Sunday, July 06, 2008

Banjir 4 Juli 2008

Sejak pagi hujan deras mengguyur Balikpapan. Ketika bangun sekitar jam 6 pagi, air masih menggenangi jalan setinggi mata kaki, tetapi dibelakang rumah saluran pembuangan air sudah tidak sanggup menyalurkan air ke parit didepan rumah, sehingga air tergenang. Aku sedikit cemas, kalau hujan terus mengguyur seharian, pasti air akan masuk kerumah dari halaman belakang.

Setelah meletakkan ember dipetirisan hujan, aku melanjutkan tidur dengan asumsi tidur ku tidak akan lama dan apabila hujan terus menerus masih ada waktu buatku untuk menyelamatkan barang-barang ku.

Sekitar pukul delapan aku terbangun lagi, sayup-sayup kudengar suara orang ramai didepan rumah. Dalam hati aku berpikir ini pasti banjir sehingga orang ribut dijalanan. Dugaanku ternyata benar, ketika aku mengintip melalui jendela, jalanan di depan rumah sudah tergenang air. Satpam dan beberapa warga berjalan didepan rumah dan mengingatkan warga agar waspada karena banjir tersebut. Seumur hidup, baru sekali ini aku menyaksikan banjir di kompleks perumahaan yang aku tempati! Air dimana-mana, dan kurang lebih 20 cm lagi, air akan masuk rumah. Masih tinggi memang, tetapi yang mengkhawatirkan ku adalah hujan masih saja turun, dan bisa saja banjir kiriman datang dari tempat lain karena komplek yang aku tempati merupakan daerah cekungan bekas rawa.

Sambil menunggu hujan reda, dan banjir surut karena hari ini aku harus ke Samarinda, aku memutuskan untuk mengambil beberapa gambar. Bukan maksud aku untuk mengabadikan penderitaan orang lain, melainkan untuk menjadikan kenang-kenangan, karena ini pengalaman pertama banjir di kompleks yang aku tempati.

Kurang lebih dua jam, sudah menimbulkan banjir setinggi paha orang dewasa. Aku tidak terbayang kalau hujan mengguyur seharian. Rasa-rasanya permukaan tanah yang ada di Balikpapan akan tertutup oleh air seluruhnya, karena bumi sudah tidak sanggup menahan air yang turun diakibatkan hilangnya pepohonan dan berkurangnya resapan air hujan. Sebenarnya ini tanda yang kesekian agar pemerintah dan warga lebih bijak dalam membangun, karena perubahan yang kita lakukan terhadap alam, akan mengakibatkan bencana buat manusia.

Pakar Lingkungan dan peraih nobel perdamaian dari Afrika mengatakan, kita bukan tidak boleh membangun rumah dari kayu dan menebang pohon. Cuma kita perlu sadar, ketika kita menebang pohon, artinya kita mengambil sumber mata buat anak cucu kita. Dan (aku tambahkan), kita membuat bencana buat kita sendiri. Mari kita jaga bumi kita ini…..

No comments: