Saturday, March 17, 2012

Pesan Untuk Berti dan Generasi Muda Papua


Aku tidak ingat kapan persisnya aku mulai mengenal Berti, singkatan dari Bernadus Tingge. Yang jelas sudah lebih dari 7 tahun aku kenal dengan dia. Berti sebenarnya teman satu gereja dari adik-adikku ketika di Jogja. Karena sering main ke kost-kostan mereka di Jogja, akhirnya aku pun kenal dengan dia. Kedekatan kami karena ikatan primordial karena berasal dari daerah yang sama. Berti suku asli Papua, tepatnya dari Kabupaten Boven Digul, sementara kami dari Nabire. Meski Pulau Papua luas, dibandingkan daerah lain di Indonesia masyarakat Papua lebih merasa menyatu. Meski berasal dari pulau yang sama di daerah lain perbedaan lebih terasa. Merasa berbeda, katakanlahh antara orang Jawa Tengah dengan orang Sunda, atau orang Minang dengan orang Batak, lebih terasa sementara masyarakat Papua lebih mersa bersatu meski letak daerahnya satu sama lain cukup jauh.

Tidak seperti beberapa putra Papua yang aku kenal, Berti bertutur dengan santun dan berhati lembut. Satu yang menjadi ciri khas dari Berti, lelaki ini penuh dengan senyuman. Jarang terlihat bersedih. Disamping itu tidak suka minum-minuman keras dan memiliki wawasan yang baik serta berpikir positive. Dia mau diajak maju dan menyenangkan ketika diajak berdiskusi. Saat berbincang dengannya terasa bahwa Berti adalah anak cerdas. Karena kebaikannya, aku melihat ada kecenderungan orang sadar atau tidak sadar memanfaatkanya.

Bulan Januari lalu, saat di Jogja aku pernah uring-uringan kepada jasa pengetikan skripsi karena menunda-nunda menyelesaikan skripsinya. Sudah lebih dari 3 kali Berti datang ketempat tersebut dengan janji akan diselesaikan pada kesempatan berikutnya, tetapi setiap dia datang pada saat yang sudah dijanjikan ternyata lagi-lagi skripsinya belum selesai diketik. Akhirnya aku pun protes sama penyedia jasa tersebut karena Berti sungkan untuk marah, dia menganggap posisinya dalam keadaan minta tolong sehingga dapat dimaklumi apabila terlambat padahal, Berti mengeluarkan biaya untuk jasa tersebut dan diawal sudah disepakati akan diselesaikan pada kesempatan berikutnya.

Akhir Februari 2012, sesudah kuliah selama lebih 11 tahun akhirnya Berti pun menamatkan sarjana strata satunya dari Salah satu sekolah Tinggi Pertanian di Jogjakarta, sehingga saat ini resmi bergelar Sarjana Pertanian. Rentang waktu 11 tahun memang lama, tetapi hal ini sebenarnya karena alasan ekonomi. Beberapa kali dia cuti kuliah karena tidak sanggup membayar kuliah sehingga harus melanjutkan kerja serabutan dari mulai penjaga laundry, sekuriti, Office Boy, bantu-bantu di rumah orang, dll untuk sekedar menyambung hidup di Jogja karena kiriman uang dari orang tua nya tidak mencukupi.

Papua dan Impian Merdeka
Ada hal yang menarik saat ini di Papua, dimana keinginan merdeka dari generasi muda sangat kuat. tidak seperti angkatan yang lahir tahun 60 an atau 70 an opsi merdeka itu kurang begitu populer. Hal ini dikarenakan saat itu sebenarnya Indonesia sedang membangun dan proses pembangunan itu membuat orang sibuk dengan bekerja. Hal yang lain adalah penduduk lokal non Papua belum begitu banyak dan kebanyakan pegawai, sehingga penguasaan tanah dan sumber daya alam atau ekonomi oleh orang non Papua tidak begitu banyak. Kemudian peran militer saat itu sangat kuat, ketika ada keributan atau protes-protes terkait pembangunan dapat diselesaikan sektika dan apabila ada pelaku melakukan pengrusakan atau keributan, militer tidak segan-segan bertindak dengan tegas. Meski diakui sejak awal sebagian kecil kelompok ingin Papua merdeka daberdiri sendiri. Dan yang terakhir, sebenarnya kebanyakan orang Papua adalah orang yang ramah dan terbuka terhadap orang asing dan mereka menyambut dengan senang kalau kita ingin membantu mereka untuk maju, ini yang terjadi dengan orang tuaku dan banyak sukarelawan lainnya yang memilih menjadi guru di Papua sejak tahun 60-an dan 70-an awal.

