Dahlan Iskan ditengah-tengah kesibukannya yang sangat padat menyempatkan diri
menulis. Ini salah satu hal yang kukagumi dari beliau, ketika kita fokus pada
hasil maka alasan waktu dan kesibukan sebenarnya sebuah ungkapan ‘kompromi’
akibat ketidakmampuan kita untuk melaksanakan tanggung jawab. Dahlan Iskan,
bisa dipastikan orang yang super sibuk mengurus PLN yang sarat dengan masalah
tetapi ditengah-tengah kesibukan pada tanggal 3 Oktober 2011 lalu menyempatkan
diri menulis tentang Pak Jacob Utama pendiri Kompas ketika memasuki usia 80
tahun. Sedikit tentang orang sibuk, aku pernah membaca sebuah tulisan yang mengatakan hal ini "kalau anda ingin pekerjaan anda beres, berikan sama orang yang sibu." Penjelasannya karena orang sibuk (yang pintar tentunya), fokus kepada hasil, biasanya mempunyai list pekerjaan sehingga mampu mengontrol kerjaannya serta membuat skala prioritas dalam bekerja. Judul tulisannya sendiri aku sudah lupa dan tulisan ini berdasarkan
memori apa yang aku ingat ketika membaca Kaltim Pos kemarin disela-sela
sarapanku. Ada beberapa hal dari Pak Jakob dengan kacamata Pak Dahlan yang ingin
aku sarikan sebagai bahan pembelajaran
Delapan puluh tahun
Pak Jakob Oetama (JO),
pendiri Kompas (bersama-sama Almarhum PK Ojong), pada tanggal 27 September 2011
(cmiiw) lalu memasuki usia 80 tahun. Praktisi Pers yang saat ini berusia diatas
80 tahun konon tinggal 3 orang. Tetapi yang seorang lebih tepat dikatakan
pengusaha Pers, yang benar-benar wartawan adalah Jakob Oetama dan Ibu B.M. Diah
(pendiri harian Merdeka). Kesamaan mereka bertiga adalah pekerja keras, energik
dan bukan pemalas. Untuk Jakob Oetama, dia sendiri mundur dari Kompas pada usia
70 tahun dan. Selain hidup sehat, kunci usia panjang tentunya energik dan
selalu bekerja.
Fokus
JO dipuji Pak Dahlan karena
fokus kepada bisnis Kompas-Gramedia. Saat ini tidak saja industri pers dan
percetakan tetapi merambah ke bisnis perhotelan yang tersebar di seluruh
Indonesia. Mungkin Kompas Group satu-satunya kompetitor chain hotel luar negeri
dengan brand Santika dan Amaris hotelnya. Kenapa fokus? Karena ditengah hiruk
pikuk perpolitikan dan rayuan kepada insan pers untuk bergabung dengan salah
satu partai politik, JO memilih untuk fokus membesarkan pers. Beliau menolak
untuk berpolitik dan Kompas termasuk salah satu media yang berusaha
ditengah-tengah tidak tergoda untuk condong ke salah satu partai. Tentu
dibutuhkan hasrat dan gairah yang luar biasa untuk fokus kepada satu bidang
selama puluhan tahun.
Santun dan disayangi Pegawai
Salah satu hal yang dipuji
oleh pak Dahlan adalah JO berusaha membuat karyawannya sejahtera. Dalam hal
remunerasi dan kesejahteraan pegawai, Kompas group termasuk salah satu yang
terdepan. Ini salah satu hal yang membuat Kompas-Gramedia bertumbuh dan
berkembang dengan baik. Ketika karyawan menjadi penjaga dan merasa menyatu
dengan perusahaan, komando dari pimpinan pasti akan dilaksanakan dengan sepenuh
hati. Santun ketika bertutur adalah salah satu cerita yang lain. Kalau Mochtar
Lubis adalah wartawan yang meledak-ledak ketika mengkritik, JO cenderung halus
dalam mengkritik. Ini salah satu kunci kenapa Kompas bertahan terbit dalam masa
Orde Baru. Pada masa Orde Baru, pemerintah merasa lebih nyaman ketika Kompas
dipimpin oleh JO, sehingga usulan kepada menteri untuk melakukan regenerasi
ditubuh Kompas tidak diijinkan. Ini salah satu alasan, kenapa Pak JO menjabat
sampai diusia 70 tahun. Bagi kalangan yang tidak setuju dengan tindakan represif
dan korupsi ORBA, Kompas dianggap koran banci, karena cenderung mencari selamat
dalam pemberitaannya. Saya pikir ini terkait karakter pendiri Kompas yang
merasa memberi kritik tidak harus berteriak-teriak dan menggunakan sikap
frontal, tetapi dengan bertutur halus dan mengambil sikap tegas tidak mau
menjadi kaki tangan Orde baru sendiri merupakan hal yang harus kita hormati.
Toh dengan mengandalkan rasio dan memikirkan ribuan karyawannya yang
menggantung hidup ke Kompas, kritik tetap dapat dilakukan dan Kompas selamat
sampai sekarang.
Panjang umur, kaya raya,
disayang teman-teman dan sehat itu dambaan setiap orang normal dalam kehidupan
ini. Ketika semuanya seimbang, apalagi yang dicari? Semoga kita bisa belajar
hal ini dari Pak JO. Orang bisa menulis kiat-kita terkait hal-hal diatas,
tetapi akan lebih tepat belajar langsung dari pelakunya, Jacob Oetama. Selamat
ulang tahun Opa JP, terima kasih atas tulisannya Pak Dahlan Iskan!
No comments:
Post a Comment