanya melakukan hal-hal yang praktis. Jika dulu seminggu sebelum Natal orang sudah siap-siap membuat kue, dua minggu sebelumnya orang sudah memulai mengirim kartu Natal, sebulan atau dua bulan sebelumnya sudah memulai latihan digereja untuk perayaan Natal, saat ini hal itu menjadi jarang. Orang semakin sibuk dengan kegiatan sehari-harinya. Kegiatan diatas sudah tidak praktis lagi, mendingan membeli kue kering, mengganti kartu Natal dengan sms dan acara drama Natal ataupun koor pada saat Natal sudah dianggap tidak praktis dan hanya menyita waktu. Pun semarak rumah tidak seperti dulu lagi. Hanya Pohon Natal yang dipasang dirumah, sementara pada masa lalu lampu-lampu Natal yang kelap-kelip dipasang sampai keluar rumah. Dan yang jelas tidak seperti ditahun 90 an dan 2000 awal, saat ini pondok Natal semakin sedikit dibangun.
Mungkin dalam tradisi Pondok Natal di Irian, lagu yang paling sering dipasang adalah lagu Charles Hutagalung yang berjudul Natal di Dusun Kecil, Dimanapun lagu ini kudengar selalu mengingatkan aku akan Nabire, mungkin ini lagu Natal terbaik sesudah lagu-lagu dalam buku nyanyian Kristen.

Natal yang paling indah selalu dalam kenangan… berikut lirik lagu Natal di Dusun :
Jauh di dusun yang kecil disitu rumahku
lama sudah ku tinggalkan aku rindu..
Tahun tahun tlah berlalu menambah rinduku
Nantikan kedatanganku dusunku
kuingin mengulang lagi
kenangan masa kecilku
kenangan hari natal yg bahagia
Kunyalakan lilin lilin
kunyalakan lenteraku
kenangan natal didusun yang kecil
lama sudah kutinggalkan
tempat kelahiranku
teringat sanak saudara
teman




Merry Christmas hon....!

1 comment:

Unknown said...

Definitely not ur hon :-) Just want to say that the pictures are really beautiful. Thanks for sharing those beautiful moments here :P