Friday, October 19, 2007

War Photographer


Pada pameran fotonya, salah seorang penonton pameran itu menanyakan pertanyaan, "Bagaiamana kamu mengontrol emosi kamu pada situasi seperti ini ?(mengambil foto ketika terjadi,tragedi,bencana,musibah,peperangan)?", Jim menjawab," Karena saya harus seperti itu! Buat saya kalau saya lari dari peristiwa itu hanya sebuah kesia-siaan. Apa yang saya lakukan adalah menyalurkan emosi saya kepada pekerjaan saya. Perasaan marah saya, perasaan frustasi, kesedihan, rasa tidak percaya, saya salurkan melalui foto-foto saya.

Des Wright bercerita, Saat itu hari minggu dan terjadi kerusuhan. Ada kerumunan orang yang membunuh dijalan. Orang-orang memukuli lelaki itu seperi bermain-main. Sama seperti anak kecil bermain-main dengan anak anjing. Jim berada ditengah-tengah mereka berlutut sampai 3 kali dan berkata kepada kerumunan orang itu, “kamu tidak ada alasan untuk membunuh dia, hanya karena dia orang Ambon!” Sekitar 20 an menit Jim memohon kepada mereka tetapi kerumunan orang itu tidak menghiraukan Jim, dan mereka pun membunuh lelaki itu.

Jika situasi sudah brutal dan memburuk, banyak orang menghindar dan mencari tempat yang aman. Tetapi Jim selalu berada ditengah dan ikut merasakan situasi tersebut. Foto-fotonya menggambarkan hal tersebut. Teman saya ikut menyaksikan peristiwa tersebut tetapi dia mengambil gambar dari jarak yang aman, dari sebuah gedung. Ketika gambar yang disajikan dekat dan sifatnya personal, itulah Jim .(Des adalah kameraman Reuters yang menceritakan pengalaman dengan James Nachtway pada saat peristiwa jatuhnya Orde Baru di Jakarta tahun 1998)

James Nachtwey lahir pada tahun 1948 di Syracuse, New York. Sesudah menamatkan sekolah tingginya, Jim mencoba beberapa pekerjaan diantaranya menjadi sopir truk dan awak kapal. Pada saat mengerjakan pekerjaan tersebut dia jatuh cinta kepada dunia fotografi.

Sutradara Christian Frei menggambarkan karakter Jim dengan baik dalam film dokumenter pada tahun 2001 dengan judul War Photographer . Film ini sendiri mendapat nominasi Oscar untuk film dokumenter. Sampai saat ini dia telah mendapat banyak penghargaan fotografi di bidang jurnalis, diantaranya World Press Photo tahun 1994, penghargaan Robert Capa Gold Medal, Heinz Foundation Achievment Award, TED Prize, dll. Menenmpatkannya sebagai salah satu fotografer jurnalis terbaik yang pernah ada.

Salah satu hadiah dalam TED prizeadalah para pemenang TED, mendapat kesempatan untuk mewujudkan keinginannya untuk merubah dunia (lebih baik), dimana keinginan ini akan diakomodir oleh komunitas TED dan beberapa perusahaan kelas dunia yang di umumkan pada tanggal 8 Maret 2007 yang lalu di Monterey, California. Pada tanggal itu, Nachwey mengungkapkan keinginannya, ” menyampaikan cerita yang sedang dibuatnya agar dunia tahu. Saya mengharapkan setiap orang membantu penyebaran bukti yang spektakuler dari kekuatan fotografi berita pada era digital saat ini.” Komunitas TED diharapkan membantunya mengakses tempat diberbagai belahan dunia yang sedang mengalami situasi kritis, agar dia dapat mendokumentasikan peristiwa tersebut secara lengkap dan menggunakannya sebagai bukti dengan menggunakan berbagai sarana diantaranya media massa dan internet, agar pihak luar tahu dan membantu menciptakan suasana yang lebih baik.

Jim menghabiskan sebagian waktunya memotret Afrika dan ada dua hal yang yang sangat membekas dihatinya. Pertama adalah peristiwa pembantaian suku Tutsi oleh suku Hutu di Rwanda yang menimbulkan korban kurang lebih 1 juta suku Tutsi dalam kurun waktu 100 hari. Kejadian paling brutal yang pernah dia saksikan dimana orang saling membunuh dengan senjata tradisional, parang, kayu dan batu. Sangat menyakitkan meninggalnya korban-korban kebrutalan tersebut.

