Aku
ingin adalah
judul puisi yang sering ditulis dalam undangan pernikahan. Kemungkinan inilah
bait puisi karya penulisa Indonesia yang paling sering ditulis di undangan
pernikahan orang Indonesia. Yang dapat mengalahkannya adalah penggalan ayat
dari Kitab-kitab Suci.
Yang
menarik, meski ditulis dalam undangan baik pernikahan atau perayaan lainnya
baik yang sifatnya personal atau pun komersial, Sapardi sang penyair tidak
mendapat royalti atas karyanya tersebut.
Prof.
Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 72 tahun)
adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai
puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di
antaranya sangat populer.
Sajak-sajak
SDD, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa,
termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja menulis puisi, namun juga cerita pendek.
Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esei,
serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.
Beberapa
puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin, Hujan Bulan
Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu
Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi
terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana
(tergabung dalam duet "Dua Ibu"). Ananda Sukarlan pada tahun 2007
juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD (sumber wikipedia)
Hujan
Bulan Juni
tak
ada yang lebih tabah
dari
hujan bulan juni
dirahasiakannya
rintik rindunya
kepada
pohon berbunga itu
tak
ada yang lebih bijak
dari
hujan bulan juni
dihapusnya
jejak-jejak kakinya
yang
ragu-ragu di jalan itu
tak
ada yang lebih arif
dari
hujan bulan juni
dibiarkannya
yang tak terucapkan
diserap
akar pohon bunga itu
Pada
Suatu Hari Nanti
jasadku
tak akan ada lagi
tapi
dalam bait-bait sajak ini
kau
takkan kurelakan sendiri
pada
suatu hari nanti
suaraku
tak terdengar lagi
tapi
di antara larik-larik sajak ini
kau
akan tetap kusiasati
pada
suatu hari nanti
impianku
pun tak dikenal lagi
namun
di sela-sela huruf sajak ini
kau
takkan letih-letihnya kucari
Akulah
Si Telaga
akulah
Si Telaga
berlayarlah
di atasnya
berlayarlah
menyibakkan riak-riak kecil
yang
menyerakkan bunga-bunga pantai
berlayarlah
sambil memandang harunya cahaya
sesampai
di seberang sana
tinggalkan
begitu saja perahu
biar
aku yang menjaganya
1 comment:
http://bosspuisi.blogspot.in/2017/02/akulah-si-telaga-oleh-sapardi-djoko.html
Post a Comment