Generasi Muda yang ingin merdeka adalah kebanyakan yang lahir diakhir 70-an keatas. Hal ini tidak terlepas karena kebanyakan dari mereka merasa, saat ini yang menguasai segala hal di Papua bukan penduduk asli lagi. Jujur diakui, sendi-sendi ekonomi di Papua dari hulu sampai hilir dikuasai masyarakat luar Papua dan perusahaan trans nasional. Penduduk Papua hanya menjadi penonton dan semakin terpinggirkan karena perlahan-perlahan masyarakat luar Papua dan perusahaan dari luar Papua menguasai tanah-tanah milik mereka baik di daerah perkotaan sampai ke hutan-hutan adat. Jika kita ke Pasar Papua saat ini khususnya di kota-kota Kabupaten, umumnya pedagang Papua berjualan ditanah atau emperan Pasar, sementara penduduk luar Papua yaitu warga yang berasal dari Jawa dan Sulawesi berjualan ditempat-tempat terbaik di Pasar.

Generasi muda yang menamatkan sekolah pun kesulitan mengakses pekerjaan sehingga lebih banyak pengangguran. Kalau pun bekerja karena sifat sosial yang tinggi serta kurang cakap dalam mengelola keuangan, jika tidak menjadi pejabat tetap saja hidup dalam kekurangan. Gaji yang ada tidak cukup untuk kebutuhan sebulan sehingga selalu merasa kekuarangan dan mungkin kurang puas. Disamping itu pembangunan yang ada saat ini pun hanya pembangunan fisik, tidak diimbangi dengan pembangunan pengetahuan sehingga ketika bangunan fisik sudah tergelar, masyarakat tidak mampu memeliharanya dan mengembangkan fasilitas tersebut.

Meski semua pemimpin daerah Papua adalah Putra daerah dan pejabat pun mayoritas adalah penduduk asli Papua, tetapi pembangunan tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan tingkat korupsi sangat tinggi. Sejak bergulirnya reformasi tahun 1998 harus diakui, pemerintahan daerah diberi peran sangat besar karena diberlakukannya desentralisasi, dan dana otonomi khusus untuk Papua pun sangat besar. Inilah yang menjadi sumber permasalahan yang baru. Pejabat merasa uang negara menjadi uang pribadi, fungsi kontrol yang kurang, hukum yang kurang tegas, biaya politik yang tinggi dan life style pejabat yang hedonis mengakibatkan dana yang besar tidak sampai ke masyarakat. Dana yang besar itulah yang menjadi sumber pertikaian baru masyarakat disana, sehingga tidak kaget ketika pemilihan kepala daerah terjadi pertikaian yang bahkan sampai merenggut jiwa.

Kemajuan dibidang informasi memudahkan generasi muda yang kecewa dengan pembangunan dan kondisi Papua saat ini menggalang kekuatan dan bertukar informasi. Generasi muda Papua semakin banyak mendapat informasi sejarah bergabungnya Papua ke Indonesia dengan versi yang lain, meski versi itu belum sepenuhnya benar dan ini menjustifikasi kebencian terhadap pemerintah yang ada. Beberapa generasi Papua terdahulu yang harus keluar dari Indonesia karena tidak setuju Papua bergabung dengan Indonesia mendapat kesempatan untuk menggalang kekuatan dengan menggunakan media internet dan telepon yang semakin mudah dan murah di akses. Ketika kita kecewa dan berkutat dengan kekecewaan serta bertemu dengan orang-orang yang kecewa maka rasa kecewa itu semakin bergaung dan semakin besar. Dan menariknya, dengan alasan geografis generasi muda Papua sekarang merasa mereka ras Melanesia yang berbeda dengan melayu dan memilih lebih dekat secara ras dengan negara-negara gugusan Melanesia dan Australia yang berkulit putih!

Pesan Untuk Berti dan Generasi Muda Papua
Seperti generasi muda lainnya, Berti ingin yang terbaik buat Papua dan bagi kebanyakan mereka Merdeka adalah opsi yang akan dipilih. Perlu diketahui, apa yang dialami Papua saat ini pun dialami daerah-daerah lain di Indonesia. Di Kalimantan Timur yang daerahnya kayapun yang menikmati kekayaan alamnya pun bukan penduduk asli. Kalau pun diberi kesempatan penduduk asli terlibat, sering sekali kesempatan itu tidak digunakan dengan baik dan akhirnya peluang itu jatuh ke tangan penduduk non pribumi. Di Aceh pun demikian, Sulawesi memiliki cerita yang sama, Sumatera dan berbagai daerah lain di Indonesia. Sumber permasalahannya sama yaitu keserakahan yang membuat pejabat pemerintahnya korupsi dan tega menelentarkan penduduknya.