Yang kedua adalah kelaparan di Afrika. Kejadian luar biasa yang membuat jutaan orang meninggal, bukan semata-mata karena kejadian alam, tetapi akibat dari perang saudara yang bertahun-tahun yang mengakibatkan kegagalan panen dan pengungsian. Kejadian yang membuat salah satu fotografer terkenal bunuh diri, karena depresi menyaksikan bencana maha dahsyat ini.

War photographer sekali lagi mengingatkan kita, bahwa dibelahan bumi yang lain ada peristiwa yang secara langsung atau tidak langsung dapat kita cegah atau setidak-tidaknya tidak kita ulangi lagi dikemudian hari. Memang yang digambarkan adalah kepedihan, derita dan bencana. Dari satu ratapan ke ratapan yang lain, dari satu tangis ke tangis yang lain. Mau tidak mau itulah kondisi yang terjadi saat ini diseluruh belahan dunia. Sekali lagi, kita semua berlomba-lomba menciptakan neraka buat sesama kita. Kita sadar, bahwa apa yang kita saksikan melalui siaran TV atau pun gambar di majalah-majalah dan surat kabar adalah sebagian kecil dari yang kita lihat. Jim melihat gambar itu secara keseluruhan dan ikut merasakan ketegangan dan ratap tangis mereka yang menjadi korban.

Robert Capa seorang legenda foto jurnalis mengatakan, “ Jika gambar kamu kurang bagus, kamu kurang dekat mengambilnya.” James selalu dekat dengan obyek yang dia ambil selama 20 tahun karirnya didalam dunia jurnalis. War Photographer mengikuti James Nachtwey selama dua tahun untuk membuat film dokumenter tersebut, dari mulai Kosovo, West Bank Palestina sampai ke Indonesia, menampilkan perjalanan Jim, sebagai salah seorang fotografer yang paling berani dan fotografer perang yang terpenting yang pernah hidup.

Apa komentar Jim tentang foto-fotonya ? ”Setelah sekian lama saya memotret saya semakin merasa bahwa orang-orang yang saya foto, jauh lebih penting dari pada diri saya,” kata Jim.

Pengalaman aku pribadi dengan foto-foto Jim (pertama kali tertarik ketika melihat foto essay nya di majalah time ketika menampilkan foto anak jalanan di Jakarta), foto-fotonya menampilkan hal-hal yang selama ini aku pikirkan yaitu kemiskinan, peperangan, kesedihan dan seperti menyadarkan aku bahwa aku orang yang sangat beruntung dibandingkan citra yang ditampilkan Jim di majalah tersebut. Dan timbul semacam keinginan untuk berbuat sesuatu bagi orang lain, membuat lebih menghargai hidup, membuat sekitar lebih baik.

Usia manusia tidak lama, mungkin 80 tahun, ada yang 100 tahun, kebanyakan 60 sampai 70 tahun. Sangat singkat dibandingkan usia bumi yang sudah jutaan tahun atau dibandingkan tata surya yang sudah milyaran tahun. Kenapa manusia harus menciptakan tragedi di rentang waktu yang singkat ini ?

"I have been a witness, and these pictures are

my testimony. The events I have recorded should

not be forgotten and must not be repeated."

-James Nachtwey-

Friday, October 12, 2007

Journey of Man


Closing speech dari presenter NGC membuat aku terduduk dan termenung. Ia mengatakan : "who ever we are, under our skin we are afrikan !" Saat itu juga aku berpikir aku harus menulis ini. Kata yang sarat mana, proses pembuatan dokumenter "Journey of Man" seharusnya membuat kita semakin sadar, bahwa semua manusia adalah bersaudara dan berasal dari satu nenek moyang dari benua yang bernama AFRIKA.

Sekali lagi National Geographic membuka wawasan ku. Film yang mencerahkan, yang membuat aku sadar bahwa kita harus saling memperdulikan karena sesuatu hal positif yang kita buat, dapat membuat kualitas hidup di bumi semakin baik, dan kesalahan kecil yang kita lakukan bersama-sama dapat melenyapkan kekayaan alam, budaya yang telah diwariskan ribuan tahun oleh nenek moyang kita.

Kesimpulan aku, betapa kecilnya aku ini, betapa hebatnya nenek moyang kita dahulu. Sekiranya kita menghargai apa yang telah mereka lakukan, kita saat ini pasti berpikir ribuan kali utk saling membinasakan, merusak alam, menghancurkan bumi.

Perjalanan nenek moyang kita 50.000 tahun yang lalu diawali dari benua Afrika, ke Asia Selatan, Asia Tenggara, Indonesia dan berakhir di Australia. Yang jarakna 10.000 an Km dari daerah asal dengan berjalan kaki !!!


http://news.nationalgeographic.com/news/2002/12/photogalleries/journey_of_man/

Saturday, October 06, 2007

Bobby


Bukan karena Sound of Silent aku begitu menikmati film ini, atau lagu Aretha Franklin dan lagu-lagu indah lainnya yang khas tahun 60 an. Tapi kebesaran nama Robert F Kennedy dan kemahiran Emilio Estevez menuangkan pemikiran RFK di film tersebut membuat “Bobby” menjadi salah satu film terbaik di tahun 2007 ini. Konon di Amerika ada dua keluarga yang sangat terkenal, keluarga Jackson dan keluarga Kennedy. Dan keluarga yang erat kaitanna dengan tragedi dalam sejarah Amerika mungkin adalah keluarga Kennedy.

Terlalu banyak bintang film terkenal dan berkelas yang bermain dalam film ini. Masing-masing bermain sebagai tokoh pendamping dengan actor utamanya Robert F Kennedy (Bobby) asli, yang muncul dilayar film berdasarkan potongan-potongan film documenter asli. Hasil kreasi yang bagus dari penulis dan sutradara Emilio Estevez.

Cerita mengambil setting kehidupan orang-orang berhubungan dengan Hotel Ambassador pada tahun 1968.Kita akan mengikuti kehidupan 22 individu yang memiliki problem dalam kehidupan mereka, yang sedang menantikan kedatangan RFK di Hotel Ambassador, yang mana kedatangan Kennedy kelak akan mengubah hidup mereka selamanya.

RFK senator yang ketika itu berusia 42 tahun, pada tanggal 16 Maret 1968 memutuskan mencalonkan diri menjadi Presiden Amerika. Ada banyak kata-kata yang mencerahkan hasil buah pikiran RFK, memulai pencalonan dirinya menjadi Presiden dia mengatakan kata-kata yang bijak yang membangkitkan harapan buat warga Amerika terhadap keadaan yang saat itu sudah muak dengan kondisi Negara mereka. Berikut isi pidatonya,”saya mencalonkan diri menjadi Presiden bukan ingin menantang pihak lain, melainkan menawarkan sesuatu yang baru. Saya merasa terpanggil untuk menjalankan sesuatu yang seharusnya kita lakukan, semampu saya.”

Saat itu masalah rasial sedang marak-maraknya, dengan puncak peristiwa penembakan hinga tewas tokoh kulit hitam Martin Luther King. Perang Vietnam yang membuat ekonomi AS terpuruk dan pemerintahannya dikecam rakyatnya, perbedaan antara kaya dan miskin, dan tuntutan persamaan gender. Demonstrasi marak dimana-mana dan rakyat banyak yang tidak puas dengan pemerintahan.

Apa yang dirasakan oleh masyarakat saat itu, dengan baik diangkat oleh Emilio dalam cerminan cerita 22 tokoh yang kita ikuti ceritanya. Immigran yang harus bekerja dobel agar mendapat penghasilan yang cukup, orang yang tidak pernah puas dan selalu marah kepada sekitarnya, wanita yang menjadi simpanan lelaki bersuami, bawahan yang menjadi korban atasannya, orang tua yang kesepian dihari tuanya, pemuda yang menghindar tugas militer ke Vietnam, orang kaya yang hanya peduli dengan apa yang dia gunakan, suami istri yang tidak bahagia, dan orang yang terus mencari jati diri dan maupun mereka yang ingin meraih impian American Dream.

Bobby membukakan mata mereka dengan kematiannya, dengan meninggalnya tokoh RFK membuat kita semua termasuk penonton berpikir, sebenarnya untuk apa kita hidup. Yang kita butuhkan adalah kedamaian, tetapi kita sibuk menciptakan neraka, dan kita menyebutnya kedamaian ?

Mungkin benar pepatah yang mengatakan, orang baik cepat dipanggil Tuhan. Mungkin agar orang tersebut tidak berubah menjadi jahat ??

Di akhir film, sutradara mengutip kata-kata yang akan terus mengikuti kita, meski film tersebut telah selesai kita tonton :

……….

Kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan, penindasan hanya akan menimbulkan balas dendam. Dan hanya dengan melenyapkan kita semua, penyakit ini dapat lenyap dari jiwa kita.

………

Sungguh ikatan dari perasaan senasib, sungguh ikatan dari kesamaan tujuan dapat mulai mengajarkan kita sesuatu. Sesungguhnya kita akhirnya dapat belajar untuk melihat sekeliling kita, sesama kita, bahwa kita dapat mulai berusaha dengan lebih giat untuk menyembuhkan luka diantara kita serta berkata, didalam hati kita, bahwa kita adalah saudara sebangsa dan setanah air, sekali lagi.