Permasalahan kita dari Timur-Barat dan dari Utara-Selatan di Indonesia sama, terlepas dari rasa kecewa aku punya beberapa hal yang ingin di share buat adik-adik generasi muda Papua :
Bangunlah Papua saat ini ! Merdeka adalah hal yang lain dan mungkin memakan waktu lama, tetapi harus disadari saat ini banyak mama-mama dan bapa-bapa yang perlu diajarkan prinsip ekonomi sehingga dapat berjualan dengan baik. Kalian diberi kesempatan untuk membangu Papua seluas-luasnya, tidak ada yang melarang kalian mengajar mama-mama berjualan dengan menggunakan prinsip-prinsip ekonomi, tidak ada yang melarang kalian menyadarkan masyarakat agar tidak melakukan sex secara sembarangan karen Papua saat ini memilii tingkat prevelinsi AIDS paling tinggi di Indonesia.
Belajar ke luar Papua dan Sekolah setinggi-tingginya. Orang yang berhasil biasanya mereka yang belajar keluar dari tempat asalnya yang lebih maju. Kesempatan untuk sekolah terbuka selebar-lebarnya buat kalian untuk sekolah di Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia atau di dunia. Dana di pemerintah daerah cukup besar untuk pendidikan dan pemberian beasiswa setahu saya dari Pemerintah besar. Sebagai contoh kalau kita perhatikan di kota-kota besar selalu ada Mess Mahasiswa milik Pemerintah Daerah Papua yang diperuntukkan bagi generasi muda yang sekolah di luar Papua. Jika kalian berhasil sekolah tinggi, network akan terbuka lebar dan apabila ingin merdeka akan lebih mudah karena suara anda akan lebih didengar.
Awasi Pejabat Korup dan bawa ke Pengadilan! Seperti yang aku sebut sebelumnya, semua pemimpin daerah adalah penduduk asli Papua, tetapi ironisnya kebanyakan dari mereka menggunakan uang tersebut untuk kepentingan pribadi dan foya-foya dan dana yang ada tidak digunakan secara optimal untuk membangun daerahnya. merekalah yang seharusnya dihukum seberat-beratnya karena secara sadar dan tega mengambil uang yang diperuntukkan untuk membangun Papua. Mereka tidak perduli dengan warganya, dan mereka tidak ingin Papua maju!!
Jangan menjual tanah secara gegabah kepada penduduk non lokal, tetapi sewakan saja. Tanah adalah hal yang mengikat manusia dengan tempatnya. Saat kalian menjual tanah kepada mereka yang lebih maju ekonominya percayalah, uang hasil penjualan itu lambat laun akan habis dan kalian tidak memiliki tempat didaerah asalnya. Saya juga kurang setuju dengan sekolompok orang yang meminta kembali tanah - yang sudah dijualnya - secara paksa dengan alasan tanah adat padahal tanah itu sudah lama dijual dan digunakan berpuluh-puluh tahun. Ini merupakan cermin keserakahan dan kemalasan mereka yang meminta paksa.
Selalu bersikap positif dan bekerja. Percayalah, makian dan umpatan tidak mengubah keadaan. Sifat positiflah yang membuat orang mau bekerja. Selalu lebih baik menyalakan sebatang lilin daripada mengutuk kegelapan!

Semoga Tuhan senantiasa menjadi kekuatan dan perlindungan kita. Salam!

Monday, March 12, 2012

Cerita 3 Des 2011 "Menghargai Orang Tua"*



Pulang Gereja, sambil menunggu jemputan di halte angkutan kota, aku berkenalan Om Abram dari Sangiher Talaud yang ke gereja seorang diri.. Dia bercerita, anaknya bekerja diperusahaan minyak asing di Pulau Natuna, sementara mantunya pemilik Katering di Balikpapan (katering besar karena aku sering lihat mensupply untuk acara besar).. Yang membuat aku tertegun (lebih tepatnya miris), si Om yang berpakaian sederhana usianya sekitar 70 an tahun ke Gereja sendiri, ketika pulang hanya dijemput pakai mobil box catering yang butut..

Om cerita mantu perempuannya seorang Minang, dalam hati aku menduga, kemungkinan anak lelakinya sudah berbeda keyakinan sehingga tidak bersama2 ke Gereja tetapi lebih memilih latihan bela diri di hari Minggu, sementara si Om baru berkunjung satu minggu di Balikpapan.

Wajah Om itu penuh keakraban, bercahaya penuh kebahagiaan.. Dia masih ingin mengobrol dengan aku, tetapi karena tidak enak mobil jemputan sudah menunggu akhirnya dia bergegas menuju mobil, kami pun berbincang kurang dari 10 menit.

Aku hanya berpikir, tidak seharusnya memberlakukan orang tua seperti itu, dijemput dengan kendaraan Catering yang mungkin baru mengantar pesanan. Kalau pun anak atau mantu atau cucu nya lagi sibuk dihari Minggu ini sehingga si Om harus dijemput supir, aku yakin masih ada mobil mereka yang lebih bagus dari pada sekedar mobil box butut. Semoga dugaan aku ini semuanya salah !
*sebuah interlude sebelum melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo

Wednesday, March 07, 2012

Potongan Puisi Pada Sebuah Mural

Judulnya Sia-sia yang tertulis pada sebuah mural yang indah di kota Mural, Jogjakarta..
Setiap kita pasti pernah merasa sepi, berikut gambarnya


Dan ini kutipan lengkapnya


SIA-SIA (Karya Chairil Anwar, 1943)
--------------------------------------

Penghabisan kali itu kau datang
Membawa karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
Darah dan suci.
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang mematikan: Untukmu.

Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.

Sehari itu kita bersama. Tak hampir menghampiri.

Ah! Hatiku tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.